Rupiah yang Selalu Terombang-ambing, Dolar Nyaris Rp 14.000

Herdaru Purnomo, CNBC Indonesia
23 April 2018 11:07
Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS menuju level Rp 14.000/US$.
Foto: CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS menuju level Rp 14.000/US$. Level ini sama ketika Bank Sentral China People Bank of China (PBOC) pada Desember 2015 sengaja melemahkan nilai tukarnya yaitu Yuan. Hal tersebut mengakibatkan adanya sentimen 'currency war.'

Bank Indonesia (BI) sampai saat ini masih menjaga nilai tukar rupiah terhadap dolar dalam range di bawah Rp 14.000/US$. Mengutip data Reuters, Senin (23/4/2018) rupiah pagi ini sampai pukul 10.45 WIB nilai tertingginya mencapai Rp 13.895/US$. Di pasar spot rupiah berada di level Rp 13.890/US$. Nilai tukar rupiah hanya tinggal menunggu waktu untuk menembus level Rp 14.000/US$.

Sedangkan kurs di Bloomberg sendiri tercatat nilai rupiah terhadap dolar AS level tertingginya di Rp 13.899/US$ sampai pukul 10.45 WIB.

Pelemahan rupiah terhadap dolar AS tidak lepas dari kembali munculnya ekspektasi bahwa The Fed akan lebih agresif menaikkan tingkat suku bunga acuan. Ini didasari dengan perkiraan bahwa tingkat inflasi di AS yang tumbuh lebih tinggi seiring dengan kinerja perusahaan-perusahaan di AS yang menunjukkan peningkatan.

Namun, jangan juga lupakan masalah dari dalam negeri. Pelemahan rupiah terjadi sesaat setelah kebijakan BI yang tetap menahan suku bunga acuan di angka 4,25%. Langkah ini ikut membuat kondisi rupiah semakin tertekan. Sementara negara-negara tetangga seperti Malaysia, China, dan Singapura sudah mengikuti langkah The Fed dengan mengetatkan kebijakan moneternya.

Selain itu, kebutuhan akan dolar AS di dalam negeri cukup tinggi karena pembayaran jatuh tempo utang korporasi.


Kondisi tersebut membuat potensi rupiah dapat tertekan lebih dalam bahkan dapat menembus posisi Rp 14.000. BI perlu memikirkan cara lain, disamping operasi moneter harian untuk meredam kemungkinan posisi rupiah yang akan bergerak semakin melemah karena dikhawatirkan pelemahan tersebut berdampak terhadap stabilitas perekonomian Indonesia. Sampai kapan cadangan devisa terus digelontorkan?

Sebenarnya tak hanya BI, Pemerintah juga perlu mewaspadai hal ini, sebab jika rupiah dibiarkan terus mengalami pelemahan ditakutkan akan menganggu neraca perdagangan. Rupiah selalu saja terombang-ambing.

Seperti yang diketahui bersama, Indonesia saat ini masih mengalami defisit neraca perdagangan terutama dengan negara-negara mitra utama sebab tingkat impor di Indonesia masih cukup tinggi. Sementara APBN juga harus ditutup dengan utang. Defisit ganda ini membuat Indonesia tergantung dengan asing.

Oleh sebab itu, diperlukan intervensi oleh BI khususnya sebagai otoritas moneter tertinggi di Indonesia agar mencegah rupiah jatuh semakin dalam. BI bersama pemerintah perlu berkolaborasi untuk mengundang dolar AS untuk datang lagi ke Indonesia agar dapat memperkuat posisi rupiah.

Meskipun BI bersikap untuk menahan kebijakan suku bunganya, setidaknya pemerintah melakukan terobosan tertentu yang mampu menarik minat investor untuk mau menginvestasikan mata uang dolarnya di Indonesia.

TIM RISET CNBC INDONESIA




(dru) Next Article Rupiah Tembus Level Terkuatnya Sejak Juni 2018

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular