
Satu Lagi Startup Indonesia Berencana Catat Saham di BEI
Monica Wareza, CNBC Indonesia
01 May 2018 18:57

Jakarta, CNBC Indonesia - PT NFC Indonesia berencana untuk mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan melepas 25% dari total saham yang disetor dan ditempatkan melalui skema penawaran umum saham perdana (initial public offering/IPO).
Direktur Utama NFC Indonesia Iwan Suryaputra mengatakan perusahaan menargetkan untuk memperoleh dana sebesar Rp 150 miliar-Rp 300 miliar. "Dananya akan dipakai untuk kepentingan pengembangan bisnis dan investasi peralatan," kata Iwan usai mini expose di Gedung BEI, Senin (30/4).
Perusahaan menargetkan untuk bisa mencatatkan sahamnya pada Juni mendatang karena perusahaan menggunakan laporan keuangan Desember 2017. Perusahaan menggandeng Kresna Sekuritas, Sinarmas Sekuritas dan Trimegah Sekuritas Indonesia selaku penjamin pelaksana emisi efek.
NFC Indonesia merupakan perusahaan start up anak usaha PT M Cash Integrasi Tbk (MCAS) yang bergerak di bidang usaha digital hub. Perusahaan mengembangkan beragam digital platform berbentuk QR code.
Rencana IPO dari NFC Indonesia ini menambah daftar perusahaan yang sudah mendaftarkan dirinya ke pihak BEI untuk melalukan hal yang serupa.
40 Perusahaan
Direktur Penilaian Perusahaan BEI Samsul Hidayat mengatakan hingga hari ini, Senin (30/4) sudah terdapat 40 perusahaan yang sudah mencatatkan sahamnya dan tengah merampungkan proses IPO tersebut. "Lumayan banyak, kalau di data saya sudah ada 40 lebih termasuk yang sudah tercatat ya," kata Samsul di kesempatan yang sama.
Tak tanggung-tanggung Samsul menyebutkan bahwa jumlah ini bahkan masih berkemungkinan untuk meningkat hingga 50 perusahaan sampai akhir tahun ini.
Padahal, BEI hanya menargetkan IPO sebanyak 35 perusahaan tahun ini, jumlah ini sama dengan yang ditargetkan BEI di tahun lalu. Namun di tahun lalu, berdasarkan data aktivitas pencatatan BEI target ini juga terlampaui dengan tercatatnya 41 perusahaan.
Meksi demikian, Samsul menilai saat ini semakin banyak perusahaan yang melirik IPO sebagai cara untuk mengambangkan perusahaannya. Dia menilai capaian ini merupakan jumlah terbanyak dalam 20 tahun terakhir.
"Ini merupakan langkah internal dan ada faktor eksternal juga misalnya tax amnesty dan kebutuhan pendanaan yang bergantung pada likuiditas perbankan," jelas dia.
Berikut data aktivitas pencatatan di BEI selama 10 tahun terakhir:
(hps) Next Article Potret Empat Emiten Baru Melantai di Bursa Efek Indonesia
Direktur Utama NFC Indonesia Iwan Suryaputra mengatakan perusahaan menargetkan untuk memperoleh dana sebesar Rp 150 miliar-Rp 300 miliar. "Dananya akan dipakai untuk kepentingan pengembangan bisnis dan investasi peralatan," kata Iwan usai mini expose di Gedung BEI, Senin (30/4).
Perusahaan menargetkan untuk bisa mencatatkan sahamnya pada Juni mendatang karena perusahaan menggunakan laporan keuangan Desember 2017. Perusahaan menggandeng Kresna Sekuritas, Sinarmas Sekuritas dan Trimegah Sekuritas Indonesia selaku penjamin pelaksana emisi efek.
Rencana IPO dari NFC Indonesia ini menambah daftar perusahaan yang sudah mendaftarkan dirinya ke pihak BEI untuk melalukan hal yang serupa.
40 Perusahaan
Direktur Penilaian Perusahaan BEI Samsul Hidayat mengatakan hingga hari ini, Senin (30/4) sudah terdapat 40 perusahaan yang sudah mencatatkan sahamnya dan tengah merampungkan proses IPO tersebut. "Lumayan banyak, kalau di data saya sudah ada 40 lebih termasuk yang sudah tercatat ya," kata Samsul di kesempatan yang sama.
Tak tanggung-tanggung Samsul menyebutkan bahwa jumlah ini bahkan masih berkemungkinan untuk meningkat hingga 50 perusahaan sampai akhir tahun ini.
Padahal, BEI hanya menargetkan IPO sebanyak 35 perusahaan tahun ini, jumlah ini sama dengan yang ditargetkan BEI di tahun lalu. Namun di tahun lalu, berdasarkan data aktivitas pencatatan BEI target ini juga terlampaui dengan tercatatnya 41 perusahaan.
Meksi demikian, Samsul menilai saat ini semakin banyak perusahaan yang melirik IPO sebagai cara untuk mengambangkan perusahaannya. Dia menilai capaian ini merupakan jumlah terbanyak dalam 20 tahun terakhir.
"Ini merupakan langkah internal dan ada faktor eksternal juga misalnya tax amnesty dan kebutuhan pendanaan yang bergantung pada likuiditas perbankan," jelas dia.
Berikut data aktivitas pencatatan di BEI selama 10 tahun terakhir:
![]() |
(hps) Next Article Potret Empat Emiten Baru Melantai di Bursa Efek Indonesia
Most Popular