Setelah Perang Dagang, Investor Asia Simak Masalah Timteng
12 April 2018 09:03

Jakarta, CNBC Indonesia - Kinerja bursa Asia Pasific pada perdagangan hari ini dibuka bervariasi. Setelah sentimen perang dagang reda, investor dihadapkan pada krisis politik Timur Tengah setelah Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengancam akan melakukan tindakan militer terhadap Suriah.
Indeks acuan Nikkei 225 tergelincir 0,13% dan dibuka di level 21.658,77. Indesks Kospi di Korea Selatan saat pembukaan naik 0,21% menjadi 2.449,31. Indeks ASX 200 di Australia saat pembukaan relatif tak berubah sebelum akhirnya melemah tipis 0,11% menjadi 5.822,5.
Indeks Strait Times di Singapura saat pembukaan naik 0,17%. Indeks Shanghai Composite dibuka turun 0,15% dan indeks Hang Seng dibuka naik 0,64%.
Koreksi saham di bursa Asia, dipicu oleh isu geopolitik konflik Suriah yang didalangi Amerika Serikat (AS) dan Rusia. Dalam kicauan twitternya, Presiden Donald Trump menyatakan bahwa Rusia harus bersiap terhadap kemungkinan serangan misil AS ke Rusia.
Dikutip dari twitternya, Trump akan membalas serangan rudal yang sebelumnya dikirim oleh Rusia ke Suriah.
"Rusia berjanji untuk menembak jatuh semua rudal yang ditembakkan ke Suriah. Bersiaplah Rusia karena mereka [rudal] akan datang dengan baik dan baru dan 'cerdas'! Anda tidak seharusnya berteman dengan Binatang yang Membunuh Menggunakan Gas yang membunuh orang-orangnya dan menikmatinya!", kicau Trump dalam twitternya.
Pada perdagangan sebelumnya, saham Asia sempat menguat karena pidato Xi Jinping yang berhasil menghapus kecemasan pasar terhadap eskalasi perang dagang. Pidato tersebut, merupakan respon terhadap kecemasan perang dagang yang sempat memanas akhir-akhir ini.
Pernyataan Trump di twitter, juga mengerek bursa saham AS menuju pelemahan. Indeks saham Dow Jones Industrial Average terkoreksi 0,9%, indeks S&P 500 terkoreksi 0,55% dan Nasdaq terkoreksi 0,36%.
Pelaku pasar khawatir konflik bersenjata AS- Rusia benar-benar akan meletus. Bila ketegangan fisik terjadi, maka dampaknya akan sangat luas.
Selain itu, kekhawatiran soal suku bunga acuanm juga mulai mencuat. Pada Maret, laju inflasi AS tercatat 2,4% year-on-year (YoY). Terakselerasi dibandingkan bulan sebelumnya yaitu 2,2% YoY. Oleh karena itu, yang muncul di benak investor adalah kenaikan suku bunga acuan yang lebih agresif.
Ditambah lagi Bank Sentral AS (The Federal Reserve/The Fed) dalam risalah rapat atau minutes of meeting bulan lalu mulai mencium pertanda percepatan laju perekonomian Negeri Paman Sam. Kekhawatiran pun semakin menebal.
"Seluruh partisipan sepakat ekonomi sudah semakin kuat dalam beberapa bulan ini. Oleh karena itu, inflasi diperkirakan akan naik dalam bulan-bulan ke depan," sebut risalah itu.
Dengan perkembangan ini, maka kartu kenaikan suku bunga acuan lebih dari tiga kali kembali ada di atas meja. Kenaikan suku bunga, apalagi secara agresif, bukan kabar baik bagi pasar saham.
(hps)
Indeks acuan Nikkei 225 tergelincir 0,13% dan dibuka di level 21.658,77. Indesks Kospi di Korea Selatan saat pembukaan naik 0,21% menjadi 2.449,31. Indeks ASX 200 di Australia saat pembukaan relatif tak berubah sebelum akhirnya melemah tipis 0,11% menjadi 5.822,5.
Indeks Strait Times di Singapura saat pembukaan naik 0,17%. Indeks Shanghai Composite dibuka turun 0,15% dan indeks Hang Seng dibuka naik 0,64%.
Koreksi saham di bursa Asia, dipicu oleh isu geopolitik konflik Suriah yang didalangi Amerika Serikat (AS) dan Rusia. Dalam kicauan twitternya, Presiden Donald Trump menyatakan bahwa Rusia harus bersiap terhadap kemungkinan serangan misil AS ke Rusia.
Dikutip dari twitternya, Trump akan membalas serangan rudal yang sebelumnya dikirim oleh Rusia ke Suriah.
"Rusia berjanji untuk menembak jatuh semua rudal yang ditembakkan ke Suriah. Bersiaplah Rusia karena mereka [rudal] akan datang dengan baik dan baru dan 'cerdas'! Anda tidak seharusnya berteman dengan Binatang yang Membunuh Menggunakan Gas yang membunuh orang-orangnya dan menikmatinya!", kicau Trump dalam twitternya.
Pada perdagangan sebelumnya, saham Asia sempat menguat karena pidato Xi Jinping yang berhasil menghapus kecemasan pasar terhadap eskalasi perang dagang. Pidato tersebut, merupakan respon terhadap kecemasan perang dagang yang sempat memanas akhir-akhir ini.
Pernyataan Trump di twitter, juga mengerek bursa saham AS menuju pelemahan. Indeks saham Dow Jones Industrial Average terkoreksi 0,9%, indeks S&P 500 terkoreksi 0,55% dan Nasdaq terkoreksi 0,36%.
Pelaku pasar khawatir konflik bersenjata AS- Rusia benar-benar akan meletus. Bila ketegangan fisik terjadi, maka dampaknya akan sangat luas.
Selain itu, kekhawatiran soal suku bunga acuanm juga mulai mencuat. Pada Maret, laju inflasi AS tercatat 2,4% year-on-year (YoY). Terakselerasi dibandingkan bulan sebelumnya yaitu 2,2% YoY. Oleh karena itu, yang muncul di benak investor adalah kenaikan suku bunga acuan yang lebih agresif.
Ditambah lagi Bank Sentral AS (The Federal Reserve/The Fed) dalam risalah rapat atau minutes of meeting bulan lalu mulai mencium pertanda percepatan laju perekonomian Negeri Paman Sam. Kekhawatiran pun semakin menebal.
"Seluruh partisipan sepakat ekonomi sudah semakin kuat dalam beberapa bulan ini. Oleh karena itu, inflasi diperkirakan akan naik dalam bulan-bulan ke depan," sebut risalah itu.
Dengan perkembangan ini, maka kartu kenaikan suku bunga acuan lebih dari tiga kali kembali ada di atas meja. Kenaikan suku bunga, apalagi secara agresif, bukan kabar baik bagi pasar saham.
Artikel Selanjutnya
Akhir Pekan, Pasar Saham Asia Dibuka Bervariasi
(hps)