
Rupiah Ditutup Melemah 0,11% Lawan Dolar AS
Alfado Agustio, CNBC Indonesia
23 April 2018 16:31

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada penutupan perdagangan hari ini bergerak melemah. Penguatan yang terjadi pada dolar AS tidak lepas dari sentimen ekspektasi kenaikan tingkat suku bunga acuan yang lebih agresif oleh The Federal Reserve/The FED dan naiknya tingkat imbal hasil (yield) US Treasury.
Pada Senin (23/04) pukul 16.00 WIB, berdasarkan data Reuters, dolar AS di pasar spot diperdagangkan di Rp 13.890. Rupiah melemah 0,11% dibandingkan penutupan akhir pekan lalu. Posisi rupiah terlemah berada di Rp13.895/US$, sementara posisi terkuat di Rp 13.889/US$.
Penguatan yang terjadi pada dolar AS dipengaruhi meningkatnya ekspektasi The Fed akan lebih agresif menaikkan tingkat suku bunga acuannya seiring dengan perkiraan tingkat inflasi di AS yang akan lebih tinggi.
Hal tersebut didasari oleh kinerja perusahaan-perusahaan di AS yang menunjukkan peningkatan. Mengutip Thomson Reuters, sebanyak 77% dari perusahaan anggota indeks S&P 500 yang telah mengumumkan kinerja keuangan sampai dengan Kamis pagi waktu setempat (19/4) mencatatkan laba bersih yang lebih tinggi dari ekspektasi.
Peningkatan kinerja dari para emiten akan mendorong tingkat inflasi terakselerasi lebih kencang dan membuat The Fed selaku bank sentral AS berpikir ulang untuk lebih agresif terkait kebijakan moneternya.
Di sisi lain, kenaikan tingkat imbal hasil (yield) US Treasury mendekati 3%, membuat potensi capital outflow dari Indonesia cukup besar. Ini karena spread imbal hasil antara obligasi pemerintah AS dan Indonesia semakin menyempit sehingga mendorong arus modal asing kembali ke AS dan mendorong penguatan dolar.
Kondisi ini membuat rupiah mengalami tekanan dan cenderung bergerak melemah hingga hari ini.
Sejalan dengan rupiah, mayoritas mata uang negara kawasan Asia juga ikut melemah merespon penguatan yang terjadi pada dolar AS. Berikut pergerakan mata uang kawasan seperti dikutip dari Reuters :
TIM RISET CNBC INDONESIA
(dru/dru) Next Article Penampakan di Money Changer, Saat Rupiah di Atas 14.800/US$
Pada Senin (23/04) pukul 16.00 WIB, berdasarkan data Reuters, dolar AS di pasar spot diperdagangkan di Rp 13.890. Rupiah melemah 0,11% dibandingkan penutupan akhir pekan lalu. Posisi rupiah terlemah berada di Rp13.895/US$, sementara posisi terkuat di Rp 13.889/US$.
![]() |
Hal tersebut didasari oleh kinerja perusahaan-perusahaan di AS yang menunjukkan peningkatan. Mengutip Thomson Reuters, sebanyak 77% dari perusahaan anggota indeks S&P 500 yang telah mengumumkan kinerja keuangan sampai dengan Kamis pagi waktu setempat (19/4) mencatatkan laba bersih yang lebih tinggi dari ekspektasi.
Peningkatan kinerja dari para emiten akan mendorong tingkat inflasi terakselerasi lebih kencang dan membuat The Fed selaku bank sentral AS berpikir ulang untuk lebih agresif terkait kebijakan moneternya.
Di sisi lain, kenaikan tingkat imbal hasil (yield) US Treasury mendekati 3%, membuat potensi capital outflow dari Indonesia cukup besar. Ini karena spread imbal hasil antara obligasi pemerintah AS dan Indonesia semakin menyempit sehingga mendorong arus modal asing kembali ke AS dan mendorong penguatan dolar.
Kondisi ini membuat rupiah mengalami tekanan dan cenderung bergerak melemah hingga hari ini.
Sejalan dengan rupiah, mayoritas mata uang negara kawasan Asia juga ikut melemah merespon penguatan yang terjadi pada dolar AS. Berikut pergerakan mata uang kawasan seperti dikutip dari Reuters :
Mata Uang | Bid Terakhir | Perubahan (%) |
Yen Jepang | 108,32 | -0,34 |
Yuan China | 6,30 | -0,21 |
Won Korsel | 1,076,97 | -0,64 |
Dolar Taiwan | 29,61 | -0,56 |
Rupee India | 66,42 | -0,34 |
Dolar Singapura | 1.32 | -0,41 |
Ringgit Malaysia | 3.86 | 0.00 |
Bath Thailand | 31,50 | -0,54 |
Peso Filipina | 52,42 | -0,56 |
TIM RISET CNBC INDONESIA
(dru/dru) Next Article Penampakan di Money Changer, Saat Rupiah di Atas 14.800/US$
Most Popular