
Boeing Selamatkan Wall Street dari Keterpurukan
Prima Wirayani, CNBC Indonesia
26 April 2018 06:21

Jakarta, CNBC Indonesia - Salah satu indeks utama Wall Street, Dow Jones Industrial Average, akhirnya ditutup di zona positif pada perdagangan hari Rabu (25/4/2018) untuk kali pertama dalam enam hari terakhir setelah sempat turun tajam pada sesi perdagangan hari itu. Saham pabrikan pesawat terbang asal Amerika Serikat (AS) Boeing menjadi penyelamat indeks.
Saham Boeing melonjak 4,2% setelah melaporkan kinerja keuangan kuartal I-2018 yang melampaui perkiraan analis. Kenaikan harga sahamnya mampu membuat Dow Jones rebound dari pelemahan 201,05 poin. Dow Jones akhirnya ditutup menguat 0,25% menjadi 24.083,83, dilansir dari CNBC International.
S&P 500 juga berhasil bangkit dari keterpurukan dan mengakhiri sesi perdagangan hari Rabu dengan kenaikan 0,18% ke level 2.693,4. Sementara itu, Nasdaq Composite terkoreksi tipis 0,05% menjadi 7.003,74.
Sebelumnya, harga berbagai saham ramai-ramai turun tajam akibat suku bunga obligasi negara AS yang melonjak hingga menembus level 3% yang belum pernah terjadi dalam beberapa tahun terakhir.
Yield obligasi AS bertenor 10 tahun tercatat 3,03% setelah menembus batas psikologis 3% untuk kali pertama sejak 2014 pada hari Selasa. Investor cemas kenaikan suku bunga akan memperlambat laju perekonomian dan memukul kemampuan perusahaan membeli kembali saham mereka.
"Selama 10 tahun, suku bunga dipertahankan rendah secara semu untuk mendorong investor ambil risiko," kata Jack Ablin, rekan pendiri di Cresset Wealth. "Ketika kita mencapai level bunga yang lebih normal, hal itu akan menjadi tantangan bagi ekuitas sebagai sebuah aset."
Pasar keuangan seluruh dunia melemah saat suku bunga naik, terlihat dari bursa-bursa Eropa dan Asia yang juga ditutup lebih rendah hari Rabu.
Gejolak pasar saat ini terjadi ketika berbagai perusahaan membukukan kinerja yang memuaskan. Dari beberapa perusahaan S&P 500 yang telah mengumumkan laporan keuangannya, sekitar 81% mencatatkan kinerja yang lebih tinggi dari ekspektasi analis, menurut Thomson Reuters I/B/E/S.
Twitter, misalnya, melaporkan raihan laba yang lebih tinggi dari perkiraan pada hari Rabu namun sahamnya akhirnya ditutup turun 2,4%.
"Raihan laba perusahaan kuat namun saat ini pasar memiliki target yang tinggi akibat adanya pemotongan tarif pajak," kata Jeff Zipper, direktur pelaksana investasi di US Bank Wealth Management. Pasar juga sepertinya sedang menantikan kabar buruk sebelum melakukan aksi jual, tambahnya.
(prm) Next Article Wall Street Melejit, Sinyal Pasar Saham Kebal Resesi?
Saham Boeing melonjak 4,2% setelah melaporkan kinerja keuangan kuartal I-2018 yang melampaui perkiraan analis. Kenaikan harga sahamnya mampu membuat Dow Jones rebound dari pelemahan 201,05 poin. Dow Jones akhirnya ditutup menguat 0,25% menjadi 24.083,83, dilansir dari CNBC International.
S&P 500 juga berhasil bangkit dari keterpurukan dan mengakhiri sesi perdagangan hari Rabu dengan kenaikan 0,18% ke level 2.693,4. Sementara itu, Nasdaq Composite terkoreksi tipis 0,05% menjadi 7.003,74.
Yield obligasi AS bertenor 10 tahun tercatat 3,03% setelah menembus batas psikologis 3% untuk kali pertama sejak 2014 pada hari Selasa. Investor cemas kenaikan suku bunga akan memperlambat laju perekonomian dan memukul kemampuan perusahaan membeli kembali saham mereka.
"Selama 10 tahun, suku bunga dipertahankan rendah secara semu untuk mendorong investor ambil risiko," kata Jack Ablin, rekan pendiri di Cresset Wealth. "Ketika kita mencapai level bunga yang lebih normal, hal itu akan menjadi tantangan bagi ekuitas sebagai sebuah aset."
Pasar keuangan seluruh dunia melemah saat suku bunga naik, terlihat dari bursa-bursa Eropa dan Asia yang juga ditutup lebih rendah hari Rabu.
Gejolak pasar saat ini terjadi ketika berbagai perusahaan membukukan kinerja yang memuaskan. Dari beberapa perusahaan S&P 500 yang telah mengumumkan laporan keuangannya, sekitar 81% mencatatkan kinerja yang lebih tinggi dari ekspektasi analis, menurut Thomson Reuters I/B/E/S.
Twitter, misalnya, melaporkan raihan laba yang lebih tinggi dari perkiraan pada hari Rabu namun sahamnya akhirnya ditutup turun 2,4%.
"Raihan laba perusahaan kuat namun saat ini pasar memiliki target yang tinggi akibat adanya pemotongan tarif pajak," kata Jeff Zipper, direktur pelaksana investasi di US Bank Wealth Management. Pasar juga sepertinya sedang menantikan kabar buruk sebelum melakukan aksi jual, tambahnya.
(prm) Next Article Wall Street Melejit, Sinyal Pasar Saham Kebal Resesi?
Most Popular