Nantikan Kenaikan Suku Bunga, Rupiah Menguat Tipis
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
17 May 2018 08:51

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) di pasar spot dibuka menguat. Rupiah menanti doping berupa pengumuman suku bunga acuan hari ini.
Pada Kamis (17/5/2018), US$ 1 saat pembukaan pasar berada di Rp 14.060. Rupiah menguat 0,19% dibandingkan penutupan hari sebelumnya.
Seiring perjalanan, rupiah masih bergerak menguat. Pada pukul 08:25 WIB, dolar AS melemah 0,09% ke Rp 14.075.
Sementara mata uang Asia juga menguat. Apresiasi tertinggi dialami oleh rupee India. Berikut perkembangan nilai tukar sejumlah mata uang regional terhadap dolar AS:
Setelah garang, kini dolar AS memang cenderung melemah. Dollar Index, yang mencerminkan posisi dolar AS di hadapan enam mata uang utama, pagi ini melemah 0,08%. Sampai dini hari tadi, indeks ini masih menguat di kisaran 0,2%.
Sepertinya investor mulai merealisasikan keuntungan mereka setelah Dollar Index berhasil mencetak rekor tertinggi dalam 5 bulan terakhir. Aksi ambil untung yang menimpa dolar AS membuat mata uang ini melemah.
Selain itu, pasar sudah berekspektasi Bank Indonesia (BI) akan merealisasikan kenaikan suku bunga acuan 7 days reverse repo rate dalam pengumuman hari ini. Median konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memang menyebutkan BI masih akan mempertahankan suku bunga acuan di 4,25%. Namun ada suara pula yang memperkirakan kenaikan 25 basis poin ke 4,5%.
Kenaikan suku bunga akan membuat Indonesia kembali dipandang menarik sehingga investor (terutama asing) akan kembali memburu aset-aset berbasis rupiah. Ini bisa menjadi modal bagi apresiasi rupiah. Ekspektasi kenaikan suku bunga ini membuat rupiah terdorong ke zona positif.
Namun penguatan ini rentan berbalik arah mengingat imbal hasil (yield) obligasi AS masih tinggi, yaitu di kisaran 3,1% untuk tenor 10 tahun. Yield obligasi AS menyentuh titik tertinggi sejak Juli 2011, atau nyaris 7 tahun.
Tingginya yield obligasi AS membuat instrumen ini menjadi seksi dan bisa menarik minat investor. Arus modal rentan meninggalkan Indonesia untuk kembali ke AS dan masuk ke pasar obligasi. Kala ini terjadi, maka rupiah bisa kembali melemah.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Penampakan di Money Changer, Saat Rupiah di Atas 14.800/US$
Pada Kamis (17/5/2018), US$ 1 saat pembukaan pasar berada di Rp 14.060. Rupiah menguat 0,19% dibandingkan penutupan hari sebelumnya.
Seiring perjalanan, rupiah masih bergerak menguat. Pada pukul 08:25 WIB, dolar AS melemah 0,09% ke Rp 14.075.
Sementara mata uang Asia juga menguat. Apresiasi tertinggi dialami oleh rupee India. Berikut perkembangan nilai tukar sejumlah mata uang regional terhadap dolar AS:
Mata Uang | Bid Terakhir | Perubahan (%) |
Yen Jepang | 110,32 | +0,05 |
Yuan China | 6,37 | +0,08 |
Won Korsel | 1.078,90 | -0,20 |
Dolar Taiwan | 29,86 | -0,08 |
Rupee India | 67,77 | +0,44 |
Dolar Singapura | 1,34 | +0,03 |
Ringgit Malaysia | 3,97 | -0,05 |
Peso Filipina | 52,18 | +0,09 |
Baht Thailand | 32,03 | +0,03 |
Setelah garang, kini dolar AS memang cenderung melemah. Dollar Index, yang mencerminkan posisi dolar AS di hadapan enam mata uang utama, pagi ini melemah 0,08%. Sampai dini hari tadi, indeks ini masih menguat di kisaran 0,2%.
Sepertinya investor mulai merealisasikan keuntungan mereka setelah Dollar Index berhasil mencetak rekor tertinggi dalam 5 bulan terakhir. Aksi ambil untung yang menimpa dolar AS membuat mata uang ini melemah.
Selain itu, pasar sudah berekspektasi Bank Indonesia (BI) akan merealisasikan kenaikan suku bunga acuan 7 days reverse repo rate dalam pengumuman hari ini. Median konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memang menyebutkan BI masih akan mempertahankan suku bunga acuan di 4,25%. Namun ada suara pula yang memperkirakan kenaikan 25 basis poin ke 4,5%.
Kenaikan suku bunga akan membuat Indonesia kembali dipandang menarik sehingga investor (terutama asing) akan kembali memburu aset-aset berbasis rupiah. Ini bisa menjadi modal bagi apresiasi rupiah. Ekspektasi kenaikan suku bunga ini membuat rupiah terdorong ke zona positif.
Namun penguatan ini rentan berbalik arah mengingat imbal hasil (yield) obligasi AS masih tinggi, yaitu di kisaran 3,1% untuk tenor 10 tahun. Yield obligasi AS menyentuh titik tertinggi sejak Juli 2011, atau nyaris 7 tahun.
Tingginya yield obligasi AS membuat instrumen ini menjadi seksi dan bisa menarik minat investor. Arus modal rentan meninggalkan Indonesia untuk kembali ke AS dan masuk ke pasar obligasi. Kala ini terjadi, maka rupiah bisa kembali melemah.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Penampakan di Money Changer, Saat Rupiah di Atas 14.800/US$
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular