
Perang Dagang Jadi Perhatian, Wall Street Berpotensi Koreksi
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
24 May 2018 18:30

Jakarta, CNBC Indonesia - Pada perdagangan hari ini (24/5/2018,) Wall Street berpotensi dibuka melemah. Hal ini terlihat dari kontrak futures tiga indeks saham utama AS: kontrak futures Dow Jones dan S&P 500 mengimplikasikan penurunan masing-masing sebesar 16 dan 1 poin pada saat pembukaan, sementara Nasdaq diimplikasikan naik sebesar 9 poin.
Isu perang dagang kembali menjadi fokus utama investor pada perdagangan hari ini. Kemarin, Presiden AS Donald Trump kembali menyuarakan pesimismenya terkait dengan perundingan dagang dengan China.
Menyebut perbincangan mengenai perdagangan dengan China berlangsung mulus, Trump mengungkapkan bahwa pada akhirnya solusi yang lain mungkin dibutuhkan mengingat solusi yang dibicarakan saat ini akan sulit untuk diterapkan dan dimonitor nantinya.
Selain harus memikirkan hubungannya dengan China, kini Jepang, Rusia, dan Turki juga sudah resmi masuk ke dalam antrian. Pada hari Selasa (22/5/2018), World Trade Organization (WTO) mengumumkan bahwa Jepang, Rusia, dan Turki telah memberitahu AS mengenai potensi penerapan bea masuk bagi produk ekspor asal AS sebagai balasan pengenaan bea masuk atas baja dan aluminium yang terlebih dahulu diberlakukan Negeri Paman Sam.
Secra total, akan ada tambahan bea masuk senilai US$ 3,5 miliar setiap tahunnya yang harus dibayar oleh eksportir asal AS jika aksi balas dendam ini jadi dilakukan.
Kemudian, rencana pertemuan antara Trump dan Pimpinan Korea Utara Kim Jong Un juga masih menggantung. Trump mengungkapkan bahwa kepastian dari rencana pertemuan di Singapura pada 12 Juni mendatang akan diketahui minggu depan.
Sejumlah data ekonomi penting akan dirilis pada hari ini, yakni klaim pengangguran untuk minggu yang berakhir pada 19 Mei, penjualan rumah bekas periode April, dan Kansas City Fed manufacturing survey periode Mei.
Jika ada kejutan dari data-data ini, persepsi mengenai kenaikan suku bunga acuan sebanyak 4 kali bisa kembali mencuat. Saat ini, pelaku pasar nampak cukup yakin bahwa the Fed masih akan mengerek suku bunga acuannya sebanyak 3 kali pada tahun ini, sesuai rencana awal.
Pemikiran ini datang selepas rilis ikhtisar rapat (minutes of meeting) dari pertemuan The Federal Reserve awal Mei lalu. Dalam rilis tersebut, bank sentral AS memberi sinyal bahwa inflasi akan dibiarkan melebihi targetnya yang sebesar 25 untuk sementara waktu, mengindikasikan bahwa mereka tak terburu-buru dalam mengerek suku bunga acuannya.
(hps) Next Article Wall Street Melejit, Sinyal Pasar Saham Kebal Resesi?
Isu perang dagang kembali menjadi fokus utama investor pada perdagangan hari ini. Kemarin, Presiden AS Donald Trump kembali menyuarakan pesimismenya terkait dengan perundingan dagang dengan China.
Menyebut perbincangan mengenai perdagangan dengan China berlangsung mulus, Trump mengungkapkan bahwa pada akhirnya solusi yang lain mungkin dibutuhkan mengingat solusi yang dibicarakan saat ini akan sulit untuk diterapkan dan dimonitor nantinya.
Secra total, akan ada tambahan bea masuk senilai US$ 3,5 miliar setiap tahunnya yang harus dibayar oleh eksportir asal AS jika aksi balas dendam ini jadi dilakukan.
Kemudian, rencana pertemuan antara Trump dan Pimpinan Korea Utara Kim Jong Un juga masih menggantung. Trump mengungkapkan bahwa kepastian dari rencana pertemuan di Singapura pada 12 Juni mendatang akan diketahui minggu depan.
Sejumlah data ekonomi penting akan dirilis pada hari ini, yakni klaim pengangguran untuk minggu yang berakhir pada 19 Mei, penjualan rumah bekas periode April, dan Kansas City Fed manufacturing survey periode Mei.
Jika ada kejutan dari data-data ini, persepsi mengenai kenaikan suku bunga acuan sebanyak 4 kali bisa kembali mencuat. Saat ini, pelaku pasar nampak cukup yakin bahwa the Fed masih akan mengerek suku bunga acuannya sebanyak 3 kali pada tahun ini, sesuai rencana awal.
Pemikiran ini datang selepas rilis ikhtisar rapat (minutes of meeting) dari pertemuan The Federal Reserve awal Mei lalu. Dalam rilis tersebut, bank sentral AS memberi sinyal bahwa inflasi akan dibiarkan melebihi targetnya yang sebesar 25 untuk sementara waktu, mengindikasikan bahwa mereka tak terburu-buru dalam mengerek suku bunga acuannya.
(hps) Next Article Wall Street Melejit, Sinyal Pasar Saham Kebal Resesi?
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular