
Bursa Asia dan Eropa Merah, Wall Street Justru Siap Menghijau
Houtmand P Saragih & Anthony Kevin, CNBC Indonesia
16 April 2018 17:07

Jakarta, CNBC Indonesia - Terlepas dari bursa saham Asia dan Eropa yang ditransaksikan di zona merah, Wall Street justru berpotensi menghijau pada hari ini. Kontrak futures saat ini ditransaksikan menguat, dimana kontrak futures indeks Dow Jones naik 158 poin pada saat pembukaan, sementara indeks S&P 500 dan Nasdaq masing-masing diimplikasikan naik sebesar 17 poin dan 46 poin.
Pada hari ini, ada beberapa data ekonomi penting yang akan menjadi perhatian pelaku pasar. Pertama, rilis data New York Fed Manufacturing periode April pada pukul 19:30 WIB nanti.
Data tersebut merupakan indeks yang mengukur tingkat kondisi bisnis di AS melalui survei terhadap 200 petinggi perusahaan manufaktur di New York. Kedua, rilis data pertumbuhan penjualan barang-barang ritel periode Maret, juga pada pukul 19:30.
Kuat-lemahnya data-data ini akan dijadikan pertimbangan oleh the Federal Reserve selaku bank sentral AS dalam melakukan normalisasi suku bunga acuan.
Mengutip konsensus yang dihimpun oleh Reuters, proyeksi untuk data New York Fed Manufacturing berada pada angka 18,8, sementara penjualan barang-barang ritel diproyeksikan tumbuh sebesar 0,4% MoM. Jika ada kejutan dari data tersebut, ketakutan atas kenaikan suku bunga acuan sebanyak 4 kali pada tahun ini akan kembali dan dapat menekan bursa saham dunia.
Kemudian, pelaku pasar akan kembali mencermati rilis laporan keuangan dari perusahaan-perusahaan yang melantai di Wall Street. Sebelumnya, laporan keuangan bank-bank besar di AS ternyata mengecewakan.
Walaupun kinerja keuangan JPMorgan Chase cukup solid (laba bersih naik sebesar 33,9% YoY pada kuartal 1 menjadi US$ 8,7 miliar), pendapatan dari bisnis investment banking turun 7% YoY dan menjadi catatan merah bagi bank terbesar dari sisi aset di AS tersebut.
Sementara itu, Citigroup melaporkan pendapatan bersih naik 13% YoY pada kuartal I-2018, di atas ekspektasi pasar. Namun lagi-lagi noda hitam datang dari pendapatan di bisnis investment banking yang anjlok hingga 10%.
Beralih ke Wells Fargo, meski laba bersih perusahaan naik 6% YoY, harga sahamnya anjlok hingga 3,4% pada hari Jumat lalu (13/4/2018) akibat perusahaan dituntut membayar denda hingga US$ 1 miliar (Rp 13,75 triliun) terkait ketidakcocokan laporan di bisnis kredit pemilikan rumah dan kendaraan bermotor.
Pelaku pasar juga akan mencermati perkembangan terkait hubungan AS dan Rusia. Jika kedua negara kembali berbalas kata-kata ataupun sanksi, Wall Street bisa kembali meradang seperti pada hari Jumat lalu.
Next Article Wall Street Melejit, Sinyal Pasar Saham Kebal Resesi?
Pada hari ini, ada beberapa data ekonomi penting yang akan menjadi perhatian pelaku pasar. Pertama, rilis data New York Fed Manufacturing periode April pada pukul 19:30 WIB nanti.
Data tersebut merupakan indeks yang mengukur tingkat kondisi bisnis di AS melalui survei terhadap 200 petinggi perusahaan manufaktur di New York. Kedua, rilis data pertumbuhan penjualan barang-barang ritel periode Maret, juga pada pukul 19:30.
Mengutip konsensus yang dihimpun oleh Reuters, proyeksi untuk data New York Fed Manufacturing berada pada angka 18,8, sementara penjualan barang-barang ritel diproyeksikan tumbuh sebesar 0,4% MoM. Jika ada kejutan dari data tersebut, ketakutan atas kenaikan suku bunga acuan sebanyak 4 kali pada tahun ini akan kembali dan dapat menekan bursa saham dunia.
Kemudian, pelaku pasar akan kembali mencermati rilis laporan keuangan dari perusahaan-perusahaan yang melantai di Wall Street. Sebelumnya, laporan keuangan bank-bank besar di AS ternyata mengecewakan.
Walaupun kinerja keuangan JPMorgan Chase cukup solid (laba bersih naik sebesar 33,9% YoY pada kuartal 1 menjadi US$ 8,7 miliar), pendapatan dari bisnis investment banking turun 7% YoY dan menjadi catatan merah bagi bank terbesar dari sisi aset di AS tersebut.
Sementara itu, Citigroup melaporkan pendapatan bersih naik 13% YoY pada kuartal I-2018, di atas ekspektasi pasar. Namun lagi-lagi noda hitam datang dari pendapatan di bisnis investment banking yang anjlok hingga 10%.
Beralih ke Wells Fargo, meski laba bersih perusahaan naik 6% YoY, harga sahamnya anjlok hingga 3,4% pada hari Jumat lalu (13/4/2018) akibat perusahaan dituntut membayar denda hingga US$ 1 miliar (Rp 13,75 triliun) terkait ketidakcocokan laporan di bisnis kredit pemilikan rumah dan kendaraan bermotor.
Pelaku pasar juga akan mencermati perkembangan terkait hubungan AS dan Rusia. Jika kedua negara kembali berbalas kata-kata ataupun sanksi, Wall Street bisa kembali meradang seperti pada hari Jumat lalu.
Next Article Wall Street Melejit, Sinyal Pasar Saham Kebal Resesi?
Most Popular