
Cuitan Trump Bikin Harga Minyak Turun Nyaris 1%
Raditya Hanung, CNBC Indonesia
20 April 2018 20:55

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak jenis light sweet untuk kontrak pengiriman Juni 2018 terkoreksi 0,75% ke US$67,82/barel, sementara brent untuk kontrak pengiriman Juni anjlok 0,89% ke US$73,12/barel, hingga pukul 20.25 WIB hari ini. Penurunan harga minyak tersebut dipicu pernyataan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang disampaikan di Twitter.
Trump mengritik Organisasi Negara-negara Penghasil Minyak (OPEC) atas tindakan pengurangan produksi minyak yang membuat harga minyak dunia melonjak tajam. Ia menyebut langkah tersebut tidak dapat diterima di saat harga minyak dunia mencatatkan penguatan dalam dua minggu terakhir.
"Sepertinya OPEC melakukannya lagi. Dengan jumlah produksi minyak yang mencapai rekor di mana-mana, termasuk kapal-kapal penuh minyak di lautan, harga minyak yang sangat tinggi saat ini dibuat-buat! Tidak bagus dan tidak akan bisa diterima," tulis Trump di akun media sosial, Twitter-nya.
Padahal hingga pukul 18.30 WIB hari ini, brent sempat menguat 0,41% ke US$74,08/barel. Harga minyak memang selama beberapa hari terakhir masih mendapatkan energi positif dari berkurangnya pasokan minyak dari negara-negara produsen utama.
Secara fundamental, Trump sebenarnya tidak asal bicara. Pasalnya, produksi minyak mentah negeri Paman Sam kembali mencatatkan rekor di angka 10,54 juta bph di pekan lalu. Padahal, di akhir tahun 2017, produksi minyak AS masih di bawah angka 10 juta bph.
Capaian tersebut menunjukkan bahwa AS makin mendekati kekuatan Rusia dalam hal produksi minyak mentah. Sebagai catatan, Rusia merupakan produsen minyak terbesar di dunia, dengan angka produksi mencapai 11 juta bph.
Dengan kata lain, Trump memegang "senjata" cadangan minyak yang begitu besar, yang dapat digenjot AS kapan saja, jika ingin menormalisasi harga minyak global.
(hps/hps) Next Article Sempat Tertekan, Harga Minyak Pelan-pelan Naik
Trump mengritik Organisasi Negara-negara Penghasil Minyak (OPEC) atas tindakan pengurangan produksi minyak yang membuat harga minyak dunia melonjak tajam. Ia menyebut langkah tersebut tidak dapat diterima di saat harga minyak dunia mencatatkan penguatan dalam dua minggu terakhir.
"Sepertinya OPEC melakukannya lagi. Dengan jumlah produksi minyak yang mencapai rekor di mana-mana, termasuk kapal-kapal penuh minyak di lautan, harga minyak yang sangat tinggi saat ini dibuat-buat! Tidak bagus dan tidak akan bisa diterima," tulis Trump di akun media sosial, Twitter-nya.
Secara fundamental, Trump sebenarnya tidak asal bicara. Pasalnya, produksi minyak mentah negeri Paman Sam kembali mencatatkan rekor di angka 10,54 juta bph di pekan lalu. Padahal, di akhir tahun 2017, produksi minyak AS masih di bawah angka 10 juta bph.
![]() |
Capaian tersebut menunjukkan bahwa AS makin mendekati kekuatan Rusia dalam hal produksi minyak mentah. Sebagai catatan, Rusia merupakan produsen minyak terbesar di dunia, dengan angka produksi mencapai 11 juta bph.
Dengan kata lain, Trump memegang "senjata" cadangan minyak yang begitu besar, yang dapat digenjot AS kapan saja, jika ingin menormalisasi harga minyak global.
(hps/hps) Next Article Sempat Tertekan, Harga Minyak Pelan-pelan Naik
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular