Dana Asing Kabur, Rupiah Melemah Terparah di Asia
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
08 May 2018 17:24

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) melemah pada perdagangan hari ini. Bahkan depresiasi rupiah menjadi yang terparah di kawasan.
Pada Selasa (8/5/2018) pukul 16:00 WIB, US$1 di pasar spot dihargai Rp 14.045. Rupiah melemah 0,36 % dibandingkan penutupan hari sebelumnya.
Rupiah dibuka stagnan pada perdagangan hari ini. Namun seiring perjalanan pasar, rupiah terus melemah dan menembus level Rp 14.000/US$. Rupiah mencapai posisi terlemahnya sejak akhir 2015.
Mata uang Asia bergerak variatif hari ini. Pelemahan maupun penguatan hanya terjadi dalam rentang tipis.
Namun di antara mata uang Asia, rupiah bisa dibilang melemah paling dalam dengan depresiasi 0,36%. Menyusul di posisi kedua adalah baht Thailand dan ringgit Malaysia di posisi ketiga.
Pelemahan rupiah ini kemudian mempengaruhi lelang obligasi. Penawaran dalam lelang hari ini sangat tipis, hanya sekitar Rp 7 triliun. Ini menjadi yang terendah dalam tahun ini.
Selain faktor eksternal yaitu potensi kenaikan suku bunga acuan di AS yang lebih agresif tahun ini, pelemahan rupiah juga disebabkan oleh tekanan domestik. Misalnya pertumbuhan ekonomi yang jauh dari harapan pasar.
Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan realisasi pertumbuhan ekonomi sebesar 5,06%. Agak jauh di bawah konsensus pasar yang mencapai 5,18%.
Perkembangan ini menjadi sentimen negatif karena bisa memunculkan anggapan perekonomian Indonesia belum berlari sesuai potensinya. Pasar kemudian 'menghukum' dengan melepas aset-aset berbasis rupiah, karena nilainya turun.
Tidak hanya obligasi, pasar saham pun menjadi korban. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah 1,88%. Investor asing pun membukukan jual bersih Rp 180,89 miliar. Kaburnya dana asing ini semakin membebani rupiah sehingga menjadi mata uang dengan performa terburuk di kawasan.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Penampakan di Money Changer, Saat Rupiah di Atas 14.800/US$
Pada Selasa (8/5/2018) pukul 16:00 WIB, US$1 di pasar spot dihargai Rp 14.045. Rupiah melemah 0,36 % dibandingkan penutupan hari sebelumnya.
Rupiah dibuka stagnan pada perdagangan hari ini. Namun seiring perjalanan pasar, rupiah terus melemah dan menembus level Rp 14.000/US$. Rupiah mencapai posisi terlemahnya sejak akhir 2015.
![]() |
Mata uang Asia bergerak variatif hari ini. Pelemahan maupun penguatan hanya terjadi dalam rentang tipis.
Namun di antara mata uang Asia, rupiah bisa dibilang melemah paling dalam dengan depresiasi 0,36%. Menyusul di posisi kedua adalah baht Thailand dan ringgit Malaysia di posisi ketiga.
Mata Uang | Bid Terakhir | Perubahan (%) |
Yen Jepang | 109,01 | +0,06 |
Yuan China | 6,37 | -0,05 |
Won Korsel | 1.078,18 | +0,08 |
Dolar Taiwan | 29,78 | +0,07 |
Rupee India | 67,06 | +0,10 |
Dolar Singapura | 1,34 | -0,17 |
Ringgit Malaysia | 3,95 | -0,13 |
Peso Filipina | 51,90 | +0,05 |
Baht Thailand | 31,89 | -0,16 |
Pelemahan rupiah ini kemudian mempengaruhi lelang obligasi. Penawaran dalam lelang hari ini sangat tipis, hanya sekitar Rp 7 triliun. Ini menjadi yang terendah dalam tahun ini.
![]() |
Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan realisasi pertumbuhan ekonomi sebesar 5,06%. Agak jauh di bawah konsensus pasar yang mencapai 5,18%.
Perkembangan ini menjadi sentimen negatif karena bisa memunculkan anggapan perekonomian Indonesia belum berlari sesuai potensinya. Pasar kemudian 'menghukum' dengan melepas aset-aset berbasis rupiah, karena nilainya turun.
Tidak hanya obligasi, pasar saham pun menjadi korban. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah 1,88%. Investor asing pun membukukan jual bersih Rp 180,89 miliar. Kaburnya dana asing ini semakin membebani rupiah sehingga menjadi mata uang dengan performa terburuk di kawasan.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Penampakan di Money Changer, Saat Rupiah di Atas 14.800/US$
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular