
Wall Street Siap Lanjutkan Penguatan
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
07 May 2018 17:45

Jakarta, CNBC Indonesia - Pada perdagangan hari ini, Wall Street berpotensi melanjutkan penguatan yang dicatatkan hari Jumat lalu (4/5/2018). Hal ini terlihat dari kontrak futures tiga indeks saham utama AS: kontrak futures Dow Jones mengimplikasikan kenaikan 79 poin pada saat pembukaan, sementara S&P 500 dan Nasdaq diimplikasikan naik masing-masing sebesar 9 dan 43 poin.
Saham-saham sektor teknlogi dimungkinkan untuk kembali mendongkrak kinerja bursa saham Negeri Paman Sam. Pada hari Jumat, saham Apple menlonjak hingga 3,9% ke titik tertingginya di level US$ 183,83/saham, didorong oleh pernyataan Berkshire Hathaway (perusahaan investasi milik Warren Buffet) bahwa mereka telah menambah kepemilikan atas saham Apple sebanyak 75 juta unit. Sebelumnya, saham mereka di Apple berjumlah sekitar 165,3 juta unit dan bernilai US$ 28 miliar (Rp 389,2 triliun).
Menyusul penguatan saham Apple, saham-saham di sektor teknologi lainnya seperti Microsoft, Alphabet, dan Nvidia ikut menguat.
Di sisi lain, beberapa risiko menghantui laju Wall Street pada hari ini. Pertama, pertemuan delegasi AS-China selama 2 hari pada 3-4 Mei silam terkait hal perdagangan tidak membuahkan hasil yang manis.
Hal ini dketahui dari cuitan Presiden AS Donald Trump di Twitter. Mantan pebisnis tersebut mengeluhkan bahwa China seolah enggan melepaskan diri dari surplus perdagangan yang besar dengan Negeri Paman Sam.
"Delegasi tingkat tinggi kami telah melakukan pertemuan panjang dengan para pemimpin dan pelaku usaha China. Kami akan segera merumuskan langkah berikutnya, tetapi sepertinya sulit bagi China karena mereka terlalu manja dengan kemenangan dagang atas AS!" tegas Trump melalui akun @realDonaldTrump.
Kedua, potensi kenaikan suku bunga acuan yang lebih agresif dari rencana juga masih menghantui. Pasalnya, tingkat pengangguran AS per akhir bulan lalu diumumkan sebesar 3,9%, lebih rendah dari konsensus yang sebesar 4%.
Sebagai catatan, capaian tersebut merupakan yang terbaik dalam hampir 18 tahun terakhir. Kuatnya data tenaga kerja tersebut sangat mungkin mendorong the Fed untuk menaikkan suku bunga acuan sebanyak 4 kali pada tahun ini.
Merespon hal tersebut, dolar AS kembali dalam posisi yang perkasa. Hingga berita ini diturunkan, indeks dolar AS yang menggambarkan pergerakan dolar AS terhadap mata uang utama dunia lainnya menguat hingga 0,25% ke level 92,795, dimana ini merupakan titik tertinggi sepanjang tahun 2018.
Pada hari ini, pernyataan dari anggota FOMC Raphael Bostic akan dicermati oleh investor. Jika ada indikasi kenaikan suku bunga acuan sebanyak 4 kali pada tahun ini, Wall Street bisa terjun ke zona merah. Tidak ada data ekonomi AS yang dijadwalkan dirilis pada hari ini.
(hps) Next Article Wall Street Melejit, Sinyal Pasar Saham Kebal Resesi?
Saham-saham sektor teknlogi dimungkinkan untuk kembali mendongkrak kinerja bursa saham Negeri Paman Sam. Pada hari Jumat, saham Apple menlonjak hingga 3,9% ke titik tertingginya di level US$ 183,83/saham, didorong oleh pernyataan Berkshire Hathaway (perusahaan investasi milik Warren Buffet) bahwa mereka telah menambah kepemilikan atas saham Apple sebanyak 75 juta unit. Sebelumnya, saham mereka di Apple berjumlah sekitar 165,3 juta unit dan bernilai US$ 28 miliar (Rp 389,2 triliun).
Menyusul penguatan saham Apple, saham-saham di sektor teknologi lainnya seperti Microsoft, Alphabet, dan Nvidia ikut menguat.
Hal ini dketahui dari cuitan Presiden AS Donald Trump di Twitter. Mantan pebisnis tersebut mengeluhkan bahwa China seolah enggan melepaskan diri dari surplus perdagangan yang besar dengan Negeri Paman Sam.
"Delegasi tingkat tinggi kami telah melakukan pertemuan panjang dengan para pemimpin dan pelaku usaha China. Kami akan segera merumuskan langkah berikutnya, tetapi sepertinya sulit bagi China karena mereka terlalu manja dengan kemenangan dagang atas AS!" tegas Trump melalui akun @realDonaldTrump.
Kedua, potensi kenaikan suku bunga acuan yang lebih agresif dari rencana juga masih menghantui. Pasalnya, tingkat pengangguran AS per akhir bulan lalu diumumkan sebesar 3,9%, lebih rendah dari konsensus yang sebesar 4%.
Sebagai catatan, capaian tersebut merupakan yang terbaik dalam hampir 18 tahun terakhir. Kuatnya data tenaga kerja tersebut sangat mungkin mendorong the Fed untuk menaikkan suku bunga acuan sebanyak 4 kali pada tahun ini.
Merespon hal tersebut, dolar AS kembali dalam posisi yang perkasa. Hingga berita ini diturunkan, indeks dolar AS yang menggambarkan pergerakan dolar AS terhadap mata uang utama dunia lainnya menguat hingga 0,25% ke level 92,795, dimana ini merupakan titik tertinggi sepanjang tahun 2018.
Pada hari ini, pernyataan dari anggota FOMC Raphael Bostic akan dicermati oleh investor. Jika ada indikasi kenaikan suku bunga acuan sebanyak 4 kali pada tahun ini, Wall Street bisa terjun ke zona merah. Tidak ada data ekonomi AS yang dijadwalkan dirilis pada hari ini.
(hps) Next Article Wall Street Melejit, Sinyal Pasar Saham Kebal Resesi?
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular