
Dibuka Naik, Volatilitas Rupiah Masih Ancam IHSG
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
25 May 2018 09:21

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka menguat tipis 0,18% ke level 5.957,42. Penguatan IHSG terjadi kala bursa saham utama kawasan Asia sedang terjebak di zona merah: indeks Shanghai turun 0,21%, indeks Hang Seng turun 0,48%, indeks Strait Times turun 0,24%, dan indeks Kospi turun 0,27%.
Namun, penguatan IHSG pada pagi hari ini sepertinya tak akan berlangsung lama. Pasalnya, sejumlah risiko sudah mengintai. Dari dalam negeri, nilai tukar rupiah bergerak melemah 0,21% di pasar spot ke level Rp 14.160/dolar AS. Kemarin, rupiah sempat menguat 0,51% merespon deklarasi dari Gubernur BI yang baru Perry Warjiyo bahwa dirinya siap meredam gejolak nilai tukar rupiah.
"Prioritas saya di BI dalam jangka pendek ini perkuat langkah stabilitas rupiah dalam jangka pendek," kata Perry di Gedung MA pasca pelantikannya, Kamis (24/5/2018).
Perry pun kini mendeklarasikan dirinya sebagai seseorang yang pro stability dan pro growth. Sebelumnya, Perry dipandang sebagai sosok yang pro growth ketimbang pro stability pasca pernyataannya di hadapan anggota DPR saat uji kepatutan dan kelayakan.
Hal tersebut sempat membuat pelaku pasar takut. Pasalnya, jika ekonomi dipaksa berlari terlalu kencang, hal ini bisa berbalik menjadi bumerang.
Namun, pelaku pasar kini mencoba kembali mencerna pernyataan Perry terkait pro stability dan pro growth tersebut. Pasalnya dalam kondisi seperti saat ini, hanya satu diantaranya dua hal tersebut yang bisa dipilih, bukan dua-duanya.
Dari sisi eksternal, kondisi juga tak mendukung bagi IHSG untuk terus mempertahankan penguatannya. Risiko pertama datang dari batalnya pertemuan antara Presiden AS Donald Trump dengan Pimpinan Korea Utara Kim Jong Un yang sejatinya dilakukan pada 12 Juni mendatang di Singapura.
Pada hari Kamis waktu setempat (24/5/2018), Gedung Putih merilis surat resmi dari Presiden Trump yang ditujukkan bagi Kim Jong Un. Setelah memuji Kim Jong Un atas waktu, kesabaran, dan usaha yang sudah ditujukan dalam negosiasi baru-baru ini dan juga dalam perbincangan mengenai pertemuan antar kedua negara, Trump mengungkapkan bahwa saat ini bukan merupakan waktu yang tepat untuk bertemu.
"Sayangnya, berdasarkan kemarahan yang luar biasa dan permusuhan yang telah anda (Kim Jong Un) tunjukkan dalam dalam pernyataan terbaru anda, saya merasa bahwa tidak pantas untuk melakukan pertemuan yang sudah lama direncanakan pada saat ini," tulis Trump dalam suratnya.
Tak sampai disitu, Trump nampak coba menebar terror bagi kubu Pyongyang dalam surat yang sama, seakan mengingatkan mereka bahwa AS tak akan bersikap lembut jika Korea Utara kembali berulah kedepannya.
"Anda berbicara mengenai kemampuan senjata nuklir anda, tapi yang kami miliki sangatlah besar dan kuat hingga saya berdoa kepada Tuhan mereka (senjata nuklir) tidak akan perlu digunakan," lanjut Trump.
Kedua, risiko perang dagang antara AS dan China akan membuat investor waspada. Seakan melengkapi pesimisme Presiden AS Donald Trump terkait negosiasi dagang dengan China, AS kini sudah tancap gas untuk memberlakukan bea masuk baru untuk mobil. Alasannya, derasnya impor mobil ke AS dinilai dapat membahayakan keamanan Negeri Paman Sam.
"Sudah cukup bukti yang menyebutkan bahwa selama puluhan tahun produk impor telah merusak industri dalam negeri. Oleh karena itu, pemerintah akan melakukan investigasi secara menyeluruh, adil, dan transparan," tegas Wilbur Ross, Menteri Perdagangan AS, seperti dikutip dari Reuters.
Saat ini, AS menerapkan tarif bea masuk untuk mobil dan suku cadangnya sebesar 2,5%. Ross belum menyebut besaran tarif bea masuk yang baru, namun menyatakan bahwa tarif yang lama sudah tak sesuai.
Jika bea masuk untuk mobil dinaikkan, aksi balas dendam bisa semakin gencar dilakukan oleh negara-negara mitra dagang AS. Hal ini tentu bukan kabar baik bagi bursa saham dunia, termasuk IHSG.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(hps) Next Article Pasca Libur Lebaran, IHSG Anjlok
Namun, penguatan IHSG pada pagi hari ini sepertinya tak akan berlangsung lama. Pasalnya, sejumlah risiko sudah mengintai. Dari dalam negeri, nilai tukar rupiah bergerak melemah 0,21% di pasar spot ke level Rp 14.160/dolar AS. Kemarin, rupiah sempat menguat 0,51% merespon deklarasi dari Gubernur BI yang baru Perry Warjiyo bahwa dirinya siap meredam gejolak nilai tukar rupiah.
"Prioritas saya di BI dalam jangka pendek ini perkuat langkah stabilitas rupiah dalam jangka pendek," kata Perry di Gedung MA pasca pelantikannya, Kamis (24/5/2018).
Hal tersebut sempat membuat pelaku pasar takut. Pasalnya, jika ekonomi dipaksa berlari terlalu kencang, hal ini bisa berbalik menjadi bumerang.
Namun, pelaku pasar kini mencoba kembali mencerna pernyataan Perry terkait pro stability dan pro growth tersebut. Pasalnya dalam kondisi seperti saat ini, hanya satu diantaranya dua hal tersebut yang bisa dipilih, bukan dua-duanya.
Dari sisi eksternal, kondisi juga tak mendukung bagi IHSG untuk terus mempertahankan penguatannya. Risiko pertama datang dari batalnya pertemuan antara Presiden AS Donald Trump dengan Pimpinan Korea Utara Kim Jong Un yang sejatinya dilakukan pada 12 Juni mendatang di Singapura.
Pada hari Kamis waktu setempat (24/5/2018), Gedung Putih merilis surat resmi dari Presiden Trump yang ditujukkan bagi Kim Jong Un. Setelah memuji Kim Jong Un atas waktu, kesabaran, dan usaha yang sudah ditujukan dalam negosiasi baru-baru ini dan juga dalam perbincangan mengenai pertemuan antar kedua negara, Trump mengungkapkan bahwa saat ini bukan merupakan waktu yang tepat untuk bertemu.
"Sayangnya, berdasarkan kemarahan yang luar biasa dan permusuhan yang telah anda (Kim Jong Un) tunjukkan dalam dalam pernyataan terbaru anda, saya merasa bahwa tidak pantas untuk melakukan pertemuan yang sudah lama direncanakan pada saat ini," tulis Trump dalam suratnya.
Tak sampai disitu, Trump nampak coba menebar terror bagi kubu Pyongyang dalam surat yang sama, seakan mengingatkan mereka bahwa AS tak akan bersikap lembut jika Korea Utara kembali berulah kedepannya.
"Anda berbicara mengenai kemampuan senjata nuklir anda, tapi yang kami miliki sangatlah besar dan kuat hingga saya berdoa kepada Tuhan mereka (senjata nuklir) tidak akan perlu digunakan," lanjut Trump.
Kedua, risiko perang dagang antara AS dan China akan membuat investor waspada. Seakan melengkapi pesimisme Presiden AS Donald Trump terkait negosiasi dagang dengan China, AS kini sudah tancap gas untuk memberlakukan bea masuk baru untuk mobil. Alasannya, derasnya impor mobil ke AS dinilai dapat membahayakan keamanan Negeri Paman Sam.
"Sudah cukup bukti yang menyebutkan bahwa selama puluhan tahun produk impor telah merusak industri dalam negeri. Oleh karena itu, pemerintah akan melakukan investigasi secara menyeluruh, adil, dan transparan," tegas Wilbur Ross, Menteri Perdagangan AS, seperti dikutip dari Reuters.
Saat ini, AS menerapkan tarif bea masuk untuk mobil dan suku cadangnya sebesar 2,5%. Ross belum menyebut besaran tarif bea masuk yang baru, namun menyatakan bahwa tarif yang lama sudah tak sesuai.
Jika bea masuk untuk mobil dinaikkan, aksi balas dendam bisa semakin gencar dilakukan oleh negara-negara mitra dagang AS. Hal ini tentu bukan kabar baik bagi bursa saham dunia, termasuk IHSG.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(hps) Next Article Pasca Libur Lebaran, IHSG Anjlok
Most Popular