
Hingga Tengah Hari, Rupiah Masih Stagnan Lawan Dolar AS
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
18 April 2018 12:22

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah melemah tipis cenderung stagnan pada siang ini. Minimnya sentimen di pasar menyebabkan rupiah maupun dolar AS malas bergerak.
Pada Rabu (18/4/2018) pukul 12:00 WIB, US$ 1 diperdagangkan Rp 13.767. Rupiah melemah tipis 0,01%.
Rupiah bergerak senada dengan mata uang kawasan yang juga melemah terhadap dolar AS. Yen Jepang dan won Korea Selatan bahkan terdepresiasi cukup dalam.
Berikut perkembangan nilai tukar sejumlah mata uang Asia di hadapan greenback:
Dolar AS sedang dalam kondisi terjepit antara sentimen positif dan negatif. Sentimen positifnya adalah perbaikan data perumahan di Negeri Paman Sam.
Kementerian Perdagangan AS menyebutkan pembangunan rumah baru pada Maret 2018 adalah 1,32 juta unit. naik 1,9% dibandingkan bulan sebelumnya.
Walau tidak terlampau menggerakkan pasar, tetapi data ini mengindikasikan bahwa konsumsi masyarakat di AS semakin membaik. Oleh karena itu, lagi-lagi membuka peluang bagi Bank Sentral AS untuk menaikkan suku bunga lebih agresif. Ini menjadi kabar baik bagi dolar AS.
Namun ada sentimen negatif yang membuat pergerakan dolar AS menjadi terbatas, yaitu kekhawatiran terhadap perang dagang. Reuters mengabarkan, seorang sumber di pemerintahan China mengungkapkan bahwa Beijing menggelar pertemuan dengan para duta besar negara-negara Eropa. Tujuannya adalah mencari sekutu untuk melawan kebijakan perdagangan AS yang proteksionis.
Wakil Menteri Perdagangan China Fu Ziying disebut mengadakan rapat dengan duta besar Prancis, Jerman, Inggris, Spanyol, Italia, dan Uni Eropa. "Pesan dari pertemuan itu adalah kita harus berjuang bersama melawan proteksionisme yang dilakukan AS, demi perdagangan bebas," tegas sang sumber.
Sikap proteksionis AS kembali muncul kala Presiden Donald Trump kembali menyatakan keengganannya untuk bergabung ke pakta perdagangan trans-pasifik (TPP). Seperti biasa, hal penting itu diumumkannya melalui cuitan di Twitter.
"Jepang dan Korea Selatan ingin kami kembali ke TPP. Namun saya tidak suka dampak kesepakatan itu terhadap AS. Terlalu banyak rencana kontijensi dan tidak ada jalan keluar bila kesepakatan itu tidak berjalan dengan baik. Perjanjian bilateral jauh lebih efisien, menguntungan, dan lebih baik bagi para pekerja kami. Lihat saja bagaimana buruknya WTO (Organisasi Perdagangan Dunia) terhadap AS," jelasnya.
Kekhawatiran memanasnya friksi dagang menyebabkan investor masih berhati-hati. Oleh karena itu, dolar AS pun cenderung stagnan.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Penampakan di Money Changer, Saat Rupiah di Atas 14.800/US$
Pada Rabu (18/4/2018) pukul 12:00 WIB, US$ 1 diperdagangkan Rp 13.767. Rupiah melemah tipis 0,01%.
![]() |
Mata Uang | Bid Terakhir | Perubahan (%) |
Yen Jepang | 107,35 | -0,36 |
Yuan China | 6,29 | -0,01 |
Won Korsel | 1.066,43 | -0,32 |
Dolar Taiwan | 29,34 | +0,01 |
Dolar Singapura | 1,31 | 0,00 |
Ringgit Malaysia | 3,89 | 0,00 |
Peso Filipina | 52,09 | -0,03 |
Baht Thailand | 31,23 | -0,03 |
Dolar AS sedang dalam kondisi terjepit antara sentimen positif dan negatif. Sentimen positifnya adalah perbaikan data perumahan di Negeri Paman Sam.
Kementerian Perdagangan AS menyebutkan pembangunan rumah baru pada Maret 2018 adalah 1,32 juta unit. naik 1,9% dibandingkan bulan sebelumnya.
Walau tidak terlampau menggerakkan pasar, tetapi data ini mengindikasikan bahwa konsumsi masyarakat di AS semakin membaik. Oleh karena itu, lagi-lagi membuka peluang bagi Bank Sentral AS untuk menaikkan suku bunga lebih agresif. Ini menjadi kabar baik bagi dolar AS.
Namun ada sentimen negatif yang membuat pergerakan dolar AS menjadi terbatas, yaitu kekhawatiran terhadap perang dagang. Reuters mengabarkan, seorang sumber di pemerintahan China mengungkapkan bahwa Beijing menggelar pertemuan dengan para duta besar negara-negara Eropa. Tujuannya adalah mencari sekutu untuk melawan kebijakan perdagangan AS yang proteksionis.
Wakil Menteri Perdagangan China Fu Ziying disebut mengadakan rapat dengan duta besar Prancis, Jerman, Inggris, Spanyol, Italia, dan Uni Eropa. "Pesan dari pertemuan itu adalah kita harus berjuang bersama melawan proteksionisme yang dilakukan AS, demi perdagangan bebas," tegas sang sumber.
Sikap proteksionis AS kembali muncul kala Presiden Donald Trump kembali menyatakan keengganannya untuk bergabung ke pakta perdagangan trans-pasifik (TPP). Seperti biasa, hal penting itu diumumkannya melalui cuitan di Twitter.
"Jepang dan Korea Selatan ingin kami kembali ke TPP. Namun saya tidak suka dampak kesepakatan itu terhadap AS. Terlalu banyak rencana kontijensi dan tidak ada jalan keluar bila kesepakatan itu tidak berjalan dengan baik. Perjanjian bilateral jauh lebih efisien, menguntungan, dan lebih baik bagi para pekerja kami. Lihat saja bagaimana buruknya WTO (Organisasi Perdagangan Dunia) terhadap AS," jelasnya.
Kekhawatiran memanasnya friksi dagang menyebabkan investor masih berhati-hati. Oleh karena itu, dolar AS pun cenderung stagnan.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Penampakan di Money Changer, Saat Rupiah di Atas 14.800/US$
Most Popular