Saham Bank-Bank Besar Dilepas, IHSG Jatuh 0,86%

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
21 May 2018 16:32
IHSG melemah 0,86% perdagangan pertama di pekan ini ke level 5.733,85, didorong oleh koreksi saham-saham bank BUKU IV.
Foto: Muhammad Luthfi Rahman
Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah 0,86% perdagangan pertama di pekan ini ke level 5.733,85. Pelemahan IHSG terjadi di saat bursa saham kawasan Asia ditransaksikan di zona hijau: indeks Nikkei naik 0,31%, indeks Shanghai naik 0,66%, indeks Hang Seng naik 0,6%, indeks Strait Times naik 0,53%, indeks Kospi naik 0,2%, dan indeks SET (Thailand) naik 0,6%.

Nilai transaksi tercatat sebesar Rp 8,7 triliun dengan volume sebanyak 9 miliar saham. Frekuensi perdagangan adalah 364.503 kali.

Sektor jasa keuangan menjadi sektor dengan kontribusi terbesar bagi pelemahan IHSG. Sektor ini melemah hingga 1,88% dan berkontribusi sebesar 30,7 poin dari total koreksi IHSG yang sebesar 49,5 poin.

Dilepasnya saham-saham bank kategori BUKU IV oleh investor menjadi motor utama pelemahan sektor jasa keuangan: PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) anjlok 6,12%, PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) melemah 3,63%, PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) melemah 1,84%, PT Bank CIMB Niaga Tbk (BNGA) melemah 1,04%, dan PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) melemah 0,23%.

Aksi jual atas saham-saham bank BUKU IV didorong oleh pelemahan nilai tukar rupiah. Sampai dengan akhir perdagangan, rupiah melemah 0,21% di pasar spot ke level Rp 14.180/dolar AS. Rupiah bahkan sempat menyentuh titik terlemahnya di level Rp 14.200/dolar AS.

Kenaikan suku bunga acuan sebesar 25bps terbukti masih belum ampuh untuk meredam pelemahan nilai tukar. Investor menganggap kenaikan suku bunga acuan justru berpotensi menekan perekonomian domestik yang sebelumnya sudah lesu. Terlebih, dolar AS memang sedang berada dalam posisi yang perkasa pada hari ini. Indeks dolar AS yang menggambarkan pergerakan greenback terhadap mata uang utama dunia naik 0,29% ke level 93,908.

Posisi rupiah yang semakin terpojok ini telah memantik ketakutan bahwa rasio kredit bermasalah (nonperforming loan/NPL) akan menanjak naik seperti pada tahun 2015 silam. Jika hal ini yang terjadi, tentulah profitabilitas bank menjadi taruhannya.

Lebih lanjut, pelemahan rupiah yang semakin menjadi-jadi telah menimbulkan persepsi bahwa Bank Indonesia (BI) akan kembali mengerek suku bunga acuannya. Walaupun kenaikan sebesar 25bps yang diputuskan pada Kamis lalu (17/5/2018) diklaim tak akan berpengaruh kepada suku bunga kredit, kenaikan sebesar 25bps lagi akan sangat mungkin ikut mengerek suku bunga kredit naik.

Masalahnya, penyaluran kredit saat ini terbilang sudah lesu. Dalam kondisi suku bunga acuan yang lebih rendah seperti kemarin saja, Bank Indonesia (BI) mencatat pertumbuhan kredit perbankan hanya mencapai 8,5% YoY per akhir Maret 2018, lebih rendah dibandingkan posisi Maret 2017 sebesar 9,2% YoY. Realisasi tersebut juga jauh di bawah target BI untuk tahun ini yang berada di kisaran dua digit.

Jika suku bunga kredit dinaikkan, tentu konsumen dan pelaku usaha akan berpikir dua kali sebelum menarik kredit. Akibatnya, lagi-lagi profitabilitas bank menjadi taruhannya.

Merepson pelemahan rupiah, investor asing melakukan jual bersih senilai Rp 792 miliar. Hal ini berarti sudah sebulan lebih investor asing tak pernah mencatatkan beli bersih di pasar saham dalam negeri. Terakhir kali investor asing masuk ke bursa saham adalah pada 19 April lalu dengan nilai sebesar Rp 212,3 miliar.

Saham-saham yang paling banyak dilepas investor asing pada hari ini diantaranya: PT Bank Rakyat Indonesia Tbk/BBRI (Rp 534,8 miliar), PT Bank Central Asia Tbk/BBCA (Rp 176,3 miliar), PT Adaro Energy Tbk/ADRO (Rp 64,7 miliar), PT United Tractors Tbk/UNTR (Rp 57,1 miliar), dan PT Bank Negara Indonesia Tbk/BBNI (Rp 43,6 miliar).

Dari sisi eksternal, sentimen sebenarnya kondusif bagi bursa saham, seiring dengan AS dan China yang akhirnya mencapai kesepakatan terkait hal perdagangan. Dalam pernyataan gabungannya bersama AS, China menyatakan bahwa mereka akan secara signifikan meningkatkan pembelian barang dan jasa dari AS. Hal ini dipercayai akan mendorong laju perekonomian dan penciptaan lapangan kerja di Negeri Paman Sam.

Barang-barang yang akan digenjot pengirimannya ke China adalah yang berasal dari sektor agrikultur dan energi. AS akan mengirimkan delegasinya ke China untuk mengerjakan detil dari hal ini. Selain itu, kedua negara juga menyepakati pentingnya meningkatkan perdagangan di sektor manufaktur dan jasa.

Walaupun belum menyebutkan angka pasti, pernyataan ini berhasil memberikan kelegaan bagi pelaku pasar dan mendorong bursa saham kawasan Asia menguat. Setidaknya ntuk beberapa waktu ke depan, isu perang dagang bisa dibuang dulu dari benak investor.

Terlebih, Menteri Keuangan AS Steve Mnuchin pada hari Minggu (20/5/2018) menyebut bahwa perang dagang dengan China kini sedang ditangguhkan. Kedua negara disebutnya telah setuju untuk tidak menerapkan ancaman pengenaan bea impor sementara keduanya membicarakan kesepakatan perdagangan yang lebih luas.

Mnuchin dan penasihat ekonomi Presiden Donald Trump, Larry Kudlow, mengatakan kesepakatan yang dicapai AS dan China hari Sabtu lalu akan menjadi kerangka kerja untuk menyelesaikan isu ketidakseimbangan perdagangan di masa depan.

"Kami menangguhkan perang dagang. Saat ini, kami telah sepakat untuk menunda penerapan tarif sementara kami mencoba melaksanakan kerangka kerja tersebut," kata Mnuchin dalam wawancaranya dengan Fox News Sunday seperti dikutip dari CNBC International.

TIM RISET CNBC INDONESIA



(hps) Next Article Jokowi Disuntik Vaksin Corona, Bursa RI Siap-siap ke 6.500

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular