Trump Mulai Perang Dengan OPEC, Wall Street Dibuka Melemah

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
20 April 2018 21:12
Indeks Dow Jones melemah 0,03% ke level 24.657,39, indeks S&P 500 melemah 0,02% ke level 2.692,56, dan indeks Nasdaq melemah 0,3% ke level 6.754,68.
Foto: REUTERS/Brendan McDermid
Jakarta, CNBC Indonesia - Wall Street dibuka melemah pada perdagangan terakhir menjelang akhir pekan: indeks Dow Jones melemah 0,03% ke level 24.657,39, indeks S&P 500 melemah 0,02% ke level 2.692,56, dan indeks Nasdaq melemah 0,3% ke level 6.754,68.

Salah satu hal yang membebani bursa saham Negeri Paman Sam pada hari ini adalah cuitan Presiden AS Donald Trump yang mengritik secara keras Organisasi Negara-negara Penghasil Minyak (OPEC) karena dianggap telah memanipulasi kenaikan harga minyak yang belakangan ini terjadi.

"Sepertinya OPEC melakukannya lagi. Dengan jumlah produksi minyak yang mencapai rekor di mana-mana, termasuk kapal-kapal penuh minyak di lautan, harga minyak yang sangat tinggi saat ini dibuat-buat! Tidak bagus dan tidak akan bisa diterima," tulis Trump di melalui akun @realDonaldTrump

Menyusul cuitan Trump tersebut, harga minyak West Texas Intermediate (WTI) dan Brent langsung anjlok. WTI turun 0,92% menjadi US$ 67,7/barel, sementara Brent turun 0,89% menjadi US$ 73,15/barel.

Jika sebelumnya genderang perang dagang dengan China yang ditabuh oleh Trump, nampaknya kini pelaku pasar harus bersiap menghadapi perang intervensi harga minyak antara AS dan OPEC.

Kemarahan Donald Trump ini sebenarnya memang bukan tanpa alasan. Belum lama ini Reuters melaporkan bahwa Arab Saudi ingin harga minyak bergerak menuju US$ 80-US$100/barel guna mensukseskan penawaran perdana (IPO) saham Saudi Aramco.

Jika harga minyak melambung sampai setinggi itu, maka dampak positif dari kebijakan pemotongan pajak korporasi yang baru disahkan akhir 2016 lalu bisa menjadi berkurang, seiring naiknya biaya operasional dari korporasi-korporasi di AS.

Selain itu, laporan keuangan kuartal I-2018 yang sudah dirilis sejauh ini menunjukkan hasil yang mengembirakan. Mengutip Thomson Reuters, sebanyak 77% dari perusahaan anggota indeks S&P 500 yang telah mengumumkan kinerja keuangan sampai dengan Kamis pagi waktu setempat (19/4/2018) mencatatkan laba bersih yang lebih tinggi dari ekspektasi.

Akibatnya, laju inflasi bisa terakselerasi dan pelaku pasar takut bahwa the Fed akan dipaksa menaikkan suku bunga acuan sebanyak lebih dari 3 kali. Hal ini tentu bukan berita baik bagi pasar saham.
(hps) Next Article Wall Street Melejit, Sinyal Pasar Saham Kebal Resesi?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular