
Dolar AS Stagnan di Rp 13.765
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
18 April 2018 09:08

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dibuka stagnan hari ini. Greenback memang sedang minim pergerakan sehingga cenderung diam terhadap mata uang dunia.
Pada Rabu (18/4/2017), US$ 1 diperdagangkan Rp 13.765 kala pembukaan pasar spot. Tidak berubah dibandingkan penutupan pasar hari sebelumnya.
Seperti rupiah, mata uang Asia juga cenderung stagnan terhadap dolar AS. Kecuali yen Jepang, yang melemah lumayan di hadapan greenback karena statusnya sebagai instrumen aman (safe haven).
Kala tidak ada gunjang-ganjing di perekonomian global, maka yen akan ditinggalkan. Berikut perkembangan nilai tukar sejumlah mata uang Asia terhadap dolar AS:
Dari Asia, ada sentimen positif berupa pemotongan Giro Wajib Minimum (GWM) sebesar 100 bps, berlaku efektif 25 April. Langkah ini bertujuan agar lebih banyak likuiditas terpompa ke perekonomian.
China memang sedang mencari sumber pertumbuhan ekonomi domestik. Selama ini, perekonomian Negeri Tirai Bambu didorong oleh ekspor dan investasi (terutama di luar negeri). Dengan populasi yang lebih dari 1 miliar jiwa, sudah saatnya China mengandalkan faktor domestik sebagai motor pertumbuhan ekonomi.
Selain itu, dengan komitmen China untuk menjadi negara yang lebih terbuka maka dibutuhkan konsumsi dalam negeri yang lebih baik. Pelonggaran GWM diharapkan dapat meningkatkan likuiditas domestik, sehingga ujungnya mendorong konsumsi masyarakat dan China pun bisa lebih banyak mengimpor untuk menstabilkan neraca perdagangannya.
Sentimen ini negatif bagi dolar AS. Namun ada sentimen yang memperkuat greenback yaitu perbaikan data perumahan di Negeri Paman Sam.
Kementerian Perdagangan AS menyebutkan pembangunan rumah baru pada Maret 2018 adalah 1,32 juta unit. Naik 1,9% dibandingkan bulan sebelumnya.
Walau tidak terlampau menggerakkan pasar, tetapi data ini mengindikasikan bahwa konsumsi masyarakat di AS semakin membaik. Oleh karena itu, lagi-lagi membuka peluang bagi Bank Sentral AS untuk menaikkan suku bunga lebih agresif. Ini menjadi kabar baik bagi dolar AS.
Pertemuan antara sentimen positif dan negatif ini membuat dampaknya menjadi netral. Dolar AS pun akhirnya minim pergerakan.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Penampakan di Money Changer, Saat Rupiah di Atas 14.800/US$
Pada Rabu (18/4/2017), US$ 1 diperdagangkan Rp 13.765 kala pembukaan pasar spot. Tidak berubah dibandingkan penutupan pasar hari sebelumnya.
![]() |
Mata Uang | Bid Terakhir | Perubahan (%) |
Yen Jepang | 107,26 | -0,25 |
Yuan China | 6,29 | -0,03 |
Won Korsel | 1.066,00 | +0,09 |
Dolar Taiwan | 29,34 | +0,07 |
Dolar Singapura | 1,31 | -0,01 |
Ringgit Malaysia | 3,89 | -0,04 |
Peso Filipina | 52,13 | -0,15 |
Baht Thailand | 31,21 | +0,06 |
Dari Asia, ada sentimen positif berupa pemotongan Giro Wajib Minimum (GWM) sebesar 100 bps, berlaku efektif 25 April. Langkah ini bertujuan agar lebih banyak likuiditas terpompa ke perekonomian.
China memang sedang mencari sumber pertumbuhan ekonomi domestik. Selama ini, perekonomian Negeri Tirai Bambu didorong oleh ekspor dan investasi (terutama di luar negeri). Dengan populasi yang lebih dari 1 miliar jiwa, sudah saatnya China mengandalkan faktor domestik sebagai motor pertumbuhan ekonomi.
Selain itu, dengan komitmen China untuk menjadi negara yang lebih terbuka maka dibutuhkan konsumsi dalam negeri yang lebih baik. Pelonggaran GWM diharapkan dapat meningkatkan likuiditas domestik, sehingga ujungnya mendorong konsumsi masyarakat dan China pun bisa lebih banyak mengimpor untuk menstabilkan neraca perdagangannya.
Sentimen ini negatif bagi dolar AS. Namun ada sentimen yang memperkuat greenback yaitu perbaikan data perumahan di Negeri Paman Sam.
Kementerian Perdagangan AS menyebutkan pembangunan rumah baru pada Maret 2018 adalah 1,32 juta unit. Naik 1,9% dibandingkan bulan sebelumnya.
Walau tidak terlampau menggerakkan pasar, tetapi data ini mengindikasikan bahwa konsumsi masyarakat di AS semakin membaik. Oleh karena itu, lagi-lagi membuka peluang bagi Bank Sentral AS untuk menaikkan suku bunga lebih agresif. Ini menjadi kabar baik bagi dolar AS.
Pertemuan antara sentimen positif dan negatif ini membuat dampaknya menjadi netral. Dolar AS pun akhirnya minim pergerakan.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Penampakan di Money Changer, Saat Rupiah di Atas 14.800/US$
Most Popular