Wall Street Berpotensi Melemah, Saat Bursa Asia Ditutup Hijau

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
11 April 2018 17:32
Pasca mencatatkan penguatan yang cukup signifikan kemarin, Wall Street berpotensi dibuka melemah pada hari ini.
Foto: Reuters
Jakarta, CNBC Indonesia - Pasca mencatatkan penguatan yang cukup signifikan kemarin, Wall Street berpotensi dibuka melemah pada hari ini. Hal ini terlihat dari kontrak futures yang saat ini ditransaksikan di zona merah: kontrak futures indeks Dow Jones mengimplikasikan penurunan 163 poin pada saat pembukaan, sementara indeks S&P 500 dan Nasdaq masing-masing diimplikasikan turun sebesar 24 poin dan 50 poin.

Penguatan bursa saham Asia pada perdagangan hari ini nampak akan gagal ditransmisikan ke bursa saham AS. Bursa saham kawasan Eropa sudah terlebih dahulu dibuka melemah.

Indeks saham acuan Eropa (Stoxx 600) terkoreksi 0,19%, indeks saham acuan Inggris (FTSE 100) terkoreksi 0,2%, indeks saham acuan Jerman (DAX 30) terkoreksi 0,1%, dan indeks saham acuan Perancis (CAC 40) terkoreksi 0,23%. Investor nampaknya menunggu rilis laporan keuangan perusahaan yang akan disampaikan pekan ini.

Di AS, investor nampak masih mencermati perkembangan dari skandal yang menimpa Facebook, pasca CEO Mark Zuckerberg memberikan testimoni di hadapan Senat Peradilan dan Komite Perdagangan Amerika Serikat (AS) pada hari Selasa waktu setempat (10/4/2018).

Facebook mulai banyak diselidiki setelah berita mengenai penyalahgunaan data 87 juta penggunanya oleh badan riset politik Inggris, Cambridge Analytica, diberitakan media.

Pada hari Rabu waktu setempat, ia dijadwalkan kembali melakukan dengar pendapat dengan Komite Energi dan Perdagangan DPR AS, dimana hampir dapat dipastikan bahwa sang CEO akan kembali dipojokkan oleh anggota parlemen.

Besar kemungkinan pemerintahan AS pada akhirnya akan turun tangan dan ikut meregulasi Facebook. Jika hal ini pada nantinya membahayakan kinerja keuangan perusahaan yang bermarkas di California tersebut, maka saham-saham raksasa teknologi bisa ikut dilepas oleh investor.

Pada hari ini, pelaku pasar juga akan mencermati rilis data inflasi AS periode Maret. Mengutip konsensus yang dihimpun oleh Reuters, pelaku pasar memperkirakan inflasi bulan lalu akan berada di angka 2,4% YoY. Jika ternyata rilis data tersebut lebih tinggi dari ekspektasi, maka Wall Street bisa tertekan. Pasalnya, hal tersebut akan membuka ruang bagi the Federal Reserve selaku bank sentral untuk menaikkan suku bunga acuan lebih agresif dari yang direncanakan sebelumnya.
(hps) Next Article Wall Street Melejit, Sinyal Pasar Saham Kebal Resesi?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular