Neraca Dagang Defisit, Rupiah Melemah Terparah di Asia

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
15 May 2018 12:43
Sentimen negatif domestik menjadi duri bagi langkah rupiah.
Foto: CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) masih bergerak melemah. Sentimen negatif domestik menjadi duri bagi langkah rupiah. 

Pada Selasa (15/5/2018) pukul 12:00 WIB, US$ 1 di pasar spot dihargai Rp 14.030. Rupiah melemah 0,47 % dibandingkan penutupan hari sebelumnya. 

Kala pembukaan pasar, dolar AS masih berada di Rp 13.979. Namun seiring waktu, rupiah terus bergerak melemah. 

Neraca Dagang Defisit, Rupiah Melemah Terparah di AsiaFoto: Reuters
 
Seperti halnya rupiah, mata uang negara-negara Asia pun cenderung melemah. Namun dengan depresiasi 0,47%, rupiah jadi mata uang dengan pelemahan terdalam di Asia. Disusul oleh won Korea Selatan dengan depresiasi 0,4% dan peso Filipina yang melemah 0,38%. 

Berikut perkembangan nilai tukar sejumlah mata uang Asia terhadap greenback:
 
Mata UangBid TerakhirPerubahan (%)
Yen Jepang109,91-0,24
Yuan China6,35-0,18
Won Korsel1.074,45-0,40
Dolar Taiwan29,87-0,20
Rupee India67,62-0,11
Dolar Singapura1,34-0,12
Ringgit Malaysia3,95-0,08
Peso Filipina52,65-0,38
Baht Thailand31,93-0,13
 
Dolar AS memang sedang perkasa. Saat ini, Dollar Index (yang mengukur dolar AS di hadapan enam mata uang utama) menguat 0,2%. Dalam sebulan terakhir, indeks ini sudah naik 3,31%. 

Keperkasaan dollar AS ditopang oleh ekspektasi inflasi Negeri Paman Sam yang meningkat. Ini tercermin dari imbal hasil (yield) obligasi AS, yang untuk tenor 10 tahun sudah menyentuh 3%, tepatnya di 3,019%. 

Ekspektasi inflasi yang kembali meningkat ini kembali membuka kemungkinan The Federal Reserve/The Fed untuk menaikkan suku bunga secara agresif. Menurut CME Federal Funds Futures, kemungkinan kenaikan suku bunga acuan pada pertemuan The Fed 13 Juni mencapai 100%. Sebanyak 95% probabilitas untuk kenaikan 25 basis poin menjadi 1,75-2%, dan 5% kemungkinan untuk kenaikan 50 basis poin menjadi 2-2,25 basis poin. 

Perkembangan ini membuat dolar AS menguat secara global. Mata uang Asia pun tidak luput dari amukan greenback, termasuk rupiah. 

Namun yang lebih membebani rupiah hingga menjadi mata uang terlemah di Asia adalah faktor domestik. Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan neraca perdagangan Indonesia defisit US$ 1,63 miliar, yang merupakan defisit terdalam sejak April 2014. Jauh dibandingkan konsensus pasar yang memperkirakan ada surplus US$ 672 juta. 

Defisit neraca perdagangan yang lumayan dalam ini membuat pasar menyoroti kinerja transaksi berjalan (current account) dan neraca pembayaran. Bila situasi ini terus berlanjut, maka keduanya akan semakin memburuk. 

Padahal transaksi berjalan dan neraca pembayaran sudah mengalami defisit pada kuartal I-2018 masing-masing US$ 5,5 miliar (2,15% dari Produk Domestik Bruto) dan US$ 3,85 miliar. Kedua neraca ini sangat disimak oleh pasar, karena menjadi fundamental nilai tukar. 

Dengan neraca perdagangan ini, maka prospek transaksi berjalan dan neraca pembayaran tidaklah cerah. Rupiah pun jadi tidak memiliki pijakan untuk terapresiasi.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(aji/aji) Next Article Penampakan di Money Changer, Saat Rupiah di Atas 14.800/US$

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular