
Di Kurs Acuan dan Pasar Spot, Dolar AS Dekati Rp 14.200
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
23 May 2018 10:32

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) di kurs acuan melemah. Seperti halnya di pasar spot, dolar AS di kurs acuan pun sudah mendekati Rp 14.200.
Pada Rabu (23/5/2018), Jakarta Interbank Spot Dollar Rate/Jisdor berada di Rp 14.192. Rupiah melemah 0,09% dibandingkan hari sebelumnya.
Sedangkan di pasar spot, pada pukul 10:05 WIB rupiah berada di Rp 14.198/US$ atau melemah 0,46%. Titik terlemah rupiah hari ini berada di Rp 14.200/US$, terlemah sejak pertengahan 2015.
Seperti halnya rupiah, mata uang Asia pun cenderung melemah. Namun dengan pelemahan 0,46%, rupiah jadi yang terburuk di antara mata uang utama regional.
Berikut perkembangan nilai tukar sejumlah mata uang utama Asia terhadap greenback:
Dari sisi eksternal, dolar AS memang sedang perkasa. Dollar Index, yang mencerminkan posisi greenback di hadapan 6 mata uang utama, saat ini naik 0,12% setelah kemarin terdampar di zona merah.
Dolar AS seakan mendapat momentum penguatan jelang rilis ikhtisar rapat (minutes of meeting) The Federal Rserve/The Fed edisi Mei 2018. Dalam rapat tersebut, The Fed memang masih menahan suku bunga acuan di 1,5-1,75%. Namun pelaku pasar akan menyimak pernyataan dari para pejabat The Fed untuk mencari petunjuk arah kebijakan moneter Negeri Paman Sam ke depan.
Sampai saat ini, The Fed masih diyakini akan menaikkan suku bunga acuan tiga kali sepanjang 2018. Namun dengan perkembangan terakhir, di mana data-data ekonomi AS terus positif, membuka kemungkinan The Fed untuk menaikkan sampai empat kali dalam rangka menjangkar ekspektasi inflasi.
Terbaru, The Fed Richmond merilis data indeks manufakur Mei 2018 sebesar 16. Jauh melebihi bulan sebelumnya yang -3. Ini menunjukkan aktivitas industri manufaktur di AS terus menggeliat, menunjukkan pemulihan ekonomi yang semakin nyata.
Kala ekonomi bergerak, salah satu dampaknya adalah percepatan laju inflasi. Agar inflasi tidak terlalu cepat, maka obat paling manjur adalah menaikkan suku bunga acuan.
Jika dalam ikhtisar rapat The Fed ada indikasi kenaikan suku bunga yang lebih agresif untuk meredam inflasi, maka itu bisa menjadi energi penguatan dolar AS. Oleh karena itu, investor pun mulai berburu greenback untuk mengamankan posisi. Akibatnya mata uang lain menjadi tertekan, tidak terkecuali rupiah.
Pada Rabu (23/5/2018), Jakarta Interbank Spot Dollar Rate/Jisdor berada di Rp 14.192. Rupiah melemah 0,09% dibandingkan hari sebelumnya.
Sedangkan di pasar spot, pada pukul 10:05 WIB rupiah berada di Rp 14.198/US$ atau melemah 0,46%. Titik terlemah rupiah hari ini berada di Rp 14.200/US$, terlemah sejak pertengahan 2015.
Berikut perkembangan nilai tukar sejumlah mata uang utama Asia terhadap greenback:
Mata Uang | Bid Terakhir | Perubahan (%) |
Yen Jepang | 110,49 | +0,22 |
Yuan China | 6,34 | +0,24 |
Won Korsel | 1.077,63 | -0,19 |
Dolar Taiwan | 29,90 | -0,11 |
Rupee India | 68,01 | +0,15 |
Dolar Singapura | 1,34 | -0,01 |
Ringgit Malaysia | 3,97 | -0,16 |
Peso Filipina | 52,29 | -0,11 |
Baht Thailand | 32,01 | -0,09 |
Dari sisi eksternal, dolar AS memang sedang perkasa. Dollar Index, yang mencerminkan posisi greenback di hadapan 6 mata uang utama, saat ini naik 0,12% setelah kemarin terdampar di zona merah.
Dolar AS seakan mendapat momentum penguatan jelang rilis ikhtisar rapat (minutes of meeting) The Federal Rserve/The Fed edisi Mei 2018. Dalam rapat tersebut, The Fed memang masih menahan suku bunga acuan di 1,5-1,75%. Namun pelaku pasar akan menyimak pernyataan dari para pejabat The Fed untuk mencari petunjuk arah kebijakan moneter Negeri Paman Sam ke depan.
Sampai saat ini, The Fed masih diyakini akan menaikkan suku bunga acuan tiga kali sepanjang 2018. Namun dengan perkembangan terakhir, di mana data-data ekonomi AS terus positif, membuka kemungkinan The Fed untuk menaikkan sampai empat kali dalam rangka menjangkar ekspektasi inflasi.
Terbaru, The Fed Richmond merilis data indeks manufakur Mei 2018 sebesar 16. Jauh melebihi bulan sebelumnya yang -3. Ini menunjukkan aktivitas industri manufaktur di AS terus menggeliat, menunjukkan pemulihan ekonomi yang semakin nyata.
Kala ekonomi bergerak, salah satu dampaknya adalah percepatan laju inflasi. Agar inflasi tidak terlalu cepat, maka obat paling manjur adalah menaikkan suku bunga acuan.
Jika dalam ikhtisar rapat The Fed ada indikasi kenaikan suku bunga yang lebih agresif untuk meredam inflasi, maka itu bisa menjadi energi penguatan dolar AS. Oleh karena itu, investor pun mulai berburu greenback untuk mengamankan posisi. Akibatnya mata uang lain menjadi tertekan, tidak terkecuali rupiah.
Next Page
Faktor Domestik Ikut Bebani Rupiah
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular