
Harga Batu Bara Rebound, Ditopang Menguatnya Harga Minyak
Raditya Hanung Prakoswa, CNBC Indonesia
26 April 2018 11:30

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara ICE Newcastle tercatat menguat 0,21 ke US$93,45/ton kemarin, disokong oleh kenaikan harga minyak global. Pada penutupan perdagangan hari Rabu (25/4), harga minyak jenis light sweet mampu menguat 0,52% ke US$68,05/barel.
Penguatan harga minyak dipicu oleh Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang nampaknya akan tetap pada posisinya, yaitu menarik diri dari perjanjian nuklir yang dibuat dengan Iran. Trump akan memutuskan langkah berikutnya pada 12 Mei.
Perkembangan ini membuat probabilitas pengenaan sanksi baru bagi Iran masih terbuka. Bila terjadi, maka akan berpotensi membuat pasokan minyak dari Negeri Persia terganggu. Berkurangnya pasokan tentu berdampak pada kenaikan harga.
Menyusul kebijakan pemerintah China tersebut, permintaan batu bara impor Negeri Panda pun menurun. Melansir Reuters, impor batu bara China pada minggu yang berakhir pada 21 April tercatat hanya sebesar 3,45 juta ton, jatuh hampir 30% jika dibandingkan dengan rata-rata mingguan sepanjang 1 Januari-15 April 2018 yang sebesar 4,92 juta ton.
Lesunya permintaan dari Negeri Panda pun dipengaruhi oleh musim semi yang lebih hangat di China, sehingga menekan konsumsi harga batu bara di negara dengan penduduk terbesar di dunia tersebut.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(hps) Next Article Terpukul Pandemi, Harga Batu Bara Bisa di Bawah USD 50/ton
Penguatan harga minyak dipicu oleh Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang nampaknya akan tetap pada posisinya, yaitu menarik diri dari perjanjian nuklir yang dibuat dengan Iran. Trump akan memutuskan langkah berikutnya pada 12 Mei.
Perkembangan ini membuat probabilitas pengenaan sanksi baru bagi Iran masih terbuka. Bila terjadi, maka akan berpotensi membuat pasokan minyak dari Negeri Persia terganggu. Berkurangnya pasokan tentu berdampak pada kenaikan harga.
![]() |
Hari ini harga batu bara mampu rebound, setelah 3 hari berturut-turut ditutup melemah. Apabila ditarik sejak akhir 2017, harga batu bara sudah terkoreksi sebesar 7,3%. Secara fundamental, lesunya permintaan dari China memang masih menghantui harga batu bara dalam beberapa pekan terakhir.
Pada pertengahan Februari, harga batas atas (price ceiling) diterapkan di Qinhuangdao, pelabuhan utama China untuk impor batu bara. Tujuan kebijakan pemerintah Negeri Tirai Bambu tersebut adalah untuk menggenjot produksi dan mengerek harga batu bara domestik.
Pada pertengahan Februari, harga batas atas (price ceiling) diterapkan di Qinhuangdao, pelabuhan utama China untuk impor batu bara. Tujuan kebijakan pemerintah Negeri Tirai Bambu tersebut adalah untuk menggenjot produksi dan mengerek harga batu bara domestik.
Menyusul kebijakan pemerintah China tersebut, permintaan batu bara impor Negeri Panda pun menurun. Melansir Reuters, impor batu bara China pada minggu yang berakhir pada 21 April tercatat hanya sebesar 3,45 juta ton, jatuh hampir 30% jika dibandingkan dengan rata-rata mingguan sepanjang 1 Januari-15 April 2018 yang sebesar 4,92 juta ton.
Lesunya permintaan dari Negeri Panda pun dipengaruhi oleh musim semi yang lebih hangat di China, sehingga menekan konsumsi harga batu bara di negara dengan penduduk terbesar di dunia tersebut.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(hps) Next Article Terpukul Pandemi, Harga Batu Bara Bisa di Bawah USD 50/ton
Most Popular