Tunggu Hasil Rapat The Fed, Investor Buru Dolar AS

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
02 May 2018 08:49
The Fed akan mengumumkan suku bunga acuan pada Rabu waktu setempat.
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Setelah sempat tertahan, penguatan greenback kini terjadi kembali. 

Pada Rabu (2/5/2018) , US$ 1 pada pembukaan pasar spot berada di Rp 13.915. Rupiah melemah 0,03% dibandingkan penutupan sebelum libur Hari Buruh Sedunia. Seiring perjalanan, rupiah semakin tertekan dan melemah ke Rp 13.930/US$ pada pukul 08:15 WIB. 

Tunggu Hasil Rapat The Fed, Investor Lari ke Dolar ASDolar AS vs Rupiah (Reuters)
 
Sementara mata uang regional juga cenderung melemah terhadap dolar AS. Bahkan mata uang uang lain seperti yuan China sampai ringgit Malaysia melemah lebih dalam ketimbang rupiah. 

Berikut perkembangan nilai tukar sejumlah mata uang Asia terhadap greenback: 

Mata UangBid TerakhirPerubahan (%)
Yen Jepang109,74+0,10
Yuan China6,35-0,33
Won Korsel1.0743,71-0,13
Dolar Taiwan29,67-0,01
Dolar Singapura1,33+0,01
Ringgit Malaysia3,92-0,13
Peso Filipina51,79-0,19
Baht Thailand31,68-0,03
 
Dolar AS memang sedang perkasa. Dollar Index, yang mencerminkan posisi dolar AS terhadap mata uang utama dunia, menguat 0,04%. 

Penguatan greenback dipicu oleh penantian pelaku pasar terhadap hasil rapat Bank Sentral AS (The Federal Reserve/The Fed). Rencananya The Fed akan mengumumkan suku bunga acuan pada Rabu waktu setempat. Konsensus pasar memperkirakan The Fed masih akan mempertahankan suku bunga acuan pada pertemuan bulan ini, tetapi mulai membuka jalan untuk kenaikan pada Juni.

Investor nampaknya sudah mulai ambil posisi jelang pengumuman ini.
 Dolar AS kini menjadi buruan, karena mata uang sangat sensitif terhadap sentimen suku bunga. Potensi kenaikan suku bunga akan memperkuat mata uang, karena ekspektasi inflasi bisa terjangkar. 

Selain itu, investor juga mencemaskan soal tekanan inflasi. Data Institute of Supply Management (ISM) menyebutkan ada indikasi kenaikan biaya pengadaan bahan baku industri Negeri Paman Sam, salah satunya karena pengenaan bea masuk terhadap baja dan aluminium.

Ini menyebabkan aktivitas bisnis melambat, ditunjukkan oleh ISM Factory Activity Index yang pada April sebesar 57,3. Pada Maret, indeks ini masih sebesar 59,3.
 

Selain itu, lonjakan inflasi juga dikhawatirkan datang dari harga minyak yang sedang dalam tren naik. Saat ini harga minyak terus bergerak ke level tertingginya sejak 2014.

Ancaman inflasi ini menyebabkan pelaku pasar (lagi-lagi) mencemaskan kenaikan suku bunga acuan yang lebih agresif dari perkiraan. Investor memperkirakan tahun ini akan ada tiga kali kenaikan suku bunga, tetapi jika ancaman inflasi semakin nyata maka kenaikan lebih dari itu bukan hal yang tidak mungkin.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(aji/aji) Next Article Penampakan di Money Changer, Saat Rupiah di Atas 14.800/US$

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular