Tenang! Meski Ada Ketidakpastian di Pasar, IHSG Bisa ke 6.795

Tito Bosnia, CNBC Indonesia
10 April 2018 15:32
Diperkirakan IHSG akan mengalami pemulihan di akhir tahun ke level 6.975 dengan fokus investor pada saham berkapitalisasi sedang dan kecil.
Foto: CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto
Jakarta, CNBC Indonesia - Mirae Asset Sekuritas Indonesia Research mengatakan pasar Indonesia tahun ini sedang mengalami turbulensi (kegoncangan) sentimen negatif dari domestik maupun regional, namun Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bisa terjaga ke level 6.795 poin di akhir 2018.

Sentimen negatif tersebut berupa kebijakan makroekonomi yang tidak pasti menyusul persiapan pemilihan umum (pemilu) Presiden 2019, hingga isu perang dagang global terutama ketegangan perang tarif antara Amerika Serikat dan China yang diperkirakan akan terus berlangsung hingga akhir tahun ini.

"Pasar Indonesia saat ini seperti rollercoaster yang berjalan, Presiden Jokowi kelihatannya masih bermain aman untuk persiapan Pemilu 2019, lalu ketegangan perang tarif antara AS dan China juga mengakibatkan turbulensi di Indonesia Market", ujar Taye Shim, Head of Research (Strategist) Mirae Asset Sekuritas Indonesia Research di Equity Tower, Selasa (10/4/2018).

Taye menambahkan, tekanan pada pasar modal juga akibat turunnya performa harga 10 market cap terbaik sebesar 9,4% secara year to date (YTD) dan terkoreksinya IHSG hingga 2,8% secara YTD.

Namun, diperkirakan IHSG akan mengalami pemulihan di akhir tahun 2018 ke level 6.795 poin dengan fokusnya investor yang melirik saham dengan kapitalisasi sedang dan kecil.

"Kami melihat bahwa saat ini investor sedang membuat keputusan untuk mengambil keputusan investasi ke saham-saham yang memiliki kapitalisasi pasar medium dan kecil", tambah Taye.

Saham-saham berkapitalisasi kecil dan menengah tersebut diantaranya berupa emiten dari sektor pertambangan dikarenakan harga dari komoditas tersebut yang terus meningkat saat ini.

Naiknya harga dari komoditas pertambangan berhubungan dengan dinaikkannya harga komoditas pertambangan seperti minyak hingga batubara di China yang menjadi salah satu penerima ekspor terbesar dari Indonesia.

"Global ekonomi masih tetap berpengaruh ya, seperti brand crude oil yang harganya diatas 80 secara global. Hal tersebut menimbulkan produksi dari emiten pertambangan yang meningkat dan juga cuaca yang baik tahun ini maka mengakibatkan produksi lebih tinggi lagi", tambah Giovanni Dustin dari Mirae Asset Sekuritas Indonesia Research dalam kesempatan yang sama.
(roy/roy) Next Article Pasca Libur Lebaran, IHSG Anjlok

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular