
Ancaman Perang Dagang Hantui Dolar AS, Rupiah Cetak Penguatan
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
17 April 2018 09:00

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak menguat pada pembukaan pasar hari ini. Rupiah berhasil memanfaatkan momentum dolar AS yang sedang limbung dengan mencetak penguatan.
Pada Selasa (17/4/2018), US$ 1 saat pembukaan pasar spot dihargai Rp 13.760. Rupiah menguat 0,09%.
Sementara mata uang regional bergerak variatif terhadap greenback. Namun penguatan maupun pelemahan yang terjadi hanya dalam rentang tipis.
Terhadap mata uang utama dunia, sebenarnya dolar AS tengah tertekan. Dollar Index, yang mencerminkan posisi greenback terhadap enam mata uang utama, masih melemah 0,04%.
Posisi dolar AS memang sedang kurang menguntungkan. Penyebabnya adala ancaman perang dagang, yang sempat terlupakan tetapi sekarang datang lagi.
Presiden AS Donald Trump lagi-lagi menumpahkan emosi dalam cuitannya di Twitter. Kali ini Rusia dan China yang menjadi target.
"Rusia dan China bermain dengan pelemahan kurs sementara AS menaikkan suku bunga. Tidak bisa diterima!" tegas Trump.
Ketika suku bunga di AS naik, maka greenback pun akan mendapat pijakan untuk menguat. Namun di sisi lain Trump menilai Rusia dan China sengaja melemahkan mata uangnya secara sistematis agar ekspor mereka tetap kompetifif.
Sarah Sanders, Juru Bicara Gedung Putih, menyatakan bahwa Kementerian Keuangan AS sudah memasukkan China di daftar negara yang berpotensi dianggap memanipulasi kurs. Namun Sanders tidak menyebut soal Rusia.
Perkembangan ini ternyata justru kontraproduktif terhadap dolar AS. investor malah kemudian bereaksi dengan melepas dolar AS sehingga nilainya terdepresiasi.
Pasalnya, pelaku pasar melihat pernyataan Trump kembali membuka lembaran perang dagang. Apalagi kemudian AS juga melarang produk telekomunikasi ZTE (yang merupakan perusahaan China) untuk masuk ke tanah Negeri Adidaya.
Tudingan soal manipulasi kurs untuk mendorong ekspor dan pelarangan ZTE membuat sentimen perang dagang hidup lagi. Jika sampai isu perang dagang merebak lagi, maka bukan kabar baik bagi dolar AS. Sebab, ekspor AS akan terganggu ketika terjadi perang dagang sehingga pasokan devisa untuk memperkuat nilai tukar menjadi terbatas.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Penampakan di Money Changer, Saat Rupiah di Atas 14.800/US$
Pada Selasa (17/4/2018), US$ 1 saat pembukaan pasar spot dihargai Rp 13.760. Rupiah menguat 0,09%.
![]() |
Sementara mata uang regional bergerak variatif terhadap greenback. Namun penguatan maupun pelemahan yang terjadi hanya dalam rentang tipis.
Mata Uang | Bid Terakhir | Perubahan (%) |
Yen Jepang | 106,99 | +0,10 |
Yuan China | 6,28 | -0,03 |
Won Korsel | 1.069,20 | +0,04 |
Dolar Taiwan | 29,39 | -0,18 |
Rupee India | 65,46 | -0,32 |
Dolar Singapura | 1,31 | +0,01 |
Ringgit Malaysia | 3,89 | -0,04 |
Peso Filipina | 52,08 | -0,11 |
Baht Thailand | 31,16 | +0,13 |
Terhadap mata uang utama dunia, sebenarnya dolar AS tengah tertekan. Dollar Index, yang mencerminkan posisi greenback terhadap enam mata uang utama, masih melemah 0,04%.
Presiden AS Donald Trump lagi-lagi menumpahkan emosi dalam cuitannya di Twitter. Kali ini Rusia dan China yang menjadi target.
"Rusia dan China bermain dengan pelemahan kurs sementara AS menaikkan suku bunga. Tidak bisa diterima!" tegas Trump.
Ketika suku bunga di AS naik, maka greenback pun akan mendapat pijakan untuk menguat. Namun di sisi lain Trump menilai Rusia dan China sengaja melemahkan mata uangnya secara sistematis agar ekspor mereka tetap kompetifif.
Sarah Sanders, Juru Bicara Gedung Putih, menyatakan bahwa Kementerian Keuangan AS sudah memasukkan China di daftar negara yang berpotensi dianggap memanipulasi kurs. Namun Sanders tidak menyebut soal Rusia.
Perkembangan ini ternyata justru kontraproduktif terhadap dolar AS. investor malah kemudian bereaksi dengan melepas dolar AS sehingga nilainya terdepresiasi.
Pasalnya, pelaku pasar melihat pernyataan Trump kembali membuka lembaran perang dagang. Apalagi kemudian AS juga melarang produk telekomunikasi ZTE (yang merupakan perusahaan China) untuk masuk ke tanah Negeri Adidaya.
Tudingan soal manipulasi kurs untuk mendorong ekspor dan pelarangan ZTE membuat sentimen perang dagang hidup lagi. Jika sampai isu perang dagang merebak lagi, maka bukan kabar baik bagi dolar AS. Sebab, ekspor AS akan terganggu ketika terjadi perang dagang sehingga pasokan devisa untuk memperkuat nilai tukar menjadi terbatas.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Penampakan di Money Changer, Saat Rupiah di Atas 14.800/US$
Most Popular