Nantikan Nasib Iran, Wall Street Siap Dibuka Melemah

Houtmand P Saragih & Anthony Kevin, CNBC Indonesia
08 May 2018 19:17
Pada perdagangan hari ini, Wall Street berpotensi dibuka melemah. Hal ini terlihat dari kontrak futures tiga indeks saham utama AS.
Foto: Reuters
Jakarta, CNBC Indonesia - Pada perdagangan hari ini (8/5/2018), Wall Street berpotensi dibuka melemah. Hal ini terlihat dari kontrak futures tiga indeks saham utama AS: kontrak futures Dow Jones mengimplikasikan penurunan 60 poin pada saat pembukaan, sementara S&P 500 dan Nasdaq diimplikasikan turun masing-masing sebesar 8 dan 22 poin.

Keputusan Presiden AS Donald Trump terkait kesepakatan dengan Iran menjadi fokus utama investor pada perdagangan hari ini. Trump diproyeksikan akan menarik diri dari kesepakatan yang sudah mencabut sanksi ekonomi bagi Iran, seiring dengan pendapatnya bahwa kesepakatan tersebut adalah cacat.

Jika Trump benar menarik diri dari kesepakatan tersebut, maka hubungan kedua negara bisa memanas. Tak hanya hubungan AS dengan Iran, hubungan AS dengan Rusia selaku sekutu dari Iran juga menjadi taruhannya. Harga minyak pun dipastikan bergejolak, mengingat diberlakukannya kembali sanksi bagi Iran akan membatasi ekspor Negeri Persia tersebut.

Selain itu, potensi kenaikan suku bunga acuan oleh The Federal Reserve sebanyak 4 kali yang masih terbuka lebar, pasca angka pengangguran AS per akhir April tercatat turun ke level terendah dalam hampir 18 tahun, yaitu di level 3,9%. Kemudian, ada juga pernyataan anggota FOMC Raphael Bostic yang membuat investor semakin panik.

"Saya cukup yakin dengan (kenaikan suku bunga acuan) tiga kali untuk saat ini. Namun saya terbuka jika situasi mengarah ke tujuan lain. Apakah itu dua kali, atau empat kali, tergantung data yang ada," ungkap Bostic, dikutip dari Reuters.

Ditambah lagi, lanjut Bostic, perekonomian AS cenderung membaik. Ini menyebabkan tekanan inflasi akan meningkat pada bulan-bulan mendatang sehingga perlu diredam dengan kenaikan suku bunga.

"Jika Anda lihat, ekonomi bergerak naik. Ada banyak stimulus, seperti pemotongan tarif pajak. Jadi, potensi percepatan laju ekonomi (upside potential) masih ada," tutur Bostic.

Perkataan Bostic yang sangat hawkish ini menandakan The Fed siap untuk menaikkan dosis kenaikan suku bunga acuan menjadi 4 kali pada tahun 2018. Kenaikan suku bunga acuan yang kelewat agresif tentu bukan berita baik bagi bursa saham.

Sebagai catatan, penguatan Wall Street dalam dua hari terakhir didorong oleh kenaikan saham-saham sektor teknologi, pasca Berkshire Hathaway (perusahaan investasi milik salah satu orang terkaya di planet ini, Warren Buffet) mengumumkan telah menambah kepemilikannya atas saham Apple sebanyak 75 juta unit pada kuartal-I 2018. Sebelumnya, saham mereka di Apple berjumlah sekitar 165,3 juta unit bernilai US$ 28 miliar (Rp 389,2 triliun).

Kini, ketika saham-saham sektor teknologi mulai kehabisan nafas, Wall Street memang berpotensi melemah.
Next Article Wall Street Melejit, Sinyal Pasar Saham Kebal Resesi?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular