
Sejumlah Risiko Membayangi, Bursa Saham Asia Bergerak Mixed
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
24 May 2018 09:14

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham utama kawasan Asia dibuka bervariasi pada perdagangan hari ini. Indeks Kospi dibuka menguat 0,23% ke level 2.477,48, indeks Strait Times dibuka menguat 0,36% ke level 3.508,87, indeks Hang Seng dibuka menguat 0,17% ke level 30.718,66, indeks Nikkei dibuka melemah 0,3% ke level 22.621,29, dan indeks Shanghai dibuka melemah 0,03% ke level 3.167,94.
Sejumlah risiko membayangi bursa saham benua kuning pada hari ini. Pertama, rilis ikhtisar rapat (minutes of meeting) dari pertemuan The Federal Reserve awal Mei lalu. Dalam rilis tersebut, bank sentral AS mengungkapkan bahwa prospek perekonomian telah menjamin dinaikannya suku bunga acuan dalam jangka waktu yang sangat dekat. Mereka juga memberi sinyal bahwa inflasi akan dibiarkan melebihi targetnya yang sebesar 25 untuk sementara waktu, mengindikasikan bahwa mereka tak terburu-buru dalam mengerek suku bunga acuannya.
Walaupun tak terlalu hawkish, pernyataan oleh the Fed sempat membuat dolar AS perkasa. Jika nanti dolar AS kembali kuat, bursa saham kawasan Asia bisa terseret turun. Investor nampak mewaspadai hal tersebut.
Isu perang dagang juga menjadi fokus dari para investor pada hari ini, seiring dengan Presiden AS Donald Trump yang kembali menyuarakan pesimismenya terkait dengan perundingan dagang dengan China.
"Kesepakatan dagang kami dengan China berjalan dengan baik. Akan tetapi, pada akhirnya mungkin kita butuh struktur yang baru karena yang sekarang sulit untuk dijalankan," tegas Trump dalam cuitannya melalui akun Twitter @realDonaldTrump.
Sebelumnya pada hari Selasa (22/5/2018), World Trade Organization (WTO) mengumumkan bahwa Jepang, Rusia, dan Turki telah memberitahu AS mengenai potensi penerapan bea masuk bagi produk ekspor asal AS sebagai balasan pengenaan bea masuk atas baja dan aluminium yang terlebih dahulu diberlakukan Negeri Paman Sam.
Secra total, akan ada tambahan bea masuk senilai US$ 3,5 miliar setiap tahunnya yang harus dibayar oleh eksportir asal AS jika aksi balas dendam ini jadi dilakukan.
(hps) Next Article Kabar Baik China vs Buruk Dari Amerika, Bursa Asia Bervariasi
Sejumlah risiko membayangi bursa saham benua kuning pada hari ini. Pertama, rilis ikhtisar rapat (minutes of meeting) dari pertemuan The Federal Reserve awal Mei lalu. Dalam rilis tersebut, bank sentral AS mengungkapkan bahwa prospek perekonomian telah menjamin dinaikannya suku bunga acuan dalam jangka waktu yang sangat dekat. Mereka juga memberi sinyal bahwa inflasi akan dibiarkan melebihi targetnya yang sebesar 25 untuk sementara waktu, mengindikasikan bahwa mereka tak terburu-buru dalam mengerek suku bunga acuannya.
Walaupun tak terlalu hawkish, pernyataan oleh the Fed sempat membuat dolar AS perkasa. Jika nanti dolar AS kembali kuat, bursa saham kawasan Asia bisa terseret turun. Investor nampak mewaspadai hal tersebut.
"Kesepakatan dagang kami dengan China berjalan dengan baik. Akan tetapi, pada akhirnya mungkin kita butuh struktur yang baru karena yang sekarang sulit untuk dijalankan," tegas Trump dalam cuitannya melalui akun Twitter @realDonaldTrump.
Sebelumnya pada hari Selasa (22/5/2018), World Trade Organization (WTO) mengumumkan bahwa Jepang, Rusia, dan Turki telah memberitahu AS mengenai potensi penerapan bea masuk bagi produk ekspor asal AS sebagai balasan pengenaan bea masuk atas baja dan aluminium yang terlebih dahulu diberlakukan Negeri Paman Sam.
Secra total, akan ada tambahan bea masuk senilai US$ 3,5 miliar setiap tahunnya yang harus dibayar oleh eksportir asal AS jika aksi balas dendam ini jadi dilakukan.
(hps) Next Article Kabar Baik China vs Buruk Dari Amerika, Bursa Asia Bervariasi
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular