Yield AS Naik, Greenback Kian Kokoh Terhadap Rupiah

Alfado Agustio, CNBC Indonesia
18 May 2018 16:42
Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada penutupan pasar hari ini bergerak melemah.
Foto: Muhammad Luthfi Rahman
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada penutupan pasar hari ini bergerak melemah. Pelemahan ini tidak lepas dari pergerakan imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS yang menyentuh posisi tertinggi dalam 7 tahun terakhir. 

Pada Jumat (18/05) pukul 16.00 WIB, dolar AS di pasar spot bertengger Rp 14.150. Rupiah melemah 0,73% dibandingkan penutupan sehari sebelumnya. Posisi ini merupakan yang terlemah pada perdagangan hari ini.
Yield AS Naik, Greenback Kian Kokoh Terhadap RupiahSumber: Tim Riset CNBC Indonesia
Pelemahan rupiah merupakan yang terburuk dibandingkan mata uang negara-negara kawasan. Berikut data pergerakan mata uang kawasan seperti dikutip dari Reuters:
 
Mata UangBid TerakhirPerubahan (%)
Yen Jepang110.97-0,19
Yuan China6,47-0,14
Won Korsel1,078,71+0,31
Dolar Taiwan29,92+0,01
Rupee India68,01-0,37
Dolar Singapura1.34-0,03
Ringgit Malaysia3.96-0,05
Bath Thailand32,14-0,16
Peso Filipina52,34-0,18

Kenaikan yield obligasi pemerintah AS pada hari ini begitu memukul pergerakan rupiah. Per 18 Mei, pergerakan yield sempat menyentuh posisi 3,124% atau tertinggi dalam 7 tahun terakhir. Situasi ini memicu aliran valas keluar dari Indonesia, yang tercermin dari pergerakan aliran modal asing meninggalkan bursa saham.

Pada hari ini, jual bersih investor mencapai Rp 689,41 miliar. Akibatnya, nilai tukar rupiah pun tertekan.
 Meski Bank Indonesia (BI) telah memutuskan menaikkan suku bunga acuan BI-7 Days Reverse Repo Rate sebesar 25 basis poin ke 4,5%, dampaknya belum terlihat jelas.

Sempat menguat pada pembukaan pagi, rupiah kembali melemah pada jam perdagangan siang.
 Di sisi lain, kemungkinan suku bunga acuan AS akan kembali naik pada Juni mendatang juga cukup kuat seiring dengan kondisi perekonomian AS yang terus membaik.

Data The Fed Philadelphia menunjukkan indeks manufaktur naik dari 23,2 (April) ke 34,4 (Mei), jauh di atas proyeksi 21.
 Peningkatan indeks ini didorong naiknya pemesanan, pengiriman, dan tambahan penyerapan tenaga kerja. Semakin membaiknya perekonomian AS mendorong The Fed turun tangan agar tidak terjadi overheating dengan menaikkan suku bunga acuan guna menarik dana berlebih di pasar ke sistem keuangan.

TIM RISET CNCB INDONESIA

(ags) Next Article RI Kurangi Ketergantungan Dolar AS

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular