Yield Obligasi AS Tinggi, Wall Street Siap Dibuka Melemah

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
16 May 2018 17:10
Pada perdagangan hari ini, Wall Street berpotensi dibuka melemah. Hal ini terlihat dari kontrak futures tiga indeks saham utama AS.
Foto: Reuters
Jakarta, CNBC Indonesia - Pada perdagangan hari ini (16/5/2018,) Wall Street berpotensi dibuka melemah. Hal ini terlihat dari kontrak futures tiga indeks saham utama AS: kontrak futures Dow Jones mengimplikasikan penurunan 37 poin pada saat pembukaan, sementara S&P 500 dan Nasdaq diimplikasikan turun masing-masing sebesar 3 poin.

Imbal hasil (yield) obligasi AS tenor 10 tahun yang masih berada di atas 3%, tepatnya di angka 3,0576%, menjadi perhatian utama dari pelaku pasar, walaupun sebenarnya angka ini sudah turun dari posisi kemarin (15/5/2018) yang sebesar 3,08%. Sebagai catatan, kali terakhir imbal hasil obligasi berada di atas 3% sebelum tahun ini adalah pada tahun 2013 silam.

Imbal hasil yang tinggi ini mendorong investor untuk melepas kepemilikannya atas instrumen-instrumen berisiko seperti saham dan mengalihkannya ke dolar AS, sembari menunggu saat yang tepat untuk berbelanja obligasi. Sampai dengan berita ini diturunkan, indeks dolar AS yang menggambarkan pergerakan greenback terhadap mata uang dunia lainnya menguat hingga 0,22% ke level 93,428.

Kenaikan imbal hasil obligasi datang sebagai hasil dari ekspektasi atas akselerasi inflasi, seiring positifnya data-data ekonomi dari Negeri Paman Sam. Hal tersebut bisa memaksa The Federal Reserve (The Fed) menaikkan suku bunga acuan secara lebih agresif dari rencana awal.

Teranyar, penjualan ritel naik 0,3% secara month-to-month (MtM), sesuai dengan ekspektasi pasar. Sementara pertumbuhan secara YoY mencapai 4,7%. Bila mengeluarkan penjualan mobil, bahan bakar, material bagunan, dan jasa makanan-minuman (sering disebut penjualan ritel inti atau core retail sales) ada kenaikan 0,4% MtM. Core retail sales ini paling mendekati konsumsi rumah tangga dalam pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB).

Kemudian, situasi geopolitik juga kurang kondusif bagi Wall Street. Korea Utara secara mengejutkan membatalkan pertemuan dengan Korea Selatan yang sejatinya akan dilakukan hari ini.

Pembicaraan dengan Korea Selatan sebelumnya dimaksudkan untuk membicarakan langkah-langkah konkrit guna memenuhi hal-hal yang dijanjikan pada saat deklarasi perdamaian antar kedua negara beberapa waktu silam.

Mengutip CNBC International, media milik pemerintahan Korea Utara melaporkan bahwa latihan militer gabungan antara AS dan Korea Selatan merupakan sebuah provokasi dan sebuah persiapan untuk melakukan invasi. Atas dasar itulah Korea Utara membatalkan pertemuannya dengan Korea Selatan.

Perkembangan terakhir, Korea Utara dikabarkan akan memikirkan kembali rencana pertemuannya dengan AS yang akan digelar pada 12 Juni mendatang di Singapura, jika AS tetap bersikeras memaksa Korea Utara untuk melepaskan senjata nuklirnya, seperti dikutip CNBC International dari KCNA, sebuah media milik pemerintahan setempat.

Pada perdagangan hari ini, beberapa data ekonomi penting akan dirilis, yakni pembangunan hunian baru dan pertumbuhan produksi industri periode April. Jika data-data ini bisa mengalahkan ekspektasi pasar, ketakutan atas kenaikan suku bunga acuan yang lebih agresif bisa semakin menyeruak dan membuat instrumen saham semakin ditinggalkan. Selain itu, data cadangan minyak AS akan diumumkan pada pukul 21:30 WIB.

Anggota FOMC Raphael Bostic dijadwalkan untuk berbicara mengenai prospek ekonomi AS di Augusta Cotton Exchange pada pukul 19:30 WIB.
(ank/ank) Next Article Wall Street Melejit, Sinyal Pasar Saham Kebal Resesi?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular