Dolar AS Nyaris Rp 14.200, Rupiah Terlemah Ketiga di Asia

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
21 May 2018 12:38
Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) terus bergerak melemah.
Foto: CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) terus bergerak melemah. Bahkan dolar AS kini hampir menyenggol Rp 14.200. 

Pada perdagangan Senin (21/5/2018) pukul 12:00 WIB, US$ 1 dihargai Rp 14.197. Rupiah melemah 0,33% dibandingkan penutupan perdagangan akhir pekan lalu. Tinggal 3 poin lagi maka dolar AS akan menembus Rp 14.200.  

Seperti hanya rupiah, mata uang kawasan pun cenderung melemah. Bahkan depresiasi rupiah bukan yang terdalam, masih lebih baik ketimbang yen Jepang atau won Korea Selatan. 

Berikut pergerakan nilai tukar sejumlah mata uang Asia terhadap greenback: 

Mata UangBid TerakhirPerubahan (%)
Yen Jepang111,24-0,45
Yuan China6,38-0,06
Won Korsel1.084,40-0,35
Dolar Taiwan29,99-0,19
Rupee India68,08-0,15
Dolar Singapura1,34-0,17
Ringgit Malaysia3,97-0,13
Peso Filipina52,35-0,13
Baht Thailand32,22-0,09
 
Keperkasaan greenback belum terbendung. Terhadap mata uang utama pun dolar AS menguat. Ini terlihat dari Dollar Index yang saat ini menguat 0,23%. 

Investor memang sedang melirik dolar AS. Sebab, pasar tengah menantikan rilis ikhtisar (minutes of meeting) The Federal Reserve/The Fed edisi April 2018 yang akan keluar pada Kamis dini hari waktu Indonesia.  

Bulan lalu, The Fed memang masih menahan suku bunga acuan di 1,5-1,75%. Namun investor ingin mencari petunjuk soal arah kebijakan moneter Negeri Paman Sam.

Pelaku pasar ingin memastikan apakah The Fed benar-benar akan menempuh kenaikan suku bunga yang lebih agresif atau masih sesuai dengan perkiraan.
 Sembari menunggu, investor nampaknya sudah mulai ambil posisi dengan mengoleksi dolar AS.

Ketika benar-benar ada petunjuk bahwa The Fed akan menaikkan suku bunga lebih agresif, maka dolar AS akan semakin terapresiasi. Oleh karena itu, lebih baik memburu mata uang ini sebelum nanti harganya semakin mahal.
 

Selain itu, penguatan dolar AS juga disebabkan oleh depresiasi euro akibat kekhawatiran atas kondisi di Italia. Koalisi pemerintahan Negeri Pizza sepakat untuk menggenjot belanja negara dan memangkas tarif pajak untuk menggerakkan ekonomi. 

Situasi ini membawa ingatan pelaku pasar kepada trauma krisis fiskal 2010. Kala itu, Italia (dan beberapa negara lain seperti Portugal, Irlandia, Yunani, dan Spanyol) didera krisis anggaran karena terlalu banyak utang jatuh tempo akibat kebijakan fiskal terlampau jor-joran. 

TIM RISET CNBC INDONESIA


(aji/aji) Next Article Penampakan di Money Changer, Saat Rupiah di Atas 14.800/US$

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular