
Investor Tunggu Data Perdagangan, Rupiah Stagnan
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
16 April 2018 08:29

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dibuka stagnan pada pembukaan pasar spot awal pekan ini. Investor sepertinya masih berhati-hati menanti rilis data neraca perdagangan yang akan diumumkan hari ini pukul 11:00 WIB.
Pada Senin (16/4/2018), US$ 1 saat pembukaan pasar spot berada di Rp 13.750. Tidak bergerak dibandingkan penutupan akhir pekan lalu. Namun pada pukul 08:05 WIB, rupiah melemah tipis 0,04% ke Rp 13.755/US$.
Hari ini, salah satu yang ditunggu pasar adalah pengumuman data perdagangan internasional oleh Badan Pusat Statistik. Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan ekspor Maret 2018 tumbuh 0,8% secara year-on-year (YoY). Sementara ekspor masih melaju kencang 11,6%, dan neraca perdagangan diramalkan defisit US$ 69,5 juta.
Bila itu terwujud, maka sudah epat bulan beruntun Indonesia mengalami defisit neraca perdagangan. Neraca perdagangan yang masih defisit tentu akan mengancam transaksi berjalan (current account). Defisit transaksi berjalan bisa semakin dalam sehingga mengancam fundamental ekonomi dan nilai tukar rupiah.
Kala rupiah semakin melemah karena minimnya dukungan devisa dari sektor perdagangan, maka berinvestasi di aset-aset berbasis mata uang ini menjadi kurang menguntungkan. Akibatnya, Indonesia rentan ditinggal investor.
Oleh karena itu, data perdagangan internasional akan dipantau oleh pelaku pasar. Jika datanya mengecewakan, maka Indonesia bisa mendapat hukuman berupa keluarnya arus modal (capital outflows).
Sementara mata uang Asia bergerak variatif terhadap dolar AS. Namun sejauh ini pelemahan atau penguatan hanya terjadi dalam rentang yang sangat tipis. Hanya won Korea yang melemah agak signifikan.
Berikut perkembangan nilai tukar sejumlah mata uang regional terhadap greenback:
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Penampakan di Money Changer, Saat Rupiah di Atas 14.800/US$
Pada Senin (16/4/2018), US$ 1 saat pembukaan pasar spot berada di Rp 13.750. Tidak bergerak dibandingkan penutupan akhir pekan lalu. Namun pada pukul 08:05 WIB, rupiah melemah tipis 0,04% ke Rp 13.755/US$.
![]() |
Bila itu terwujud, maka sudah epat bulan beruntun Indonesia mengalami defisit neraca perdagangan. Neraca perdagangan yang masih defisit tentu akan mengancam transaksi berjalan (current account). Defisit transaksi berjalan bisa semakin dalam sehingga mengancam fundamental ekonomi dan nilai tukar rupiah.
Kala rupiah semakin melemah karena minimnya dukungan devisa dari sektor perdagangan, maka berinvestasi di aset-aset berbasis mata uang ini menjadi kurang menguntungkan. Akibatnya, Indonesia rentan ditinggal investor.
Oleh karena itu, data perdagangan internasional akan dipantau oleh pelaku pasar. Jika datanya mengecewakan, maka Indonesia bisa mendapat hukuman berupa keluarnya arus modal (capital outflows).
Sementara mata uang Asia bergerak variatif terhadap dolar AS. Namun sejauh ini pelemahan atau penguatan hanya terjadi dalam rentang yang sangat tipis. Hanya won Korea yang melemah agak signifikan.
Berikut perkembangan nilai tukar sejumlah mata uang regional terhadap greenback:
Mata Uang | Bid Terakhir | Perubahan (%) |
Yen Jepang | 107,39 | -0,06 |
Yuan China | 6,27 | +0,01 |
Won Korsel | 1.071,09 | -0,41 |
Dolar Taiwan | 29,29 | +0,01 |
Rupee India | 65,25 | +0,03 |
Dolar Singapura | 1,31 | 0,00 |
Ringgit Malaysia | 3,88 | -0,01 |
Peso Filipina | 51,96 | -0,01 |
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Penampakan di Money Changer, Saat Rupiah di Atas 14.800/US$
Most Popular