
Bursa Saham Asia Ditutup Bervariasi
Ratelia Nabila, CNBC Indonesia
26 April 2018 16:29

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa Asia ditutup mayoritas melemah pada perdagangan hari ini, melanjutkan koreksi yang terjadi pada perdagangan sebelumnya. Jatuhnya saham-saham teknologi dan kenaikan yield obligasi pemerintahan Amerika Serikat (AS) mengerek bursa Asia ke zona negatif.
Di Jepang, indeks Nikkei 225, naik 0,5% ke level 22.319,61. Indeks Topx naik 0,25% ke level 1772,13. Penguatan bursa Jepang, disebabkan oleh depresiasi nilai tukar mata uang yen terhadap dolar.
Penguatan juga terjadi di bursa Korea Selatan, dimana indeks menguat 1% didukung oleh sentiment pertemuan antara Korea Utara dan Korea Selatan. Namun sektor teknologi mengalami koreksi, dengan saham LG Display terkoreksi 3,2%, rilis laporan keuangan perusahaan teknologi raksasa Samsung tidak mampu membawa penguatan terhadap sektor teknologi.
Indeks negeri tirai bambu, China Hang Seng terkoreksi 1,06% ke level 30.007,68 dan SSE Composite terkoreksi 1,35% ke level 3.075,85. Koreksi dipicu oleh, jatuhnya saham-saham teknologi saham perusahaan chip raksasa Taiwan TSMC 1,3% dan Foxconn 1,2%. Saham yteknologi AAC, juga terkoreksi 6% dan saham perusahaan jaringan internet Tencent terkoreksi 2,2%.
Koreksi juga terjadi di bursa Filiphina, New Zealand, dan Thailand. Jakarta terkoreksi 2% disebabkan oleh isu kenaikan suku bunga oleh Bank Indonesia (BI).
Kabar, kenaikan yield obligasi Amerika Serikat (AS) yang menembus 3% membuat investor di bursa-bursa saham di Asia mengalihkan investasi dari pasar ekuitas. Keadaan ekonomi yang membaik, membuat Bank Sentral AS The Fed menaikkan suku bunga acuannya sebanyak empat kali. Hal tersebut, turut mempengaruhi kinerja bursa regional selain koreksi saham-saham utama teknologi.
Head of Asia-Pacific at OANDA, Stephen Innes menyatakan kenaikan tingkat obliges pemerintahan AS, membuat investor mengalihkan instrument investasi mereka ke obligasi dan membuat saham tidak lagi menarik.
"Dengan kenaikan obligasi pemerintahan AS hari ini, pasar melihat bahwa hal tersebut merupakan salah satu daya Tarik untuk mengalihkan investasi mereka ke obligasi", ujar Stephen Innes.
Selain sentiment, kenaikan yield obligasi koreksi di sektor teknologi juga mendukung bursa untuk melemah disebabkan oleh turunnya penjualan produk keluaran perusahaan raksasa Apple.Inc.
(hps) Next Article Sabda The Fed Menyambar Asia, Bursa Tokyo Merah
Di Jepang, indeks Nikkei 225, naik 0,5% ke level 22.319,61. Indeks Topx naik 0,25% ke level 1772,13. Penguatan bursa Jepang, disebabkan oleh depresiasi nilai tukar mata uang yen terhadap dolar.
Penguatan juga terjadi di bursa Korea Selatan, dimana indeks menguat 1% didukung oleh sentiment pertemuan antara Korea Utara dan Korea Selatan. Namun sektor teknologi mengalami koreksi, dengan saham LG Display terkoreksi 3,2%, rilis laporan keuangan perusahaan teknologi raksasa Samsung tidak mampu membawa penguatan terhadap sektor teknologi.
Koreksi juga terjadi di bursa Filiphina, New Zealand, dan Thailand. Jakarta terkoreksi 2% disebabkan oleh isu kenaikan suku bunga oleh Bank Indonesia (BI).
Kabar, kenaikan yield obligasi Amerika Serikat (AS) yang menembus 3% membuat investor di bursa-bursa saham di Asia mengalihkan investasi dari pasar ekuitas. Keadaan ekonomi yang membaik, membuat Bank Sentral AS The Fed menaikkan suku bunga acuannya sebanyak empat kali. Hal tersebut, turut mempengaruhi kinerja bursa regional selain koreksi saham-saham utama teknologi.
Head of Asia-Pacific at OANDA, Stephen Innes menyatakan kenaikan tingkat obliges pemerintahan AS, membuat investor mengalihkan instrument investasi mereka ke obligasi dan membuat saham tidak lagi menarik.
"Dengan kenaikan obligasi pemerintahan AS hari ini, pasar melihat bahwa hal tersebut merupakan salah satu daya Tarik untuk mengalihkan investasi mereka ke obligasi", ujar Stephen Innes.
Selain sentiment, kenaikan yield obligasi koreksi di sektor teknologi juga mendukung bursa untuk melemah disebabkan oleh turunnya penjualan produk keluaran perusahaan raksasa Apple.Inc.
(hps) Next Article Sabda The Fed Menyambar Asia, Bursa Tokyo Merah
Most Popular