Menguat 0,25%, Performa Rupiah Terbaik di Asia

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
11 May 2018 08:49
Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS dibuka stagnan. Namun seiring perjalanan, rupiah bergerak menguat.
Foto: REUTERS/Willy Kurniawan
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dibuka stagnan. Namun seiring perjalanan, rupiah bergerak menguat. 

Pada Jumat (11/5/2018), US$ 1 kala pembukaan pasar spot berada di Rp 14.070. Tidak berubah dibandingkan posisi penutupan hari sebelumnya. 

Namun sejalan waktu, rupiah pun bergerak menguat. Pada pukul 08:30 WIB, dolar AS sudah melemah 0,25% ke Rp 14.035. Dolar AS pun menjauh dari level Rp 14.100. 

Rupiah bergerak searah dengan mata uang Asia, yang cenderung perkasa terhadap dolar AS. Bahkan penguatan rupiah menjadi yang terbaik di kawasan, disusul rupee India dengan apresiasi 0,1% dan yen Jepang yang menguat 0,09%. 

Berikut perkembangan nilai tukar sejumlah mata uang regional: 

Mata UangBid TerakhirPerubahan (%)
Yen Jepang109,29+0,09
Yuan China6,34+0,01
Won Korsel1.068, 00-3,31
Dolar Taiwan29,76-0,05
Rupee India67,24+0,10
Dolar Singapura1,34+0,01
Ringgit Malaysia3,95-0,01
Peso Filipina51,96-0,07
Baht Thailand31,91+0,06
 
Dolar AS melemah setelah rilis inflasi Negeri Paman Sam. Inflasi AS pada periode April 2018 tercatat sebesar 0,2% dan inflasi inti adalah 0,1% secara month-to-month (MtM). Di bawah konsensus pasar yang memperkirakan inflasi 0,3% dan inflasi inti 0,2%. 

Perkembangan ini membuat pelaku pasar berekspektasi The Federal Reserve/The Fed belum perlu menaikkan suku bunga acuan secara agresif. Kenaikan tiga kali sepanjang 2018, seperti yang sudah diperhitungkan, sepertinya masih cukup relevan dan belum ada kebutuhan untuk menambah dosisnya menjadi empat kali. 

Dolar AS yang mengandalkan sentimen kenaikan suku bunga sebagai pendorong penguatan pun berbalik arah. Tidak hanya terhadap greenback, data inflasi juga membuat imbal hasil (yield) obligasi AS turun.  

Yield obligasi AS tenor 10 tahun yang kemarin sempat menyentuh 3% kini turun ke 2,964%. Ekspektasi inflasi yang mereda membawa yield turun, sehingga minat terhadap instrumen ini juga berkurang.  

Risk appetite investor pun kembali sehingga aset-aset berisiko pun menjadi pilihan. Perhatian investor mengarah ke negara-negara berkembang di Asia, yang mendukung penguatan rupiah dkk.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(aji/aji) Next Article Penampakan di Money Changer, Saat Rupiah di Atas 14.800/US$

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular