Rupiah Melemah 4% Lawan Dolar AS, Perry Warjiyo: Ada 3 Faktor

Chandra Gian Asmara, CNBC Indonesia
28 May 2018 10:01
Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) masih melemah sepanjang tahun ini
Foto: Aristya Rahadian Krisabella
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) masih melemah sepanjang tahun ini. Perry Warjiyo, Gubernur Bank Indonesia (BI), menyebut setidaknya ada faktor yang menyebabkan depresiasi tersebut. 

"Pertama adalah rencana kenaikan suku bunga The Federal Funds Rate. Sejumlah pelaku pasar memperkirakan kenaikan lebih agresif karena ekonomi AS semakin baik," sebut Perry dalam konferensi pers bersama Menko Perekonomian, Menteri Keuangan, Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dan Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) di Jakarta, Senin (28/5/2018). 

Saat ini, angka pengangguran di AS adalah 3,9%, terbaik dalam 18 tahun terakhir. Pertumbuhan ekonomi juga diperkirakan mencapai 2,7%, lebih baik dibandingkan proyeksi sebelumnya yaitu 2,5%. 

Faktor ini membuat laju inflasi terakselerasi, sehingga harus diredam dengan kenaikan suku bunga. Awalnya kenaikan suku bunga diperkirakan tiga kali sepanjang 2018, tetapi kini kemungkinan bisa sampai empat kali. 

Hal ini membuat dolar AS menguat secara global, karena kenaikan suku bunga memancing arus modal menuju ke Negeri Paman Sam. Rupiah pun tertekan. 

Kemudian faktor kedua, lanjut Perry, adalah kebijakan AS yang semakin ekspansif. Presiden AS Donald Trump telah memangkas tarif pajak penghasilan korporasi dan meningkatkan belanja infrastruktur. Hasilnya adalah defisit fiskal AS membengkak dan butuh pembiayaan melalui penerbitan surat utang alias obligasi. 

"Defisit fiskal AS diperkirakan naik jadi 4% (terhadap Produk Domestik Bruto/PDB) dan 5% tahun depan. Ini membuat US Treasury naik. Semula kami perkirakan paling banter akhir tahun 2,75%, tapi sejak awal Februari overshooting 3,2%, sekarang 3,1%," jelas Perry.

Dengan tingginya imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS, tambah Perry, maka investor akan terpikat ke pasar Negeri Adidaya karena menjanjikan keuntungan lebih baik. "Ini salah satu yang menyebabkan capital reversal," ujarnya. 

Faktor ketiga penyebab depresiasi rupiah, demikian Perry, adalah situasi geopolitik. Utamanya dinamika perang dagang AS vs China. "Akibatnya premi risiko di pasar keuangan global naik," tuturnya. 

Sebagai informasi, data Reuters menunjukkan rupiah melemah 4% terhadap dolar AS sejak awal tahun ini. Di antara mata uang negara-negara utama Asia, kinerja rupiah hanya lebih baik ketimbang India, di mana rupee melemah hingga 6,6%.


(aji/aji) Next Article Penampakan di Money Changer, Saat Rupiah di Atas 14.800/US$

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular