Yield Obligasi AS Naik, Defisit Perdagangan Capai US$1,63 M

Ratelia Nabila, CNBC Indonesia
17 May 2018 09:55
kemarin, dolar AS kembali menembus Rp 14.000.
Foto: CNBC Indonesia/Andrean Kristianto
Jakarta, CNBC Indonesia- Perhatian investor, kembali tertuju pada sentiment yang terhadi di pasar domestik kemarin (16/05/2018). Mulai dari, pelemahan rupiah, kenaikan suku bunga Bank Indonesia (BI) 7-Days Reverse Repo Rate, dan pelemahan neraca perdagangan.

Berikut CNBC Indonesia, merangkum sentiment-sentimen yang mewarnai pasar Indonesia.

1. Banyak Sentimen Negatif, Rupiah Melemah di Asia Hingga Eropa.

Nilai tukar rupiah melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Namun ternyata tidak hanya di hadapan greenback, rupiah pun tak bertaji melawan mata uang Asia sampai Eropa. Kemarin, (16/5/2018), rupiah melemah 0,4%. Tidak hanya terhadap greenback, rupiah pun melemah di hadapan banyak mata uang. Rupiah hanya bisa menguat terhadap euro.

Namun, pelemahan tertinggi tetap dicapai rupiah terhadap nilai tukar greenback hingga menyentuh level Rp 14.000 dan poundsterling di level Rp 19.000. Dan di pasar ASEAN, pelemahan rupiah mencapai angka tertinggi hingga level Rp 10.000 terhadap nilai mata uang dolar Singapura.

Sentimen pelemahan rupiah tidak lepas dari pengaruh negatif domestik seperti kondisi keamanan hingga defisit neraca perdagangan. Situasi keamanan Indonesia kembali mencekam setelah merebaknya aksi teror. Rangkaian aksi terror, yang terjadi di Surabaya pekan kemarin dan di Mapolda Riau membuat rupiah sekali lagi tertekan di zona merah.

Kemudian, sentimen negatif juga hadir dari rilis data neraca perdagangan April 2018 yang defisit US$ 1,63 miliar. Ini merupakan defisit terdalam sejak April 2014. Lalu, investor juga menantikan pengumuman suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) 7 days reverse repo rate pada esok hari.

2. Yield Obligasi AS Naik Di atas 3%, Bagaimana Pengaruhnya ke Indonesia?

Lonjakan imbal hasil surat utang pemerintah AS (Yield US Treasury) ke level tertingginya sejak tujuh tahun terakhir kembali memberikan sentimen negatif kepada pasar keuangan global. Obligasi AS saat ini berada di level 3,09% atau tertinggi sejak Juli 2011. Sentimen ini, membuat bursa regional kembali berkecamuk terutama Indonesia.

Kemarin (16/04/2018), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah 0,99% ke level 5.780,88, mengikuti pelemahan yang terjadi di Indeks Nikkei, indeks Kospi, indeks Strait Times, indeks Shanghai, dan Indeks Hang Seng.

Salah satu pengaruh, yang akan berimbas bagi sektor keuangan Indonesia terutama perbankan adalah melambungnya nilai Credit Default Swap (CDS). Angka CDS untuk tenor 5 tahun terbilang cukup menggembirakan karena berada di angka 76,56 bps. Namun, per 9 Mei lalu angka CDS telah melambung hingga 129,19 bps, atau merupakan yang tertinggi sejak Mei 2017 lalu.

3. Angka Impor Naik, Defisit Perdagangan Capai US$ 1,63 Miliar.

Defisit perrdagangan Indonesia, kembali melonjak hingga menyentuh US$ 1,63 miliar berdasarkan data yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS). BPS merilis, sepanjang April 2018, impor barang modal tercatat melesat 40,81% yoy, diiringi oleh kenaikan impor bahan baku dan penolong 33% dan barang konsumsi 38,01%.

Namun, Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita menilai lonjakan defisit masih bisa ditolerir. Enggartiasto mengatakan pihaknya berharap angka impor sudah melandai pada bulan ini, sehingga mengurangi tekanan terhadap neraca perdagangan. Enggartiasto mengakui defisit perdagangan itu juga terjadi karena performa ekspor yang masih berada di bawah ekspektasi.

Enggartiasto, juga menyanggah bahwa defisit neraca perdagangan berasal dari tingginnya angka impor bawang putih yang mencapai US$ 48 juta. Mendag menyebut pihaknya juga tidak serta merta melansir seluruh izin impor termasuk bawang putih.


(roy) Next Article Pasca Libur Lebaran, IHSG Anjlok

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular