
Damai Korea Sampai Intervensi BI Kuatkan Rupiah
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
30 April 2018 08:57

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dibuka menguat pada perdagangan awal pekan ini. Keperkasaan dolar AS sepertinya sudah pudar.
Pada Senin (30/4/2018) US$ 1 di pasar spot dihargai Rp 13.860. Rupiah menguat 0,18% dibandingkan penutupan akhir pekan lalu.
Penguatan rupiah membuat bank tidak lagi menjual dolar AS di kisaran Rp 14.000. Berikut data perdagangan dolar AS di beberapa perbankan nasional hingga pukul 08:20 WIB:
Sementara mata uang regional bergerak variatif. Namun pelemahan maupun penguatan terjadi dalam rentang tipis. Berikut perkembangan nilai tukar sejumlah mata uang Asia terhadap greenback:
Terhadap mata uang utama, dolar AS juga melandai. Penguatan Dollar Index, yang mengukur posisi dolar AS terhadap enam mata uang utama, bergerak mendatar dengan penguatan tipis 0,01%.
Dolar AS kurang mendapat suntikan tenaga, karena imbal hasil (yield) obligasi pemerintah Negeri Paman Sam datar-datar saja. Saat ini, yield obligasi AS tenor 10 tahun berada di 2,9587%. Yield instrumen ini sudah meninggalkan level 3%.
Artinya, permintaan terhadap obligasi kembali meningkat. Investor yang awalnya cenderung bermain aman dengan memegang dolar AS kini mulai berani mengambil risiko, meski masih terbatas. Dana pun masuk ke pasar obligasi dan meninggalkan pasar uang, yang membuat greenback melemah.
Selain itu, Asia juga tengah menikmati angin segar dari perdamaian Korea Selatan dan Korea Utara. Secara teknis, perang di antara kedua negara ini belum berakhir karena yang ada hanya gencatan senjata.
Namun akhir pekan lalu, Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un dan Presiden Korea Selatan Moon Jae In melakukan pertemuan bersejarah dan berkomitmen mengakhiri perang. Kim juga menegaskan bahwa Pyongyang akan menutup dan melucuti fasilitas ujicoba nuklir mereka pada bulan depan. Dengan begitu, cita-cita denuklirisasi Semenanjung Korea sudah di depan mata.
Pelaku pasar yang awalnya memasukkan faktor ketegangan geopolitik di kawasan ini sebagai salah satu risiko kini bisa menghembuskan nafas lega. Setidaknya satu sentimen negatif sudah punah. Ini memberikan dorongan kepada pasar keuangan Asia untuk mencetak penguatan.
Selain itu, penguatan rupiah juga sepertinya juga masih diwarnai oleh intervensi Bank Indonesia (BI). Bank sentral menegaskan komitmennya untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah melalui intervensi di pasar valas dan obligasi.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Penampakan di Money Changer, Saat Rupiah di Atas 14.800/US$
Pada Senin (30/4/2018) US$ 1 di pasar spot dihargai Rp 13.860. Rupiah menguat 0,18% dibandingkan penutupan akhir pekan lalu.
![]() |
Penguatan rupiah membuat bank tidak lagi menjual dolar AS di kisaran Rp 14.000. Berikut data perdagangan dolar AS di beberapa perbankan nasional hingga pukul 08:20 WIB:
Bank | Harga Beli | Harga Jual |
Bank Mandiri | Rp 13.868,00 | Rp 13.902,00 |
Bank BNI | Rp 13.790,00 | Rp 13.970,00 |
Bank BRI | Rp 13.845,00 | Rp 13.945,00 |
Bank BTN | Rp 13.803,00 | Rp 13.953,00 |
Bank BCA | Rp 13.871,00 | Rp 13.883,00 |
Sementara mata uang regional bergerak variatif. Namun pelemahan maupun penguatan terjadi dalam rentang tipis. Berikut perkembangan nilai tukar sejumlah mata uang Asia terhadap greenback:
Mata Uang | Bid Terakhir | Perubahan (%) |
Yen Jepang | 109,07 | -0,04 |
Yuan China | 6,33 | +0,02 |
Won Korsel | 1.068,30 | -0,15 |
Dolar Taiwan | 29,56 | 0,00 |
Dolar Singapura | 1,32 | +0,01 |
Ringgit Malaysia | 3,92 | -0,04 |
Peso Filipina | 51,69 | -0,14 |
Baht Thailand | 31,50 | +0,06 |
Terhadap mata uang utama, dolar AS juga melandai. Penguatan Dollar Index, yang mengukur posisi dolar AS terhadap enam mata uang utama, bergerak mendatar dengan penguatan tipis 0,01%.
![]() |
Artinya, permintaan terhadap obligasi kembali meningkat. Investor yang awalnya cenderung bermain aman dengan memegang dolar AS kini mulai berani mengambil risiko, meski masih terbatas. Dana pun masuk ke pasar obligasi dan meninggalkan pasar uang, yang membuat greenback melemah.
Selain itu, Asia juga tengah menikmati angin segar dari perdamaian Korea Selatan dan Korea Utara. Secara teknis, perang di antara kedua negara ini belum berakhir karena yang ada hanya gencatan senjata.
Namun akhir pekan lalu, Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un dan Presiden Korea Selatan Moon Jae In melakukan pertemuan bersejarah dan berkomitmen mengakhiri perang. Kim juga menegaskan bahwa Pyongyang akan menutup dan melucuti fasilitas ujicoba nuklir mereka pada bulan depan. Dengan begitu, cita-cita denuklirisasi Semenanjung Korea sudah di depan mata.
Pelaku pasar yang awalnya memasukkan faktor ketegangan geopolitik di kawasan ini sebagai salah satu risiko kini bisa menghembuskan nafas lega. Setidaknya satu sentimen negatif sudah punah. Ini memberikan dorongan kepada pasar keuangan Asia untuk mencetak penguatan.
Selain itu, penguatan rupiah juga sepertinya juga masih diwarnai oleh intervensi Bank Indonesia (BI). Bank sentral menegaskan komitmennya untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah melalui intervensi di pasar valas dan obligasi.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Penampakan di Money Changer, Saat Rupiah di Atas 14.800/US$
Most Popular