Masih Menunggu Momentum, Bursa Asia Dibuka Bervariasi

Houtmand P Saragih, CNBC Indonesia
26 April 2018 09:15
Pelemahan mata uang yen dan rilis laporan keuangan menjadi sentimen yang mempengaruhi kinerja pasar saham di kawasan asia.
Foto: REUTERS/Toru Hanai
Jakarta, CNBC Indonesia - Kinerja bursa saham Asia Pasifik pada perdagangan hari ini dibuka bervariasi. Pelemahan mata uang yen dan rilis laporan keuangan menjadi sentimen yang mempengaruhi kinerja pasar saham di kawasan Asia.

Bursa Jepang dibuka di zona positif pada perdagangan hari Kamis (26/4/2018) akibat penguatan yen yang menjadi sentimen positif pasar. Investor juga mengejar saham-saham perusahaan yang diperkirakan akan melaporkan kinerja keuangan yang kuat, dilansir dari AFP.

Indeks acuan Nikkei 225 bertambah 0,32% menjadi 22.285,74 pada sesi perdagangan pagi ini. Indeks acuan Australia, ASX 200, melemah tipis 0,1% menjadi 5.915,6 di sesi awal perdagangan, indeks Kospi di Korea Selatan melompat naik 0,56% ke level 2.461,52 beberapa saat setelah perdagangan saham dibuka, menurut data CNBC International.

Bursa saham China, pada perdagangan pagi ini terkoreksi. Indeks Hang Seng melemah 0,46% dan indeks Shanghai melemah 0,54%. Pada saat pembukaan, indeks Shanghai dan Hang Seng juga dibuka menguat masing-masing sebesar 0,05% dan 0,16%.

Sementara itu, indeks Strait Times menguat 0,41% pada saat pembukaan ke level 3.582,61. Penguatan bursa saham Singapura salah satunya dipicu oleh nilai tukar dolar Singapura yang menguat sebesar 0,06% terhadap dolar AS ke level SG$ 1,3274.

Dari sisi ekonomi, investor menantikan rilis data pertumbuhan produksi industri yang rencananya dirilis pada pukul 12:00 WIB.

Sebelumnya, indeks-indeks utama Wall Street ditutup bervariasi pada hari Rabu. Indeks Dow Jones Industrial Average menguat 0,25% menjadi 24.083,83, S&P 500 juga berhasil bangkit dari keterpurukan dan mengakhiri sesi perdagangan hari Rabu dengan kenaikan 0,18% ke level 2.693,4. Sementara itu, Nasdaq Composite terkoreksi tipis 0,05% menjadi 7.003,74.

Investor nampaknya masih sangat hati-hati dalam bertransaksi. Terlihat dari volume perdagangan yang hanya melibatkan 6,67 miliar unit saham, di bawah rata-rata 20 hari terakhir yang sebanyak 6,75 miliar unit.

DJIA dan S&P pun tertatih-tatih untuk bisa mencapai zona hijau. Kinerja korporasi bisa menyelematkan, meski isu kenaikan suku bunga masih menghantui.

Dengan yield obligasi AS yang sudah menembus kisaran 3%, pasar melihat ada peningkatan ekspektasi inflasi. Perekonomian Negeri Paman Sam yang terus ekspansif mau tidak mau memang menghasilkan inflasi.

Sampai Maret, inflasi AS sudah mencapai 2,36%. Di atas target The Federal Reserve/The Fed yaitu 2%.

Jerome Powell, Gubernur The Fed, pernah menyampaikan bahwa bank sentral akan menjaga perekonomian AS dari risiko overheating. Sebagian pelaku pasar melihat tanda-tanda ke arah sana sudah ada, yaitu percepatan laju inflasi. Oleh karena itu, muncul pembacaan bahwa The Fed sangat mungkin untuk melakukan pengetatan moneter melebihi dosis yang diperkirakan. Suku bunga acuan yang pada 2018 diproyeksikan naik tiga kali, kini bisa menjadi empat kali.

Saham adalah instrumen yang menghasilkan dampak optimal dalam lingkungan suku bunga rendah. Ketika suku bunga tinggi, pilihan terbaik adalah memegang mata uang. Ini yang menyebabkan permintaan dolar AS melambung sehingga nilainya menguat tajam.

Meski begitu, DJIA dan S&P masih bisa selamat karena solidnya laporan keuangan emiten. Saham Boeing naik 4,2% setelah laba per saham (Earnings per Share/EPS) naik 67,74% ke US$ 3,64. EPS Boeing tersebut jauh di atas konsensus pasar yang sebesar US$ 2,58.

Facebook juga menjadi penyelamat dengan kenaikan harga saham mencapai 4,6%. Pendapatan Facebook pada kuartal I-2018 mencapai US$ 11,97 miliar atau naik 49%. Ini didorong oleh jumlah pengguna aktif yang mencapai 2,2 miliar akun, naik 13% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.


(hps) Next Article Libur Imlek, Bursa Saham Jepang Dibuka Cerah

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular