Dolar AS Tembus Rp 14.000, Rupiah Terlemah Sejak 2015

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
08 May 2018 08:52
Dolar AS menguat dan berhasil menembus Rp 14.000.
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak melemah pada perdagangan hari ini. Dolar AS menguat dan berhasil menembus Rp 14.000.

Pada Selasa (8/5/2018), US$ 1 kala pembukaan pasar spot berada di Rp 13.995. Tidak berubah dibandingkan penutupan hari sebelumnya. 

Namun tidak lama setelah pembukaan, dolar AS langsung menguat. Pada Pukul 08:30 WIB, dolar AS pun mencapai Rp 14.015 atau menguat 0,14%. Ini merupakan posisi terkuat sejak akhir 2015. 

Reuters
Dengan perkembangan ini, bank pun sudah semakin mantap menjual dolar AS di kisaran Rp 14.000. Berikut perkembangan kurs jual-beli dolar AS di sejumlah bank:
 
BankHarga BeliHarga Jual
Bank MandiriRp 13.990,00Rp 14.040,00
Bank BNIRp 13.845,00Rp 14.035,00
Bank BRIRp 13.940,00Rp 14.030,00
Bank BTNRp 13.912,00Rp 14.062,00
Bank BCARp 14.010,00Rp 14.022,00
 
Sementara mata uang Asia bergerak variatif terhadap greenback. Namun won Korea Selatan mampu menguat lebih dari 1%. Berikut perkembangan nilai tukar sejumlah mata uang regional terhadap dolar AS:

Mata UangBid TerakhirPerubahan (%)
Yen Jepang108.87+0,21
Yuan China6,36-0,01
Won Korsel1.077,17+1,86
Dolar Taiwan29,81+0,01
Dolar Singapura1,33-0,01
Ringgit Malaysia3,94-0,01
Peso Filipina51,86-0,07
Baht Thailand31,83+0,02
 
Dolar AS yang sempat garang kini mulai melandai. Dollar Index, yang mencerminkan posisi dolar AS terhadap enam mata uang utama, pagi ini melemah tipis 0,07%. Tadi pagi, indeks ini menguat sampai di kisaran 0,2%. 

Greenback cenderung menguat setelah kinerja ekonomi Eropa yang kurang memuaskan. Pemesanan produk industri di Jerman turun 0,9% pada April. Jauh dari proyeksi pasar yaitu tumbuh 0,5%. 

Sentimen negatif ini membuat mata uang euro melemah. Akibatnya, dolar AS seakan melaju tanpa lawan dan membukukan penguatan. 

Apresiasi greenback juga dipicu oleh semakin yakinnya investor terhadap kenaikan suku bunga acuan oleh The Federal Reserve/The Fed pada pertemuan 13 Juni mendatang. Berdasarkan CME Federal Funds Futures, probabilitas kenaikan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin menjadi 1,75-2% adalah 100%. Artinya nyaris mustahil The Fed masih menahan suku bunga. 

Bahkan ada perkiraan The Fed akan menaikkan suku bunga sampai empat kali sepanjang tahun ini, melebihi perkiraan yang sebanyak tiga kali. Persepsi ini muncul akibat pernyataan Raphael Bostic, Presiden The Fed Atlanta. 

"Saya cukup yakin dengan (kenaikan suku bunga acuan) tiga kali untuk saat ini. Namun saya terbuka jika situasi mengarah ke tujuan lain. Apakah itu dua kali, atau empat kali, tergantung data yang ada," ungkap Bostic, dikutip dari Reuters. 

Ditambah lagi, lanjut Bostic, perekonomian AS cenderung membaik. Ini menyebabkan tekanan inflasi akan meningkat pada bulan-bulan mendatang sehingga perlu diredam dengan kenaikan suku bunga.  

"Jika Anda lihat, ekonomi bergerak naik. Ada banyak stimulus, seperti pemotongan tarif pajak. Jadi, potensi percepatan laju ekonomi (upside potential) masih ada," tutur Bostic.
 

Perkataan Bostic yang sangat hawkish ini menandakan The Fed siap untuk menaikkan dosis kenaikan suku bunga acuan menjadi empat kali pada 2018. Akibatnya, dolar AS mendapat suntikan doping yang luar biasa sehingga menguat terhadap mata uang dunia. 

TIM RISET CNBC INDONESIA


(aji/aji) Next Article Penampakan di Money Changer, Saat Rupiah di Atas 14.800/US$

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular