Hampir Seluruh Sektor Saham Positif, IHSG Melesat 1,39%

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
23 May 2018 12:24
IHSG menguat 1,39% ke level 5.830,93. Penguatan IHSG terjadi kala mayoritas bursa saham kawasan Asia ditransaksikan di zona merah.
Foto: CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto
Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat 1,39% ke level 5.830,93. Penguatan IHSG terjadi kala mayoritas bursa saham kawasan Asia ditransaksikan di zona merah: indeks Nikkei melemah 1,07%, indeks Shanghai melemah 0,8%, indeks Hang Seng melemah 1,04%, indeks Strait Times melemah 1,03%, indeks SET (Thailand) melemah 0,27%, dan indeks KLCI (Malaysia) melemah 1,55%.

Nilai transaksi tercatat sebesar Rp 4,4 triliun dengan volume sebanyak 4,8 miliar saham. Frekuensi perdagangan adalah 251.804 kali.

Koreksi IHSG yang sudah cukup dalam sepanjang tahun (-9,51% sampai dengan kemarin, 22/5/2018) nampak telah membuka ruang akumulasi bagi para investor, seiring dengan entry point yang jauh lebih menarik.

Seluruh sektor saham kompak menghijau, kecuali sektor pertambangan yang melemah 0,51%. Penguatan tebesar dialami oleh sektor jasa keuangan yang naik hingga 2,71% dan berkontribusi sebesar 43,4 poin dari total kenaikan IHSG yang sebesar 79,8 poin.

Positifnya kinerja sektor ini didorong oleh kenaikan harga saham-saham emiten perbankan, utamanya yang berada dalam kategori BUKU IV: PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) naik 5,15%, PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) naik 4,9%, PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) naik 4,6%, PT Bank CIMB Niaga (BNGA) naik 2,09%, dan PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) naik 1,48%.

Namun, investor sudah sepatutnya mewaspadai penguatan IHSG pada hari ini. Pasalnya, sejumlah sentimen negatif membayangi bursa saham benua kuning. Setelah hubungan AS dan China dalam hal perdagangan sempat menunjukkan perkembangan positif dalam beberapa hari terakhir, kini investor meragukan hal tersebut.

Hal ini dipicu oleh komentar Presiden AS Donald Trump yang menyatakan kurang puas dengan perkembangan negosiasi antar kedua negara.

"Tidak, tidak terlalu," ujar Trump menjawab pertanyaan wartawan mengenai apakah dirinya puas terhadap perkembangan negosiasi perdagangan dengan Beijing. Namun, mantan pengusaha property tersebut menambahkan bahwa pembicaraan dengan China baru tahap awal sehingga masih ada peluang perbaikan ke depan.

Meski begitu, komentar Trump dianggap sudah merefleksikan bahwa negosiasi antar kedua pihak sejatinya tak berjalan mulus. Ada banyak ketidaksepahaman antar kedua negara yang bisa berujung pada pemberlakuan kembali bea masuk yang sebelumnya sudah ditangguhkan.

Tak hanya China, Jepang dan Rusia kini berpotensi meluncurkan serangan balasan ke AS. Kemarin (22/5/2018), World Trade Organization (WTO) telah mengumumkan bahwa Jepang, Rusia, dan Turki berpotensi menerapkan bea masuk bagi produk ekspor asal AS sebagai balasan dari pengenaan bea masuk atas baja dan aluminium yang terlebih dahulu diberlakukan Negeri Paman Sam.

Secra total, akan ada tambahan bea masuk senilai US$ 3,5 miliar yang harus dibayar oleh eksportir asal AS jika aksi balas dendam ini jadi dilakukan.

Dari dalam negeri, nilai tukar rupiah justru terdepresiasi sebesar 0,4% di pasar spot ke level Rp 14.190/dolar AS. Sejauh ini, kebijakan Bank Indonesia (BI) yang menaikkan suku bunga acuan sebanyak 25bps belum terlihat ampuh untuk meredam pelemahan nilai tukar.

Apalagi, satu bulan sebelum lebaran memang aktivitas perdagangan biasanya mencapai puncaknya. Akibatnya, kebutuhan dolar AS memang sedang tinggi-tingginya pada bulan ini, sehingga depresiasi rupiah menjadi semakin sulit untuk direm.
(hps) Next Article IHSG Balas Dendam, tapi Apa Kuat ke 7.000 Lagi?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular