
Akhiri Sesi I, IHSG Berhasil Rebound 0,79%
Houtmand P Saragih & Anthony Kevin, CNBC Indonesia
09 May 2018 12:29

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat 0,79% sampai dengan akhir sesi 1 ke level 5.820,28. Perdagangan hari ini bak roller coaster, seiring laju IHSG yang mondar-mandir di teritori negatif dan positif.
Aksi beli pada hari ini nampak dipicu koreksi yang sudah begitu dalam pada perdagangan kemarin (8/5/2018), yaitu sebesar 1,88%. Koreksi yang terjadi telah membuka ruang bagi investor untuk melakukan akumulasi. Terlebih jika ditarik dari awal tahun sampai dengan penutupan perdagangan kemarin, IHSG telah melemah sebanyak 9,14%.
Aksi beli banyak dilakukan pada saham-saham sektor jasa keuangan. Sektor ini menguat hingga 1,7%, menjadikannya sektor dengan kontribusi positif terbesar bagi IHSG. Saham-saham sektor jasa keuangan yang membukukan penguatan sampai dengan siang hari ini diantaranya: PT Bank Negara Indonesia Tbk/BBNI (+7,17%), PT Bank Central Asia Tbk/BBCA (+1,7%), PT Bank Mandiri Tbk/BMRI (+2,57%), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk/BBRI (+1,95%), dan PT Capital Financial Indonesia Tbk/CASA (+4,86%).
Namun, sejatinya masih banyak risiko yang menghantui pergerakan IHSG pada hari ini. Kemarin sore, Bank Indonesia (BI) mengumumkan posisi cadangan devisa per akhir April 2018 di level US$ 124,86 miliar, turun US$ 1,14 miliar dari posisi akhir Maret 2018 yang sebesar US$ 126 miliar. Posisi cadangan devisa per akhir April merupakan yang terendah sejak Juni 2017.
Tergerusnya cadangan devisa salah satunya disebabkan oleh intervensi yang dilakukan oleh bank sentral di pasar valuta asing. Hal ini patut membuat investor waspada.
Pasalnya, ada kemungkinan bahwa cadangan devisa bulan Mei akan tergerus lebih banyak, seiring dengan pelemahan rupiah yang sudah terjadi sejak awal bulan.
Pada bulan April, tekanan terhadap rupiah baru dimulai pada pertengahan bulan. Jika cadangan devisa semakin anjlok, maka Indonesia akan semakin rentan terhadap tekanan-tekanan dari sisi eksternal.
Kemudian, potensi kenaikan suku bunga acuan oleh the Federal Reserve secara lebih agresif masih terbuka lebar, didukung oleh rendahnya tingkat pengangguran dan pernyataan anggota FOMC Raphael Bostic bahwa kenaikan suku bunga sebanyak 4 kali mungkin saja terjadi.
"Saya cukup yakin dengan (kenaikan suku bunga acuan) tiga kali untuk saat ini. Namun saya terbuka jika situasi mengarah ke tujuan lain. Apakah itu dua kali, atau empat kali, tergantung data yang ada," ungkap Bostic, dikutip dari Reuters.
Sampai dengan berita ini diturunkan, indeks dolar AS yang menggambarkan pergerakan greenback terhadap mata uang utama dunia lainnya menguat 0,13% ke level 93,237. Sementara itu, rupiah melemah 0,25% ke level Rp 14.080/dolar AS. Merespon pelemahan rupiah, investor asing melakukan jual bersih senilai Rp 236,32 miliar.
Dari sisi geopolitik, situasi juga sebenarnya tak menguntungkan bagi IHSG, pasca Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengumumkan akan menarik AS dari kesepakatan nuklir dengan Iran. Trump lantas menambahkan bahwa sanksi ekonomi dalam tingkatan tertinggi akan dikenakan bagi Iran.
"Perjanjian dengan Iran ini sangat buruk dan hanya menguntungkan satu pihak. Seharusnya tidak pernah dibuat. AS akan mengenakan sanksi ekonomi dalam tingkatan tertinggi," tegas Trump, seperti dilansir Reuters.
Iran merespon tegas keputusan Trump. Hassan Rouhani, Presiden Iran, mengatakan negaranya akan terus menjalankan kesepakatan meski tanpa AS. Rouhani juga menegaskan bahwa langkah AS adalah sesuatu yang illegal dan merusak tatanan internasional.
Bahkan, perang mungkin akan terjadi dalam waktu dekat. Pasalnya, Israel telah mengumumkan peringatan terkait adanya aktivitas abnormal dari tentara Iran di Suriah. Israel lantas memerintahkan tempat perlindungan bom di Golan Heights untuk disiapkan.
Jika tanda-tanda adanya perang semakin nyata, investor bisa dipaksa melepas instrumen berisiko seperti saham dan mengalihkan dananya ke instrumen safe haven.
Next Article Cadangan Devisa Tergerus, IHSG Dibuka Melemah 0,69%
Aksi beli pada hari ini nampak dipicu koreksi yang sudah begitu dalam pada perdagangan kemarin (8/5/2018), yaitu sebesar 1,88%. Koreksi yang terjadi telah membuka ruang bagi investor untuk melakukan akumulasi. Terlebih jika ditarik dari awal tahun sampai dengan penutupan perdagangan kemarin, IHSG telah melemah sebanyak 9,14%.
Aksi beli banyak dilakukan pada saham-saham sektor jasa keuangan. Sektor ini menguat hingga 1,7%, menjadikannya sektor dengan kontribusi positif terbesar bagi IHSG. Saham-saham sektor jasa keuangan yang membukukan penguatan sampai dengan siang hari ini diantaranya: PT Bank Negara Indonesia Tbk/BBNI (+7,17%), PT Bank Central Asia Tbk/BBCA (+1,7%), PT Bank Mandiri Tbk/BMRI (+2,57%), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk/BBRI (+1,95%), dan PT Capital Financial Indonesia Tbk/CASA (+4,86%).
Tergerusnya cadangan devisa salah satunya disebabkan oleh intervensi yang dilakukan oleh bank sentral di pasar valuta asing. Hal ini patut membuat investor waspada.
Pasalnya, ada kemungkinan bahwa cadangan devisa bulan Mei akan tergerus lebih banyak, seiring dengan pelemahan rupiah yang sudah terjadi sejak awal bulan.
Pada bulan April, tekanan terhadap rupiah baru dimulai pada pertengahan bulan. Jika cadangan devisa semakin anjlok, maka Indonesia akan semakin rentan terhadap tekanan-tekanan dari sisi eksternal.
Kemudian, potensi kenaikan suku bunga acuan oleh the Federal Reserve secara lebih agresif masih terbuka lebar, didukung oleh rendahnya tingkat pengangguran dan pernyataan anggota FOMC Raphael Bostic bahwa kenaikan suku bunga sebanyak 4 kali mungkin saja terjadi.
"Saya cukup yakin dengan (kenaikan suku bunga acuan) tiga kali untuk saat ini. Namun saya terbuka jika situasi mengarah ke tujuan lain. Apakah itu dua kali, atau empat kali, tergantung data yang ada," ungkap Bostic, dikutip dari Reuters.
Sampai dengan berita ini diturunkan, indeks dolar AS yang menggambarkan pergerakan greenback terhadap mata uang utama dunia lainnya menguat 0,13% ke level 93,237. Sementara itu, rupiah melemah 0,25% ke level Rp 14.080/dolar AS. Merespon pelemahan rupiah, investor asing melakukan jual bersih senilai Rp 236,32 miliar.
Dari sisi geopolitik, situasi juga sebenarnya tak menguntungkan bagi IHSG, pasca Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengumumkan akan menarik AS dari kesepakatan nuklir dengan Iran. Trump lantas menambahkan bahwa sanksi ekonomi dalam tingkatan tertinggi akan dikenakan bagi Iran.
"Perjanjian dengan Iran ini sangat buruk dan hanya menguntungkan satu pihak. Seharusnya tidak pernah dibuat. AS akan mengenakan sanksi ekonomi dalam tingkatan tertinggi," tegas Trump, seperti dilansir Reuters.
Iran merespon tegas keputusan Trump. Hassan Rouhani, Presiden Iran, mengatakan negaranya akan terus menjalankan kesepakatan meski tanpa AS. Rouhani juga menegaskan bahwa langkah AS adalah sesuatu yang illegal dan merusak tatanan internasional.
Bahkan, perang mungkin akan terjadi dalam waktu dekat. Pasalnya, Israel telah mengumumkan peringatan terkait adanya aktivitas abnormal dari tentara Iran di Suriah. Israel lantas memerintahkan tempat perlindungan bom di Golan Heights untuk disiapkan.
Jika tanda-tanda adanya perang semakin nyata, investor bisa dipaksa melepas instrumen berisiko seperti saham dan mengalihkan dananya ke instrumen safe haven.
Next Article Cadangan Devisa Tergerus, IHSG Dibuka Melemah 0,69%
Most Popular