BI Bersiap Naikkan Bunga, Rupiah Jadi yang Terbaik di Asia

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
28 May 2018 08:49
BI Bersiap Naikkan Bunga, Rupiah Jadi yang Terbaik di Asia
Foto: CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak menguat pada awal pekan ini. Faktor eksternal dan domestik menjadi pendorong apresiasi mata uang Tanah Air. 

Pada Senin (28/5/2018), US$ 1 di pasar spot kala pembukaan pasar dibanderol Rp 14.080. Rupiah menguat 0,25% dibandingkan penutupan akhir pekan lalu.  

Seiring perjalanan, rupiah terus menguat. Pada pukul 08:30 WIB, dolar AS melemah 0,43% ke Rp 14.055. 

Rupiah berjalan seiring dengan mata uang Asia yang juga menguat. Di antara mata uang utama, bahkan penguatan rupiah jadi yang terbaik. 

Berikut perkembangan nilai tukar mata uang utama Asia terhadap dolar AS: 

Mata UangBid TerakhirPerubahan (%)
Yen Jepang109.50-0,11
Yuan China6,39+0,01
Won Korsel1.073,80+0,38
Dolar Taiwan29,90+0,12
Rupee India67,73-0,01
Dolar Singapura1,34+0,13
Peso Filipina52,58+0,03
Baht Thailand31,86+0,19
 
Greenback memang sedang tertekan. Dollar Index, yang mencerminkan posisi dolar AS terhadap enam mata uang utama, saat ini melemah hingga 0,24%. 

Pelemahan dolar AS disebabkan oleh situasi regional yang sedang kondusif. Perkembangan dagang AS-China menunjukkan arah positif setelah Presiden AS Donald Trump setuju untuk memberi ampunan kepada ZTE. Sebelumnya, perusahaan telekomunikasi asal China tersebut dihukum tidak boleh menjual produknya di AS selama tujuh tahun setelah terbukti mengirimkan produk ilegal ke Iran dan Korea Utara. 

"Saya telah membuka kembali (izin untuk ZTE) dengan jaminan keamanan yang ketat, perubahan manajemen dan dewan direksi, harus membeli komponen dari AS, serta membayar denda US$ 1,3 miliar," tegas Trump, seperti dikutip dari Reuters.

Pengampunan bagi ZTE bisa menjadi pintu masuk bagi negosiasi perdagangan yang lebih luas. Hal ini menandakan masih ada harapan perang dagang bisa berakhir, dan tentunya menjadi kabar gembira. 

Kemudian, ada perkembangan baru yang bisa menjadi harapan perdamaian di Semenanjung Korea. AS sedang mempertimbangkan untuk tetap mengadakan pertemuan dengan Korea Utara. 

"Kami sedang melakukan pembicaraan yang produktif untuk mengadakan kembali pertemuan (dengan Korea Utara). Bila terwujud, maka kemungkinan masih diadakan di Singapura pada tanggal yang sama, 12 Juni, dan jika perlu diperpanjang melampaui tanggal tersebut," cuit Trump di akun Twitter @realDonaldTrump. 

Delegasi AS telah bertolak menuju Pyongyang dan sepertinya membuahkan hasil positif. Trump pun semakin yakin bahwa Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un akan bersedia menemuinya di Singapura nanti. 

"Tim kami sudah tiiba di Korea Utara untuk mengatur pertemuan antara Kim Joung Un dan saya. Saya sungguh percaya bahwa Korea Utara punya potensi luar biasa dan akan menjadi bangsa dengan kekuatan ekonomi dan keuangan yang besar. Kim Jong Un sepakat dengan saya mengenai hal ini. Ini akan terjadi!" cuit Trump. 

Perkembangan ini membuat harapan perdamaian di Semenanjung Korea kembali terbuka. Bila tidak ada pembatalan lagi, maka sentimen perdamaian ini akan menjadi dorongan luar biasa. 

Akibat dua perkembangan tersebut, risk appetite investor pun kembali. Investor pun kembali masuk ke negara-negara berkembang, dan memperkuat mata uang. Hasilnya, greenback melemah. 

Sementara dari dalam negeri, pengumuman Bank Indonesia (BI) yang secara mengejutkan akan menggelar Rapat Dewan Gubernur (RDG) insidentil pada 30 Mei mendatang menjadi energi positif bagi rupiah. 

"BI memutuskan untuk mengadakan RDG Bulanan tambahan pada Rabu, 30 Mei 2018. RDG Bulanan tambahan ini tidak menggantikan RDG Bulanan reguler yang tetap akan diselenggarakan sesuai jadwal. RDG Bulanan tambahan ini akan membahas kondisi ekonomi dan moneter terkini serta prospek ke depan," demikian pengumuman BI, akhir pekan lalu. 

Pengumuman ini membuka peluang bahwa BI siap mengambil langkah tegas lanjutan untuk menyelamatkan rupiah. Meski pekan lalu terapresiasi, tetapi secara year-to-date (YtD) rupiah masih anjlok 4% di hadapan dolar AS. 

BI sudah menaikkan suku bunga acuan 7 days reverse repo rate pada 17 Mei lalu. Namun kenaikan 25 basis poin menjadi 4,5% itu kurang manjur untuk meredam pelemahan rupiah. 

Oleh karena itu, pelaku pasar pun menerka-nerka kemungkinan kenaikan lanjutan pada RDG insidentil pekan ini. Apalagi Perry Warijyo, Gubernur BI, sudah memberikan kode keras mengenai hal tersebut. 

"Ruang untuk menaikkan  pada RDG yang terjadwal Juni itu terbuka lebar. Tapi saya tidak ingin katakan itu sebagai rapat yang emergency. Fokus saya adalah segera dapat melakukan stabilisasi rupiah," kata Perry, akhir pekan lalu. 

Kabar kemungkinan kenaikan suku bunga acuan lebih lanjut ini bisa berdampak positif bagi rupiah. Indonesia akan lebih bisa bersaing di kancah perebutan modal global, karena menawarkan suku bunga yang semakin menarik.

TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular