Sudah Koreksi Banyak, Benarkah Harga Saham di BEI Murah?

Houtmand P Saragih & Anthony Kevin, CNBC Indonesia
09 May 2018 13:53
Benarkah valuasi yang sudah murah membuat investor gencar berbelanja di pasar saham?
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki
Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bergerak bak roller coaster pada perdagangan hari ini. Sempat 2 kali terjun ke zona merah, IHSG kini menguat 0,75% ke level 5.817,94. Nampak ada faktor yang membuat investor gencar melakukan aksi beli yang medorong IHSG melesat naik.

Dari sisi valuasi, IHSG dapat diasumsikan sudah murah, jika dilihat dari price-earnings ratio (PER) sebesar 16,16 kali, seperti dikutip dari Reuters.

PER tersebut lebih rendah jika dibandingkan dengan valuasi bursa saham negara-negara berkembang di kawasan Asia, yakni Nifty (India) yang sebesar 22,32 kali, PSI (Filipina) yang sebesar 19,6 kali, SET (Thailand) yang sebesar 16,71 kali, dan KLCI (Malaysia) yang sebesar 16,58 kali.

Namun demikian, bukan berarti investor harus langsung gencar berburu di pasar saham. Pasalnya, ada kemungkinan penguatan IHSG pada hari ini merupakan rebound jangka pendek semata, pasca kemarin (8/5/2018) terkoreksi hingga 1,88%. Jika ditarik dari awal tahun sampai dengan penutupan perdagangan kemarin, IHSG bahkan telah melemah sebanyak 9,14%. Biasanya, sebelum melanjutkan penurunan, ada rebound dalam jangka pendek yang mendahului.

Terlebih, sentimen dari dalam dan luar negeri juga tak mendukung bagi IHSG untuk mempertahankan penguatannya dalam jangka menengah-panjang. Dari dalam negeri, konsumsi masyarakat pada awal kuartal-II nampak masih lemah. Hal ini terungkap dari angka sementara pertumbuhan penjualan barang-barang ritel periode April yang diumumkan Bank Indonesia (BI) di level 3,49% YoY, lebih rendah dari capaian periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 4,2% YoY. Jika konsumsi terus-menerus lemah, nampak mustahil bagi pemerintah untuk dapat merealisasikan target pertumbuhan ekonomi sebesar 5,4% pada tahun ini.

Dari sisi eksternal, tensi geopolitik memanas pasca Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengumumkan akan menarik AS dari kesepakatan nuklir dengan Iran. Trump lantas menambahkan bahwa sanksi ekonomi dalam tingkatan tertinggi akan dikenakan bagi Iran.

"Perjanjian dengan Iran ini sangat buruk dan hanya menguntungkan satu pihak. Seharusnya tidak pernah dibuat. AS akan mengenakan sanksi ekonomi dalam tingkatan tertinggi," tegas Trump, seperti dilansir Reuters.

Iran merespon tegas keputusan Trump. Hassan Rouhani, Presiden Iran, mengatakan negaranya akan terus menjalankan kesepakatan meski tanpa AS. Rouhani juga menegaskan bahwa langkah AS adalah sesuatu yang illegal dan merusak tatanan internasional.

Bahkan, perang mungkin akan terjadi dalam waktu dekat. Pasalnya, Israel telah mengumumkan peringatan terkait adanya aktivitas abnormal dari tentara Iran di Suriah. Israel lantas memerintahkan tempat perlindungan bom di Golan Heights untuk disiapkan.

Jika tanda-tanda adanya perang semakin nyata, investor bisa dipaksa melepas instrumen berisiko seperti saham dan mengalihkan dananya ke instrumen safe haven.
Next Article Jokowi Disuntik Vaksin Corona, Bursa RI Siap-siap ke 6.500

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular