
Risiko Mengintai, Indeks Shanghai dan Hang Seng Terkoreksi
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
25 May 2018 09:04

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Shanghai dibuka melemah 0,18% ke level 3.148,99, sementara indeks Hang Seng dibuka turun 0,31% ke level 30.664,27. Pelemahan kedua indeks ini sejalan dengan bursa saham kawasan Asia lainnya yang juga terjebak di zona merah.
Pada hari ini, tak ada data ekonomi pentng yang dijadwalkan dirilis di China dan Hong Kong.
Batalnya pertemuan antara Presiden AS Donald Trump dengan Pimpinan Korea Utara Kim Jong Un yang sejatinya dilakukan pada 12 Juni mendatang di Singapura menjadi motor utama pelemahan indeks Shanghai dan Hang Seng.
Pada hari Kamis waktu setempat (24/5/2018), Gedung Putih merilis surat resmi dari Presiden Trump yang ditujukkan bagi Kim Jong Un. Setelah memuji Kim Jong Un atas waktu, kesabaran, dan usaha yang sudah ditujukan dalam negosiasi baru-baru ini dan juga dalam perbincangan mengenai pertemuan antar kedua negara, Trump mengungkapkan bahwa saat ini bukan merupakan waktu yang tepat untuk bertemu.
"Sayangnya, berdasarkan kemarahan yang luar biasa dan permusuhan yang telah anda (Kim Jong Un) tunjukkan dalam dalam pernyataan terbaru anda, saya merasa bahwa tidak pantas untuk melakukan pertemuan yang sudah lama direncanakan pada saat ini," tulis Trump dalam suratnya.
Tak sampai disitu, Trump nampak coba menebar terror bagi kubu Pyongyang dalam surat yang sama, seakan mengingatkan mereka bahwa AS tak akan bersikap lembut jika Korea Utara kembali berulah kedepannya.
"Anda berbicara mengenai kemampuan senjata nuklir anda, tapi yang kami miliki sangatlah besar dan kuat hingga saya berdoa kepada Tuhan mereka (senjata nuklir) tidak akan perlu digunakan," lanjut Trump.
Kini, satu risiko besar yang awalnya diharapkan akan sirna, muncul lagi dan bahkan semakin membara.
Kemudian, ancaman perang dagang China dengan AS juga masih membuat investor grogi. Seakan melengkapi pesimisme Presiden AS Donald Trump terkait negosiasi dagang dengan China, AS kini sudah tancap gas untuk memberlakukan bea masuk baru untuk mobil. Alasannya, derasnya impor mobil ke AS dinilai dapat membahayakan keamanan Negeri Paman Sam.
"Sudah cukup bukti yang menyebutkan bahwa selama puluhan tahun produk impor telah merusak industri dalam negeri. Oleh karena itu, pemerintah akan melakukan investigasi secara menyeluruh, adil, dan transparan," tegas Wilbur Ross, Menteri Perdagangan AS, seperti dikutip dari Reuters.
Saat ini, AS menerapkan tarif bea masuk untuk mobil dan suku cadangnya sebesar 2,5%. Ross belum menyebut besaran tarif bea masuk yang baru, namun menyatakan bahwa tarif yang lama sudah tak sesuai.
Jika bea masuk untuk mobil dinaikkan, aksi balas dendam bisa semakin gencar dilakukan oleh negara-negara mitra dagang AS. Hal ini tentu bukan kabar baik bagi bursa saham.
(hps) Next Article Rehat Siang, Bursa Hong Kong Masih Cetak Reli
Pada hari ini, tak ada data ekonomi pentng yang dijadwalkan dirilis di China dan Hong Kong.
Batalnya pertemuan antara Presiden AS Donald Trump dengan Pimpinan Korea Utara Kim Jong Un yang sejatinya dilakukan pada 12 Juni mendatang di Singapura menjadi motor utama pelemahan indeks Shanghai dan Hang Seng.
"Sayangnya, berdasarkan kemarahan yang luar biasa dan permusuhan yang telah anda (Kim Jong Un) tunjukkan dalam dalam pernyataan terbaru anda, saya merasa bahwa tidak pantas untuk melakukan pertemuan yang sudah lama direncanakan pada saat ini," tulis Trump dalam suratnya.
Tak sampai disitu, Trump nampak coba menebar terror bagi kubu Pyongyang dalam surat yang sama, seakan mengingatkan mereka bahwa AS tak akan bersikap lembut jika Korea Utara kembali berulah kedepannya.
"Anda berbicara mengenai kemampuan senjata nuklir anda, tapi yang kami miliki sangatlah besar dan kuat hingga saya berdoa kepada Tuhan mereka (senjata nuklir) tidak akan perlu digunakan," lanjut Trump.
Kini, satu risiko besar yang awalnya diharapkan akan sirna, muncul lagi dan bahkan semakin membara.
Kemudian, ancaman perang dagang China dengan AS juga masih membuat investor grogi. Seakan melengkapi pesimisme Presiden AS Donald Trump terkait negosiasi dagang dengan China, AS kini sudah tancap gas untuk memberlakukan bea masuk baru untuk mobil. Alasannya, derasnya impor mobil ke AS dinilai dapat membahayakan keamanan Negeri Paman Sam.
"Sudah cukup bukti yang menyebutkan bahwa selama puluhan tahun produk impor telah merusak industri dalam negeri. Oleh karena itu, pemerintah akan melakukan investigasi secara menyeluruh, adil, dan transparan," tegas Wilbur Ross, Menteri Perdagangan AS, seperti dikutip dari Reuters.
Saat ini, AS menerapkan tarif bea masuk untuk mobil dan suku cadangnya sebesar 2,5%. Ross belum menyebut besaran tarif bea masuk yang baru, namun menyatakan bahwa tarif yang lama sudah tak sesuai.
Jika bea masuk untuk mobil dinaikkan, aksi balas dendam bisa semakin gencar dilakukan oleh negara-negara mitra dagang AS. Hal ini tentu bukan kabar baik bagi bursa saham.
(hps) Next Article Rehat Siang, Bursa Hong Kong Masih Cetak Reli
Most Popular