
Di ASEAN, Rupiah Terlemah Kedua Setelah Peso
Alfado Agustio, CNBC Indonesia
07 May 2018 15:43

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak melemah. Di ASEAN, rupiah masuk jajaran mata uang terlemah.
Pada Senin (7/5/2018) pukul 15:10 WIB, US$ 1 dibanderol Rp 13.980. Rupiah melemah 0,32% dibandingkan penutupan pada akhir pekan lalu.
Sementara secara year-to-date (YTD), rupiah telah terdepresiasi 3,05%. Jika dibandingkan dengan mata uang di ASEAN, rupiah merupakan mata uang dengan pelemahan terdalam kedua setelah peso Filipina.
Berikut data pergerakan mata uang ASEAN terhadap dolar AS seperti yang dilansir dari Reuters:
Posisi rupiah yang tertekan tidak lepas dari faktor domestik dan global. Dari sisi domestik, rilis data pertumbuhan ekonomi pada kuartal I-2018 kurang sesuai ekspektasi pasar. Pada periode tersebut, pertumbuhan ekonomi Indonesia berada di angka 5,06% sementara pasar memperkirakan bisa mencapai 5,18%.
Ini mengakibatkan sentimen negatif di pasar karena ada anggaran laju pertumbuhan ekonomi Indonesia belum sesuai dengan potensinya. Terlebih kondisi suku bunga acuan masih belum berubah, sehingga mendorong investor untuk menjual aset-aset berbasis rupiah.
Sementara dari sisi global, sentimen datang ekspektasi The Federal Reserve/The Fed akan kembali mengetatkan kebijakan moneter pada pertemuan Juni mendatang. Berdasarkan perkiraan CME Federal Funds Futures, probabilitas kenaikan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin ke kisaran 1,75-2% mencapai 95%.
Perkiraan ini didasari oleh rilis data tingkat pengangguran yang menurun serta inflasi yang sudah mendekati target The Fed. Angka pengangguran April 2018 tercatat 3,9%, terendah sejak tahun 2000. Sementara core personal consumption expenditure, yang mencerminka tingkat inflasi AS, sudah mencapai 1,9%. Mendekati target The Fed yaitu 2%.
Kondisi ini menggambarkan bahwa ekonomi di AS semakin moncer, sehingga dapat mendorong The Fed untuk mengetatkan kebijakan moneter. Ekspektasi yang muncul ini membuat dolar AS bergerak menguat dan menekan posisi rupiah.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Penampakan di Money Changer, Saat Rupiah di Atas 14.800/US$
Pada Senin (7/5/2018) pukul 15:10 WIB, US$ 1 dibanderol Rp 13.980. Rupiah melemah 0,32% dibandingkan penutupan pada akhir pekan lalu.
Sementara secara year-to-date (YTD), rupiah telah terdepresiasi 3,05%. Jika dibandingkan dengan mata uang di ASEAN, rupiah merupakan mata uang dengan pelemahan terdalam kedua setelah peso Filipina.
Mata Uang | Bid Terakhir | Change (%) |
Peso Filipina | 51,89 | -3,89 |
Rupiah Indonesia | 13.980,00 | -3,05 |
Riel Kamboja | 4.052,00 | -0,42 |
Dong Vietnam | 22.767,00 | -0,29 |
Dolar Singapura | 1,33 | +0,08 |
Dolar Brunei Darussalam | 1,32 | +1,12 |
Kyat Myanmar | 1.339,00 | +1,25 |
Baht Thailand | 31,84 | +2,21 |
Ringgit Malaysia | 3.94 | +2,49 |
Posisi rupiah yang tertekan tidak lepas dari faktor domestik dan global. Dari sisi domestik, rilis data pertumbuhan ekonomi pada kuartal I-2018 kurang sesuai ekspektasi pasar. Pada periode tersebut, pertumbuhan ekonomi Indonesia berada di angka 5,06% sementara pasar memperkirakan bisa mencapai 5,18%.
Ini mengakibatkan sentimen negatif di pasar karena ada anggaran laju pertumbuhan ekonomi Indonesia belum sesuai dengan potensinya. Terlebih kondisi suku bunga acuan masih belum berubah, sehingga mendorong investor untuk menjual aset-aset berbasis rupiah.
Sementara dari sisi global, sentimen datang ekspektasi The Federal Reserve/The Fed akan kembali mengetatkan kebijakan moneter pada pertemuan Juni mendatang. Berdasarkan perkiraan CME Federal Funds Futures, probabilitas kenaikan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin ke kisaran 1,75-2% mencapai 95%.
Perkiraan ini didasari oleh rilis data tingkat pengangguran yang menurun serta inflasi yang sudah mendekati target The Fed. Angka pengangguran April 2018 tercatat 3,9%, terendah sejak tahun 2000. Sementara core personal consumption expenditure, yang mencerminka tingkat inflasi AS, sudah mencapai 1,9%. Mendekati target The Fed yaitu 2%.
Kondisi ini menggambarkan bahwa ekonomi di AS semakin moncer, sehingga dapat mendorong The Fed untuk mengetatkan kebijakan moneter. Ekspektasi yang muncul ini membuat dolar AS bergerak menguat dan menekan posisi rupiah.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Penampakan di Money Changer, Saat Rupiah di Atas 14.800/US$
Most Popular