Hari Ini, Rupiah Jadi Mata Uang Terkuat Ketiga di Asia

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
26 April 2018 16:24
Nilai tukar rupiah mampu berbalik arah dan menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS).
Foto: CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah mampu berbalik arah dan menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Bahkan dolar AS sudah meninggalkan level Rp 13.900.

Pada Rabu (25/4/2018) pukul 16:00 WIB, US$ 1 di pasar spot dihargai Rp 13.885. Rupiah menguat 0,24% dibandingkan penutupan hari sebelumnya.  

Reuters
 
Sementara mata uang regional masih bergerak variatif. Namun yang jelas, terlihat dominasi dolar AS dalam beberapa hari ini sudah mulai pudar.

Rupiah menjadi mata uang dengan penguatan terbesar ketiga. Di atas rupiah ada won Korea Selatan dan Peso Filipina.
 
Mata UangBid TerakhirPerubahan (%)
Yen Jepang109,35+0,05
Yuan China6,33-0,05
Won Korsel1.078,47+0,30
Dolar Taiwan29,67-0,03
Dolar Singapura1,33+0,09
Ringgit Malaysia3,91-0,13
Peso Filipina52,09+0,25
Baht Thailand31,59-0,22
 
Setidaknya ada dua hal yang mengerem laju apresiasi greenback. Pertama adalah perhatian pelaku pasar yang tertuju ke pertemuan Bank Sental Uni Eropa (ECB) hari ini. Konsensus pasar yang dihimpun Reuters memperkirakan ECB masih akan menahan suku bunga acuan. 

Meski perekonomian Benua Biru terus membaik, tetapi masih sangat dini. Laju inflasi juga masih belum stabil. Pada Maret, inflasi di Zona Euro tercatat 1,4% year-on-year. Masih jauh dari target ECB yang sebesar 2%. 

Oleh karena itu, sepertinya belum ada kebutuhan untuk memperketat kebijakan moneter dalam waktu dekat. Saat ekonomi masih butuh ekspansi, pengetatan kebijakan moneter justru kontraproduktif. 

Kemungkinan ECB mempertahankan suku bunga acuan meredakan ketegangan terkait tren pengetatan kebijakan moneter di negara maju. Mata uang memang sangat rentan terhadap suku bunga. 

Kala suku bunga naik, maka ekspektasi inflasi akan terjaga dan menguntungkan bagi kurs. Begitu ada kabar bahwa belum akan ada pengetatan moneter agresif, maka apresiasi mata uang akan terhenti. 

Selain itu, komitmen BI untuk menjaga stabilitas rupiah terus ditepati. Mengutip Reuters, pelaku pasar melihat BI aktif 'bertempur' di pasar valas dengan melakukan intervensi agar dolar AS tidak jauh dari kisaran Rp 13.930. BI sepertinya tidak akan membiarkan dolar AS menembus batas psikologis Rp 14.000.

"Dolar AS sepertinya masih bisa reli, bahkan sampai ke Rp 14.000. Namun bank sentral pastinya tidak akan membiarkan itu," kata Greg McKenna, Chief Market Strategist di AxiTrader, seperti dikutip dari Reuters.

Sebelumnya, Reuters juga mengabarkan BI telah menghabiskan dana US$ 6 miliar (Rp 83,4 triliun) untuk intervensi pasar. Salah satu wujudnya terlihat dari kepemilikan Surat Berharga Negara (SBN) oleh BI yang naik Rp 2,15 triliun pada 24 April dibandingkan akhir pekan lalu. Artinya, BI menyerap likuiditas di pasar untuk mengurangi pasokan di pasar sehingga diharapkan nilai mata uang terapresiasi.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(aji/aji) Next Article Penampakan di Money Changer, Saat Rupiah di Atas 14.800/US$

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular