Khawatir Lagi The Fed Naikkan Suku Bunga, Bursa Asia Koreksi

Tim CNBC Indonesia, CNBC Indonesia
25 April 2018 09:01
Investor mulai cemas Bank Sentral AS atau The Federal Reserve (The Fed) akan menaikkan suku bunga lebih cepat.
Foto: Reuters
Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham Asia Pasifik pada perdagangan pagi ini dibuka mayoritas melemah, mengikuti pasar saham Amerika Serikat (AS), Wall Street. Investor mulai cemas Bank Sentral AS atau The Federal Reserve (The Fed) akan menaikkan suku bunga lebih cepat yang memicu kenaikan yield obligasi AS.

Indeks Nikkei 225 dibuka melemah dalam 0,79% menjadi 22.102,87, indeks Kospi di Korea Selatan juga anjlok 0,94% ke level 2.440,93 di awal perdagangan dan di Australia, indeks ASX 200 berhasil mencatatkan penguatan 0,6% menjadi 5.921,6 di perdagangan hari Rabu pagi.

Demikian pula bursa saham di China, pada pembukaan indek Shanghai Composite turun 0,5% dan indeks Hang Seng turun 0,5%. Koreksi juga terjadi di pasar saham Singapura, dimana indeks Strait Times turun 0,6%.

Pada perdagangan dini hari tadi, indeks saham di Wall Street berjatuhan pada penutupan. Indeks Dow Jones Industrial Average ditutup lebih rendah 1,74% di level 24.024,13, indeks S&P 500 turun 1,3% menjadi 2.634,56 dan Nasdaq Composite melemah 1,7% ke 7.007,35.

Koreksi Wall Street disebabkan oleh imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun yang menembus level 3%. Kemarin, yield instrumen ini sempat mencapai 3,083%. Ini merupakan kali pertama dalam 4 tahun terakhir yield menembus 3%.

Yield obligasi AS melonjak karena kenaikan ekspektasi inflasi dan tambahan pasokan dari pemerintah untuk membiayai defisit anggaran, yang membengkak akibat program pemotongan tarif pajak inisiatif Presiden Donald Trump. Ekspektasi inflasi meningkat seiring terus positifnya data-data ekonomi Negeri Paman Sam.

Sentimen yang sama tampaknya masih mewarnai perdagangan saham di kawasan Asia pada pagi ini. Apalagi konsumsi masyarakat AS semakin solid tentunya memunculkan ekspektasi percepatan laju inflasi.

Oleh karena itu, muncul bayangan di benak pelaku pasar bahwa Bank Sentral AS (The Federal Reserve/The Fed) kemungkinan akan menaikkan suku bunga acuan secara lebih agresif untuk menjangkar ekspektasi inflasi.

Kartu kenaikan suku bunga empat kali sepanjang 2018 kembali muncul di atas meja. Saham, aset yang diuntungkan dalam era suku bunga rendah, tentu dalam posisi yang tidak menguntungkan.
(hps) Next Article Libur Imlek, Bursa Saham Jepang Dibuka Cerah

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular