
AS-China Capai Kesepakatan Dagang, Dow Jones Siap Meroket
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
21 May 2018 17:08

Jakarta, CNBC Indonesia - Pada perdagangan hari ini (21/5/2018,) Wall Street berpotensi dibuka menguat. Hal ini terlihat dari kontrak futures tiga indeks saham utama AS: kontrak futures Dow Jones mengimplikasikan kenaikan 239 poin pada saat pembukaan, sementara S&P 500 dan Nasdaq diimplikasikan naik masing-masing sebesar 16 dan 49 poin.
Kesepakatan yang terjalin antara AS dan China pada hari Sabtu (19/5/2018) terkait hal perdagangan telah membuka lebar ruang penguatan bagi Wall Street. Dalam pernyataan gabungannya bersama AS dan China menyatakan mereka akan secara signifikan meningkatkan pembelian barang dan jasa dari AS. Hal ini dipercayai akan mendorong laju perekonomian dan penciptaan lapangan kerja di Negeri Paman Sam.
Barang-barang yang akan digenjot pengirimannya ke China adalah yang berasal dari sektor agrikultur dan energi. AS akan mengirimkan delegasi ke China untuk mengerjakan detil dari hal ini. Selain itu, kedua negara juga menyepakati arti penting peningkatan kerja sama perdagangan di sektor manufaktur dan jasa.
Walaupun belum menyebutkan angka pasti, pernyataan ini berhasil memberikan kelegaan bagi pelaku pasar dan mendorong bursa saham kawasan Asia menguat. Setidaknya untuk beberapa waktu ke depan, isu perang dagang bisa dibuang dulu dari benak investor.
Terlebih, Menteri Keuangan AS Steve Mnuchin pada hari Minggu (20/5/2018) menyebut bahwa perang dagang dengan China kini sedang ditangguhkan. Kedua negara disebutnya setuju untuk tidak menerapkan ancaman pengenaan bea impor sementara keduanya membicarakan kesepakatan perdagangan yang lebih luas.
Mnuchin dan penasihat ekonomi Presiden Donald Trump, Larry Kudlow, mengatakan kesepakatan yang dicapai AS dan China hari Sabtu lalu akan menjadi kerangka kerja untuk menyelesaikan isu ketidakseimbangan perdagangan di masa depan.
"Kami menangguhkan perang dagang. Saat ini, kami telah sepakat untuk menunda penerapan tarif sementara kami mencoba melaksanakan kerangka kerja tersebut," kata Mnuchin dalam wawancaranya dengan Fox News Sunday seperti dikutip dari CNBC International.
Namun, perdagangan hari ini sejatinya bukan tanpa risiko. Imbal hasil obligasi pemerintah AS kembali merangkak naik ke level 3,0726%, lebih tinggi dibandingkan posisi Jumat lalu (18/5/2018) yang sebesar 3,067%. Nampaknya, persepsi mengenai kenaikan suku bunga acuan yang lebih agresif oleh the Federal Reserve masih coba di price-in oleh pelaku pasar.
Seiring dengan naiknya imbal hasil, dolar AS pun kembali perkasa. Sampai dengan berita ini diturunkan, indeks dolar AS yang menggambarkan pergerakan greenback terhadap mata uang utama dunia lainnya menguat hingga 0,3% ke level 93,917.
Pada hari ini, anggota FOMC Raphael Bostic dijadwalkan untuk berbicara mengenai prospek perekonomian AS dalam acara Atlanta Economics Club. Jika ada sinyal kenaikan suku bunga acuan sebanyak empat kali yang keluar dari mulutnya, imbal hasil obligasi bisa terus merangkak naik dan memaksa investor angkat kaki dari bursa saham.
(hps) Next Article Wall Street Melejit, Sinyal Pasar Saham Kebal Resesi?
Kesepakatan yang terjalin antara AS dan China pada hari Sabtu (19/5/2018) terkait hal perdagangan telah membuka lebar ruang penguatan bagi Wall Street. Dalam pernyataan gabungannya bersama AS dan China menyatakan mereka akan secara signifikan meningkatkan pembelian barang dan jasa dari AS. Hal ini dipercayai akan mendorong laju perekonomian dan penciptaan lapangan kerja di Negeri Paman Sam.
Barang-barang yang akan digenjot pengirimannya ke China adalah yang berasal dari sektor agrikultur dan energi. AS akan mengirimkan delegasi ke China untuk mengerjakan detil dari hal ini. Selain itu, kedua negara juga menyepakati arti penting peningkatan kerja sama perdagangan di sektor manufaktur dan jasa.
Terlebih, Menteri Keuangan AS Steve Mnuchin pada hari Minggu (20/5/2018) menyebut bahwa perang dagang dengan China kini sedang ditangguhkan. Kedua negara disebutnya setuju untuk tidak menerapkan ancaman pengenaan bea impor sementara keduanya membicarakan kesepakatan perdagangan yang lebih luas.
Mnuchin dan penasihat ekonomi Presiden Donald Trump, Larry Kudlow, mengatakan kesepakatan yang dicapai AS dan China hari Sabtu lalu akan menjadi kerangka kerja untuk menyelesaikan isu ketidakseimbangan perdagangan di masa depan.
"Kami menangguhkan perang dagang. Saat ini, kami telah sepakat untuk menunda penerapan tarif sementara kami mencoba melaksanakan kerangka kerja tersebut," kata Mnuchin dalam wawancaranya dengan Fox News Sunday seperti dikutip dari CNBC International.
Namun, perdagangan hari ini sejatinya bukan tanpa risiko. Imbal hasil obligasi pemerintah AS kembali merangkak naik ke level 3,0726%, lebih tinggi dibandingkan posisi Jumat lalu (18/5/2018) yang sebesar 3,067%. Nampaknya, persepsi mengenai kenaikan suku bunga acuan yang lebih agresif oleh the Federal Reserve masih coba di price-in oleh pelaku pasar.
Seiring dengan naiknya imbal hasil, dolar AS pun kembali perkasa. Sampai dengan berita ini diturunkan, indeks dolar AS yang menggambarkan pergerakan greenback terhadap mata uang utama dunia lainnya menguat hingga 0,3% ke level 93,917.
Pada hari ini, anggota FOMC Raphael Bostic dijadwalkan untuk berbicara mengenai prospek perekonomian AS dalam acara Atlanta Economics Club. Jika ada sinyal kenaikan suku bunga acuan sebanyak empat kali yang keluar dari mulutnya, imbal hasil obligasi bisa terus merangkak naik dan memaksa investor angkat kaki dari bursa saham.
(hps) Next Article Wall Street Melejit, Sinyal Pasar Saham Kebal Resesi?
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular