
Dolar AS Nyaris Rp 14.000, Rupiah Melemah Terparah di Asia
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
03 May 2018 11:57

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah masih bergerak melemah hingga siang ini. Bahkan rupiah menjadi salah satu mata uang yang terlemah di Asia.
Pada Kamis (3/5/2018) pukul 11.35 WIB, US$ 1 di pasar spot dihargai Rp 13.965. Rupiah melemah 0,18% dibandingkan posisi penutupan hari sebelumnya.
Dengan perkembangan tersebut, rupiah menjadi salah satu yang terlemah di kawasan. Bahkan sepertinya rupiah menjadi yang terparah.
Penguatan mata uang yang signifikan di beberapa negara Asia disebabkan sentimen positif dari pertemuan AS-China di Beijing. Hari ini, kedua negara tersebut akan memulai negosiasi perdagangan. Delegasi AS dipimpin oleh Menteri Keuangan Steven Mnuchin, sementara China di bawah komando Wakil Perdana Menteri Liu He.
Pertemuan ini diharapkan dapat menghentikan friksi dagang di antara dua perekonomian terbesar dunia tersebut. Ketika sentimen perang dagang punah, maka rantai pasok global (global supply chain) akan lancar. Artinya, arus ekspor-impor berjalan tanpa kendala berarti.
Meredanya sentimen perang dagang membuat negara-negara eksportir seperti Jepang, Korea Selatan, Singapura, sampai Thailand diuntungkan. Negara-negara tersebut sudah tergolong pemain penting dalam global supply chain, karena mampu memasok produk manufaktur ke pasar dunia.
Namun bagi Indonesia, sentimen in sepertinya tidak memiliki dampak sebesar di negara lain. Pasalnya, ekspor Indonesia masih didominasi oleh komoditas. Kinerja ekspor nasional lebih bergantung pada pergerakan harga komoditas global, bukan kebijakan perdagangan.
Oleh karena itu, mungkin faktor ini yang membuat rupiah kurang diapresiasi oleh pelaku pasar. Sebaliknya, pelaku pasar mengapresiasi tinggi yen, won, dolar Singapura, dan baht. Akhirnya mata uang ini pun menguat cukup signifikan.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Penampakan di Money Changer, Saat Rupiah di Atas 14.800/US$
Pada Kamis (3/5/2018) pukul 11.35 WIB, US$ 1 di pasar spot dihargai Rp 13.965. Rupiah melemah 0,18% dibandingkan posisi penutupan hari sebelumnya.
![]() |
Mata Uang | Bid Terakhir | Perubahan (%) |
Yen Jepang | 109,65 | +0,16 |
Yuan China | 6,36 | -0,05 |
Won Korsel | 1.075,40 | +0,32 |
Dolar Taiwan | 29,72 | +0,23 |
Dolar Singapura | 1,33 | +0,28 |
Ringgit Malaysia | 3,94 | -0,10 |
Peso Filipina | 51,86 | +0,13 |
Baht Thailand | 31,67 | +0,28 |
Penguatan mata uang yang signifikan di beberapa negara Asia disebabkan sentimen positif dari pertemuan AS-China di Beijing. Hari ini, kedua negara tersebut akan memulai negosiasi perdagangan. Delegasi AS dipimpin oleh Menteri Keuangan Steven Mnuchin, sementara China di bawah komando Wakil Perdana Menteri Liu He.
Pertemuan ini diharapkan dapat menghentikan friksi dagang di antara dua perekonomian terbesar dunia tersebut. Ketika sentimen perang dagang punah, maka rantai pasok global (global supply chain) akan lancar. Artinya, arus ekspor-impor berjalan tanpa kendala berarti.
Meredanya sentimen perang dagang membuat negara-negara eksportir seperti Jepang, Korea Selatan, Singapura, sampai Thailand diuntungkan. Negara-negara tersebut sudah tergolong pemain penting dalam global supply chain, karena mampu memasok produk manufaktur ke pasar dunia.
Namun bagi Indonesia, sentimen in sepertinya tidak memiliki dampak sebesar di negara lain. Pasalnya, ekspor Indonesia masih didominasi oleh komoditas. Kinerja ekspor nasional lebih bergantung pada pergerakan harga komoditas global, bukan kebijakan perdagangan.
Oleh karena itu, mungkin faktor ini yang membuat rupiah kurang diapresiasi oleh pelaku pasar. Sebaliknya, pelaku pasar mengapresiasi tinggi yen, won, dolar Singapura, dan baht. Akhirnya mata uang ini pun menguat cukup signifikan.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Penampakan di Money Changer, Saat Rupiah di Atas 14.800/US$
Most Popular