
Bea Masuk Bisa Dilonggarkan Lagi, Wall Street Bersiap Menguat
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
30 April 2018 17:24

Jakarta, CNBC Indonesia - Wall Street berpotensi dibuka menguat pada hari ini (30/4/2018). Hal ini terlihat dari kontrak futures tiga indeks saham utama AS: kontrak futures Dow Jones naik 123 poin pada saat pembukaan, sementara indeks S&P 500 dan Nasdaq masing-masing naik sebesar 12 dan 48 poin.
Sentimen positif bagi Wall Street datang dari berita mengenai kemungkinan diperpanjangnya pengecualian bea masuk baja dan aluminium bagi Kanada, Meksiko, Brazil, Australia, Argentina, dan negara-negara Uni Eropa. Sebagai catatan, pengecualian bea masuk ini akan berakhir pada 1 Mei waktu setempat.
Mengutip CNBC, lamanya perpanjangan waktu yang akan diberikan kepada setiap negara akan berbeda-beda, tergantung perkembangan dari diskusi mengenai masalah tersebut dan isu-isu perdagangan lainnya.
Sebelumnya, Korea Selatan telah dikecualikan secara permanen dari pengenaan bea masuk baja dan aluminium, seiring dengan disetujuinya kuota ekspor dari Negeri Gingseng tersebut.
Kemudian, imbal hasil obligasi AS yang sudah melandai telah membuka ruang bagi Wall Street untuk menguat. Saat ini, imbal hasil obligasi terbitan pemerintah AS tenor 10 tahun berada di level 2,9662%, cukup jauh di bawah titik tertingginya tahun ini di level 3,024% yang disentuh pada 25 April silam.
Kondisi geopolitik juga mendukung Wall Street untuk mencapai level yang lebih tinggi. Kemarin (29/4/2018), pejabat pemerintahan Korea Selatan mengatakan bahwa Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un berencana mengundang para ahli dan jurnalis dari AS dan Korea Selatan guna menyaksikan penutupan lokasi pengembangan senjata nuklir pada bulan Mei mendatang. Denuklirisasi memang merupakan salah satu agenda prioritas yang terus dipaksakan oleh Presiden AS Donald Trump.
Namun, rilis data ekonomi perlu dicermati oleh investor. Pada hari ini, data pertumbuhan pendapatan dan belanja masyarakat AS periode Maret akan diumumkan. Jika ada kejutan dari data tersebut, ketakutan atas normalisasi suku bunga acuan yang lebih agresif dari perkiraan bisa kembali muncul dan membuat Wall Street balik arah ke zona merah.
Selain itu, rilis laporan keuangan dari emiten-emiten yang melantai di Wall Street juga akan terus dipantau oleh pelaku pasar.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/ank) Next Article Wall Street Melejit, Sinyal Pasar Saham Kebal Resesi?
Sentimen positif bagi Wall Street datang dari berita mengenai kemungkinan diperpanjangnya pengecualian bea masuk baja dan aluminium bagi Kanada, Meksiko, Brazil, Australia, Argentina, dan negara-negara Uni Eropa. Sebagai catatan, pengecualian bea masuk ini akan berakhir pada 1 Mei waktu setempat.
Mengutip CNBC, lamanya perpanjangan waktu yang akan diberikan kepada setiap negara akan berbeda-beda, tergantung perkembangan dari diskusi mengenai masalah tersebut dan isu-isu perdagangan lainnya.
Kemudian, imbal hasil obligasi AS yang sudah melandai telah membuka ruang bagi Wall Street untuk menguat. Saat ini, imbal hasil obligasi terbitan pemerintah AS tenor 10 tahun berada di level 2,9662%, cukup jauh di bawah titik tertingginya tahun ini di level 3,024% yang disentuh pada 25 April silam.
Kondisi geopolitik juga mendukung Wall Street untuk mencapai level yang lebih tinggi. Kemarin (29/4/2018), pejabat pemerintahan Korea Selatan mengatakan bahwa Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un berencana mengundang para ahli dan jurnalis dari AS dan Korea Selatan guna menyaksikan penutupan lokasi pengembangan senjata nuklir pada bulan Mei mendatang. Denuklirisasi memang merupakan salah satu agenda prioritas yang terus dipaksakan oleh Presiden AS Donald Trump.
Namun, rilis data ekonomi perlu dicermati oleh investor. Pada hari ini, data pertumbuhan pendapatan dan belanja masyarakat AS periode Maret akan diumumkan. Jika ada kejutan dari data tersebut, ketakutan atas normalisasi suku bunga acuan yang lebih agresif dari perkiraan bisa kembali muncul dan membuat Wall Street balik arah ke zona merah.
Selain itu, rilis laporan keuangan dari emiten-emiten yang melantai di Wall Street juga akan terus dipantau oleh pelaku pasar.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/ank) Next Article Wall Street Melejit, Sinyal Pasar Saham Kebal Resesi?
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular