Dana Asing Keluar dari Pasar Saham Rp 40 T, Lewati 2017

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
18 May 2018 09:48
Secara kumulatif sampai dengan akhir perdagangan kemarin, net sell investor asing di pasar saham telah melebihi capaian sepanjang tahun 2017.
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki
Jakarta, CNBC Indonesia - Aksi jual bersih alias net sell investor asing di pasar saham kian tak terbendung. Dalam beberapa waktu kebelakang, investor asing terus-menerus kabur dari pasar saham domestik dengan nilai yang besar.

Pada perdagangan Kemarin, jual bersih investor asing tercatat sebesar Rp 642,4 miliar. Jika ditotal sepanjang tahun ini, nilainya telah mencapai Rp 40,3 triliun, sudah lebih besar dibandingkan nilai sepanjang 2017 yang sebesar Rp 39,9 triliun. Padahal, 2018 baru berlangsung 5 bulan, itupun belum sepenuhnya terlewati.

Kemudian pada pagi hari ini, aksi jual bersih masih berlanjut, dengan nilai sebesar Rp 54,9 miliar. Penyebabnya tak lain dari depresiasi rupiah. Sampai dengan berita ini diturunkan, rupiah melemah 0,59% terhadap dolar AS di pasar spot ke level Rp 14.130.

Hal ini tentu dapat dikatakan menyedihkan. Pasalnya, kemarin (17/5/2018) Bank Indonesia (BI) sudah menaikkan suku bunga acuan senilai 25bps menjadi 4,5% guna meredam pelemahan rupiah.

Investor nampak memaknai kenaikan suku bunga acuan sebagai penghambat laju ekonomi Indoenesia, ketimbang suatu instrumen untuk menarik balik arus modal asing yang sudah mengalir deras keluar Indonesia.

Kenaikan suku bunga acuan akan mengerek naik suku bunga kredit dan imbal hasil obligasi yang pada akhirnya membuat biaya dana (cost of fund) dari perusahaan-perusahaan di Indonesia ikut naik. Jika para perusahaan menaikkan harga jual produknya guna menjaga tingkat profitabilitas, konsumsi masyarakat bisa semakin tertekan.

Padahal, ekonomi Indonesia saat ini membutuhkan suntikan energi guna tumbuh lebih kencang. Pada kuartal-I 2018, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat ekonomi Indonesia hanya tumbuh sebesar 5,06%, jauh lebih rendah dibandingkan konsensus yang dihimpun oleh CNBC Indonesia sebesar 5,18% YoY. Capaian sepanjang kuartal-I 2018 tak berbeda jauh jika dibandingkan dengan realisasi kuartal-I 2017. Kala itu, ekonomi Indonesia tumbuh sebesar 5,01% YoY.

Jika kini suku bunga acuan dinaikkan, maka target pertumbuhan ekonomi nan ambisius yang dipatok oleh pemerintah di angka 5,4% kian mustahil untuk dicapai.

Ketika perekonomian suatu negara tak mampu tumbuh sesuai ekspektasi, tentulah mata uangnya menjadi tak menarik di mata investor. Hal inilah yang mendasari aksi jual atas rupiah hingga menjadikannya mata uang dengan performa terburuk di kawasan Asia.
(hps) Next Article Waduh! Investor Asing Kabur dari 10 Emiten Kala IHSG Merah

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular