Aksi Borong Saham Masih Berlanjut, IHSG Menguat Lagi

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
24 May 2018 09:26
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka menguat 0,72% ke level 5.833,61. Penguatan IHSG terjadi kala bursa saham utama kawasan Asia dibuka bervariasi.
Foto: CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto
Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka menguat 0,72% ke level 5.833,61. Penguatan IHSG terjadi kala bursa saham utama kawasan Asia sebelumnya dibuka bervariasi: indeks Kospi dibuka menguat 0,23%, indeks Strait Times dibuka menguat 0,36%, indeks Hang Seng dibuka menguat 0,17%, indeks Nikkei dibuka melemah 0,3%, dan indeks Shanghai dibuka melemah 0,03%.

Aksi borong saham nampak masih dilakukan oleh investor, seiring dengan valuasi IHSG yang relatif murah. Per penutupan kemarin (23/5/2018), Price-Earnings Ratio (PER) IHSG tercatat sebesar 16,19 kali, lebih rendah ketimbang indeks KLCI (Malaysia) yang sebesar 16,43 kali, indeks SET (Thaiand) yang sebesar 16,56 kali, indeks PSI (Filipina) yang sebesar 19,29 kali, dan indeks Nifty 50 (India) yang sebesar 20,51 kali. Valuasi IHSG yang terbilang murah membuat investor gencar berburu saham-saham di dalam negeri.

Namun, sejatinya sejumlah risiko masih membayangi laju penguatan IHSG. Pertama, nilai tukar rupiah melemah 0,06% terhadap dolar AS ke level Rp 14.210. Sejauh ini, kebijakan Bank Indonesia (BI) yang menaikkan suku bunga acuan sebanyak 25bps belum juga terlihat ampuh untuk meredam pelemahan nilai tukar.

Apalagi, satu bulan sebelum lebaran memang aktivitas perdagangan biasanya mencapai puncaknya. Akibatnya, kebutuhan dolar AS memang sedang tinggi-tingginya pada bulan ini, sehingga depresiasi rupiah menjadi semakin sulit untuk direm.

kedua, rilis ikhtisar rapat (minutes of meeting) dari pertemuan The Federal Reserve awal Mei lalu. Dalam rilis tersebut, bank sentral AS mengungkapkan bahwa prospek perekonomian telah menjamin dinaikannya suku bunga acuan dalam jangka waktu yang sangat dekat.

The Fed juga memberi sinyal bahwa inflasi akan dibiarkan melebihi targetnya yang sebesar 25 untuk sementara waktu, mengindikasikan bahwa mereka tak akan terburu-buru dalam mengerek suku bunga acuannya.

Walaupun tak terlalu hawkish, pernyataan oleh the Fed sempat membuat dolar AS perkasa (saat ini indeks dolar AS sudah melemah 0,04%). Jika nanti dolar AS kembali kuat, rupiah bisa semakin terperosok dan membuat IHSG berbalik arah.

Ketiga, isu perang dagang yang kembali memanas, pasca Presiden AS Donald Trump kembali menyuarakan pesimismenya terkait dengan perundingan dagang dengan China.

"Kesepakatan dagang kami dengan China berjalan dengan baik. Akan tetapi, pada akhirnya mungkin kita butuh struktur yang baru karena yang sekarang sulit untuk dijalankan," tegas Trump dalam cuitannya melalui akun Twitter @realDonaldTrump.

Sebelumnya pada hari Selasa (22/5/2018), World Trade Organization (WTO) mengumumkan bahwa Jepang, Rusia, dan Turki telah memberitahu AS mengenai potensi penerapan bea masuk bagi produk ekspor asal AS sebagai balasan pengenaan bea masuk atas baja dan aluminium yang terlebih dahulu diberlakukan Negeri Paman Sam.

Secara total, akan ada tambahan bea masuk senilai US$ 3,5 miliar setiap tahunnya yang harus dibayar oleh eksportir asal AS jika aksi balas dendam ini jadi dilakukan.
(hps) Next Article IHSG Balas Dendam, tapi Apa Kuat ke 7.000 Lagi?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular