
Di Kurs Acuan, Dolar AS Juga Nyaris Sentuh Rp 14.200
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
21 May 2018 10:29

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) di kurs acuan bergerak melemah. Sama seperti di pasar spot, di kurs acuan pun dolar AS nyaris menyentuh Rp 14.200.
Pada Senin (21/5/2018), Jakarta Interbank Spot Dollar Rate/Jisdor berada di Rp 14.176. Rupiah melemah 0,49%.
Sementara di pasar spot, US$ 1 dihargai Rp 14.185 pada pukul 10:00 WIB. Rupiah melemah 0,25% dibandingkan penutupan perdagangan akhir pekan lalu. Tinggal 15 poin lagi maka dolar AS akan menembus Rp 14.200.
Posisi terkuat dolar AS di pasar spot bahkan sempat menyentuh Rp 14.190. Sementara terlemahnya berada di Rp 14.150 yaitu kala pembukaan pasar.
Senasib dengan rupiah, mata uang regional juga cenderung depresiatif. Bahkan rupiah cukup beruntung karena beberapa mata uang lain melemah lebih dalam. Berikut perkembangan sejumlah mata uang Asia terhadap dolar AS:
Dolar AS masih melanjutkan keperkasaannya. Dollar Index, yang mencerminkan posisi dolar AS di hadapan 6 mata uang utama, saat ini menguat 0,23%.
Investor memang sedang mengarahkan pandangan ke greenback. Pelaku pasar sedang mengambil posisi sambil menunggu rilis ikhtisar rapat (minutes of meeting) The Federal Reserve/The Fed edisi Mei 2018. The Fed memang menahan suku bunga acuan pada pertemuan tersebut, tetapi pasar akan melihat rincian dari dinamika yang terjadi selama rapat.
Investor akan meneliti kata demi kata yang keluar dari para petinggi The Fed, dan mencari petunjuk arah kebijakan moneter ke depan. Pelaku pasar akan melihat semua petunjuk yang mengarah kepada pengetatan moneter.
Selain itu, apresiasi greenback juga didukung oleh melemahnya euro akibat kekhawatiran atas kondisi di Italia. Koalisi pemerintahan Negeri Pizza sepakat untuk menggenjot belanja negara, sesuatu yang membawa ingatan pelaku pasar kepada trauma krisis fiskal 2010. Kala itu, Italia (dan beberapa negara lain seperti Portugal, Irlandia, Yunani, dan Spanyol) didera krisis anggaran karena terlalu banyak utang jatuh tempo akibat belanja negara terlampau jor-joran.
Sementara dari dalam negeri, kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) 7 days reverse repo rate belum mampu menjadi doping bagi rupiah. Per pukul 10:25 WIB, investor asing malah mencatatkan jual bersih Rp 329,88 miliar di pasar saham.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Rupiah Sempat Beraksi di Level 13.000-an
Pada Senin (21/5/2018), Jakarta Interbank Spot Dollar Rate/Jisdor berada di Rp 14.176. Rupiah melemah 0,49%.
Sementara di pasar spot, US$ 1 dihargai Rp 14.185 pada pukul 10:00 WIB. Rupiah melemah 0,25% dibandingkan penutupan perdagangan akhir pekan lalu. Tinggal 15 poin lagi maka dolar AS akan menembus Rp 14.200.
Senasib dengan rupiah, mata uang regional juga cenderung depresiatif. Bahkan rupiah cukup beruntung karena beberapa mata uang lain melemah lebih dalam. Berikut perkembangan sejumlah mata uang Asia terhadap dolar AS:
Mata Uang | Bid Terakhir | Perubahan (%) |
Yen Jepang | 111.10 | -0,33 |
Yuan China | 6,38 | -0,08 |
Won Korsel | 1.084,30 | -0,35 |
Dolar Taiwan | 29,98 | -0,14 |
Rupee India | 67,98 | -0,33 |
Dolar Singapura | 1,34 | -0,10 |
Ringgit Malaysia | 3,97 | -0,13 |
Peso Filipina | 52,43 | -0,29 |
Baht Thailand | 32,19 | -0,03 |
Dolar AS masih melanjutkan keperkasaannya. Dollar Index, yang mencerminkan posisi dolar AS di hadapan 6 mata uang utama, saat ini menguat 0,23%.
Investor memang sedang mengarahkan pandangan ke greenback. Pelaku pasar sedang mengambil posisi sambil menunggu rilis ikhtisar rapat (minutes of meeting) The Federal Reserve/The Fed edisi Mei 2018. The Fed memang menahan suku bunga acuan pada pertemuan tersebut, tetapi pasar akan melihat rincian dari dinamika yang terjadi selama rapat.
Investor akan meneliti kata demi kata yang keluar dari para petinggi The Fed, dan mencari petunjuk arah kebijakan moneter ke depan. Pelaku pasar akan melihat semua petunjuk yang mengarah kepada pengetatan moneter.
Selain itu, apresiasi greenback juga didukung oleh melemahnya euro akibat kekhawatiran atas kondisi di Italia. Koalisi pemerintahan Negeri Pizza sepakat untuk menggenjot belanja negara, sesuatu yang membawa ingatan pelaku pasar kepada trauma krisis fiskal 2010. Kala itu, Italia (dan beberapa negara lain seperti Portugal, Irlandia, Yunani, dan Spanyol) didera krisis anggaran karena terlalu banyak utang jatuh tempo akibat belanja negara terlampau jor-joran.
Sementara dari dalam negeri, kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) 7 days reverse repo rate belum mampu menjadi doping bagi rupiah. Per pukul 10:25 WIB, investor asing malah mencatatkan jual bersih Rp 329,88 miliar di pasar saham.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Rupiah Sempat Beraksi di Level 13.000-an
Most Popular